Tit tit tit
Bunyi suara EKG menggema di seluruh ruangan.Ruangan yang sejuk dengan suasana hening.
Pintu ruangan itu terbuka, seorang pria dengan baju dinas yang melekat di tubuhnya, ditambah wajahnya yang tampak lesuh.
Dia Theo,ia menatap seseorang yang tengah terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan tatapan sendu.
Theo melangkahkan kakinya pelan,saat dekat di samping orang itu yang tak lain adalah zaro.Air matanya turun begitu saja.
"Adek,"lirihnya sembari memegang tangan zaro yang sedikit dingin.
"Maafin Abang,"tunduknya menyesal.
Seandainya ia mengantarkan zaro dan menunggu bocah itu, kejadian itu tidak akan pernah terjadi.
"Abang gagal jaga adek,"lanjutnya menahan tangis.
"Adek bangun dong, jangan tidur aja,"mohonnya seraya menggerakkan pelan tangan zaro berharap zaro bangun.
Theo menghela nafas panjang,ia mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Ia memalingkan wajahnya sebentar,lalu menatap wajah pucat zaro.
"Abang besok gak bisa nemenin adek, Abang ada tugas,"gumamnya lesu.
Padahal ia ingin menemani adeknya,sampai pemuda itu bangun dari tidurnya.
Tapi apa boleh buat, jika tugas sudah memanggil.
"Pokoknya adek harus bangun,pas Abang kesini lagi.Adek paham kan?,"tanya nya terus menatap wajah zaro.
Hanya ada suara EKG yang terdengar di telinga nya.
Theo kembali menghela nafas panjang,
"Abang anggep adek ngerti omongan Abang,"jedanya.
"Abang pergi dulu,cepet bangun ya,"lanjutnya mengusap kepala zaro pelan.
Theo melangkahkan kakinya keluar ruangan tersebut, walaupun terasa berat untuk meninggalkan adeknya.
Menjelang jam makan siang,kini ruang inap zaro terdapat Angga,yezkiel,dan Rezki.
Mereka bertiga yang mendengar kabar zaro masuk rumah sakit,geram dengan tindakan Dika.
"Tuh bocah kek gak ada kapok-kapoknya,"gerutu Rezki.
"Si Dika itu gimana dah sekarang?,"tanya yezkiel yang sedari tadi menatap ke arah brankar.
Mereka tengah duduk di sofa.
"Penjara yang pasti,"ujar Angga santai, walaupun dalam hatinya ia geram.
"Bocil kapan bangunnya?,"gumam Rezki menatap sendu ke arah zaro.
Ia merindukan pemuda manis itu, setelah beberapa hari tidak bertemu,eh malah ketemu di rumah sakit.
Ceklek
Pintu terbuka menampakkan Ravindra dan kirania.Mereka bertiga berdiri dan menyalami keduanya.
"Udah daritadi?,"tanya Ravindra.
"Iya om,"ujar Angga ramah,yang dibalas anggukan paham dari Ravindra.
Kirania hanya tersenyum dan beralih mendekati brankar.
"Lama banget Bobo nya,"lirih kirania memegang pelan lengan zaro yang terdapat lebam.
Ravindra hanya menatap datar,dengan tangan yang sudah mengepal.
Rezki yang melihat ekspresi Ravindra bergidik ngeri,
"Om Ravindra serem juga,"batinnya.
"Ehem,om tante kita pamit dulu ya,"celetuk yezkiel menyadari suasana yang dingin.
"Ouh ia, hati-hati di jalan.Makasih udah jenguk zaro,"ucap kirania tersenyum ramah.
"Sama-sama Tan,zaro kan temen kita,jadi gak perlu bilang makasih,"ucap Rezki.
Setelahnya mereka berpamitan pada kedua orangtuanya zaro.
"Cepet sembuh bro,"lirih yezkiel menatap brankar sekilas sebelum ia menutup pintu ruangan itu.
Skip
Matahari telah berganti menjadi bulan,di ruangan zaro ada seorang TNI yang ditugaskan menjaga zaro, Karena Ravindra dan kirania tidak dapat menjaganya.
Orang yang jaga zaro itu namanya Agus, ajudan Ravindra,dia pernah muncul di part 9
Suara EKG terus menggema di ruangan tersebut, hingga suara itu terdengar nyaring.Orang yang ditugaskan untuk menjaga zaro memencet tombol darurat kala melihat tubuh zaro mengalami kejang-kejang.
"Mohon anda tunggu diluar dulu,"ujar suster yang telah datang bersama dengan dokter.
Agus menunggu di luar,ia tidak memberitahu Ravindra.Ravindra sedang bertugas,jika diberitahu komandan nya itu akan khawatir.
Lebih baik ia menyampaikannya setelah Ravindra datang kesini.
Beberapa menit setelahnya, dokter yang memeriksa zaro membuka pintu ruangan tersebut.
"Kondisi pasien sudah membaik,kita hanya tunggu pasien sadar dari tidurnya.Kemungkinan pasien akan sadar pagi nanti,"jelas dokter itu.
"Terimakasih dok,"ucap Agus dengan suara beratnya.
"Sama-sama,kalau begitu saya permisi,"ucap dokter itu di balas anggukkan.
Agus kembali masuk ke ruan inap zaro,ia menatap sekilas ke arah brankar.
"Kasian banget adeknya,"ucapnya saat melihat kondisi zaro.
Luka sayatan dimana-mana, terlebih lagi di lengannya.beruntung tidak mengenai nadi yang akan berakibat fatal jika mengenai nadi.
Tak berselang lama, Ravindra datang dengan kirania yang membawa kantong plastik di tangannya.
"Gimana?,"tanya Ravindra setibanya disana.
"Ijin, tadi adek zaro sempat kejang-kejang,tapi saat ini kondisinya sudah membaik.Dan kata dokter kemungkinan nanti pagi adek zaro sudah sadar,"jelas Agus dengan tegas.
Ravindra dan kirania yang mendengar zaro kejang-kejang sempat khawatir namun tak lama mereka bernafas lega mendengar kondisi zaro membaik.
"Syukurlah, kamu makan dulu sana,saya sudah bawakan makanan buat kamu,"ucap kirania menyerahkan kantong plastik yang berisi makanan.
"Terimakasih ibu,"ucapnya.
Ravindra berjalan mendekati zaro,ia merendahkan badannya.
"Papi tau kamu kuat,"ucapnya lirih di dekat telinga zaro.
"Cepet bangun,papi tunggu kamu bangun,"lanjutnya.
Ia menoleh ke arah kirania,
"Kamu pulang aja,aku tidur disini,"ujarnya.
"Mas yakin?,"tanya kirania yang dibalas anggukan.
"Yaudah kalau gitu aku pulang dulu."kirania mendekati zaro,
"Mami pulang dulu,"ujarnya,dan menyalami Ravindra.
Kini hanya ada Ravindra dan juga zaro yang masih setia menutup matanya.
Beberapa alat medis sudah dicopot, karena kondisi zaro yang sudah membaik.
TBC
Kasian banget zaro:(
Btw ini kan bentar lagi tamat,mau bikin sequel gak nih?
See you next part 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
ADEEN BONAVENTURA KEIZARO✔️
JugendliteraturZaro,pemuda tampan dan menggemaskan.Ia harus kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya,dan dengan spontan pergi meninggalkan mereka. Zaro hanya tak ingin merasa sakit lebih dalam. Ia tak ingin kembali pada kedua orangtuanya,yang mungkin sudah hidup...