Aroma soto menguar dari dapur mungil rumah Bumi. Dapur itu sederhana dan tertata rapih. Pemilihan warna putih dan pernak pernik shaby membuat dapur itu memberi kesan yang hangat dan nyaman. Meja makan mungil dengan empat kursi membuat dapur ini terasa lengkap. Bunda sibuk menata makan siang di meja makan. Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 sebentar lagi Bumi akan pulang.
"Asalamualaikum", Bumi muncul langsung mengambil tangan Bundanya untuk salim.
"Udah pulang, sana ganti baju. Bunda buat soto."
"Hem"
Anak lelakinya itu berlalu untuk menuruti perintah Bundanya.
Lelaki yang kaku dan pendiam itu merupakan anak tunggal. Ayahnya seorang pengusaha farmasi dan Bundanya hanya mengurus rumah. Rumahnya menjadi hangat karena sentuhan tangan Bunda. Setiap hari selalu ada cemilan di rumah ini. Bunda yang suka masak selalu mencoba resep-resep baru. Mentari selalu menjadi orang pertama yang mencoba semua resep Bunda.
Bumi tersenyum melihat pemandangan didepannya. Gadis itu selalu bisa membuat Bundanya bahagia. Walau terkadang menjengkelkan tetapi kehadirannya membuat rumah ini berwarna.
"Bunda, ini sotonya enak banget. Tari suka. Besok bikin lagi ya?" ujar Mentari sambil menggigit kerupuk
"Habiskan kalau suka, tapi pelan-pelan makannya. Anak gadis kok makannya berantakan" Bunda Bumi dengan telaten mengusapkan tisu ke bibir Mentari yang belepotan kuah soto sambil tersenyum.
"Bunda, hari ini habis les mau langsung main footsal. Pulangnya malam," ujar Bumi mengambil perhatian Bundanya dari Mentari.
"Jangan lupa bawa bekal, jaket. Pakai mobil aja kalau pulangnya malam."
"Pakai motor aja Bunda, ga macet"
"Kamu ini dibilangin Bunda ga pernah nurut. Kalau pakai motor nanti Mentari kedinginan kalau pulang malam."
"Bumi mau pergi sendiri Bunda, ga sama Mentari."
"Mentari ikut, mau liat footsal juga," sela Mentari tidak mau ditinggal.
"Ga, kamu ga usah ikut," Bumi berkeras tidak mau diikuti Mentari
"Bumi, kalau Mentari tidak ikut, kamu juga tidak boleh pergi," Bunda memberi perintah.
"Bunda, main footsal itu ga ada ceweknya, cowok semua,"
"Kan, Mentari cuma nonton, ga ganggu kamu juga. Bunda siapkan bekal kalian dulu ya." Bunda beranjak menyiapkan bekal yang harus dibawa Bumi.
Bumi tidak pernah bisa menolak dan membantah perintah Bunda dan keinginan Mentari.
Pemandangan ini terjadi hampir setiap siang di rumah Bumi. Sang Bunda dengan telaten melayani makan Mentari. Gadis tetangga yang setiap hari selalu mencari alasan untuk ke rumahnya. Sebenarnya menu makan siang Mentari di rumah lebih mewah dan bercita rasa tinggi dibandingkan dengan masakan Bunda Bumi. Tetapi Mentari tidak suka makan di rumah sendiri. Tiada kenikmatan makan dirasakan Mentari karena tiada yang menemaninya makan seperti yang dilakukan Bunda Bumi.
Bunda sangat senang dengan kedatangan Mentari. Rumahnya menjadi ramai dengan celoteh manja gadis ini. Sebenarnya Bunda ingin memiliki anak perempuan tetapi sayang Allah hanya memberikan seorang anak laki-laki kaku seperti Bumi Wicaksana. Mentari laksana sinar pagi yang memberi kehangatan di rumah ini.
Awalnya Bunda mengenal Mentari sebagai anak tetangga yang manis saat berkenalan sebagai tetangga baru. Gadis itu hanya sendiri di rumah berteman pembantu dan supir. Mentari diperlakukan sebagai puteri di rumah itu, seluruh keinginannya selalu dipenuhi tetapi tidak dengan perhatian serta kasih sayang orang tuanya. Kesibukan mereka membuat keadaan menjadi seperti ini. Ayah Mentari merupakan seorang peneliti di LIPI sedangkan sang Ibu merupakan pengusaha catering dan hotel berbintang. Jangankan untuk ditemani makan, sekedar bersapa di pagi hari adalah kejadian yang langka.
Bunda merasa kasian dengan Mentari, bola mata gadis itu menghipnotis Bunda untuk menjadi dekat. Celoteh manja Mentari membuat Bunda tak bisa jauh dari gadis itu. Mentari merasa menemukan apa yang tidak dia dapatkan selama ini. Menjadi makin dekat dengan Bunda. Hal ini juga membuat Mentari menjadi dekat dengan Bumi. Kedekatan Mentari dengan Bumi menjadi ketergantungan sehingga selalu mengekor kemana Bumi sekolah dan kegiatan lainnya.
Bunda merasa senang Mentari selalu mengikuti Bumi. Bunda selalu mendapatkan semua informasi tentang Bumi. Anaknya yang kaku itu jarang sekali bercerita. Hanya melalui Mentari, Bunda mendapatkan semua cerita mengenai Bumi. Bunda sangat mempercayai gadis manja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI DAN MENTARI
Romance"Kenapa sich, kamu ga pernah mau dengerin aku?" "Kenapa aku harus dengerin kamu? Emangnya kamu siapa aku? Penting gitu!" "Emangnya kamu siapa aku? Penting gitu" kalimat yang diucapkan Bumi terngiang ditelingaku. Betapa tidak ada artinya diriku dimat...