Sudah sekitar dua minggu mereka berada di New York untuk lebih banyak urusan bisnis. Chayoung juga mengikuti dan terlibat hampir semua kegiatan Vincenzo seperti bertemu dengan asosiasi dari Keluarga Cassano, rapat internal dengan para Capo, pertemuan-pertemuan resmi, menghadiri pemakaman anggota Mávri Fortiá yang gugur, bahkan ikut dalam transaksi di pasar gelap. Yang terakhir, yang menurut Chayoung unik adalah ikut sembahyang di gereja katolik, dimana sembilan puluh persen gereja diisi oleh para mafia anak buah Vincenzo yang ada di New York, bagaimanapun mereka tetap berdoa untuk dilancarkan segala urusan.Dengan semua itu Chayoung memahami sistem operasi dan cara kerja kelompok kriminal pimpinan kekasihnya itu. Semua kesibukan yang mereka lakukan memiliki satu tujuan utama yaitu memperkuat kekuasaan Mávri Fortiá dan pengaruh Keluarga Cassano, dan mengumpulkan kartu As sebanyak mungkin.
Setelah menghadiri perkumpulan anggota klub Filantropi, mereka berdua mampir di salah satu restoran eksklusif dekat Central Park untuk makan siang, ditemani suasana musim gugur yang tenang yang menjadi pemandangan dari balik dinding kaca restoran.
"Kau akan jadi menandatangani perjanjian dengan Barzini?". Tanya Chayoung sambil bersiap menyantap hidangan penutup yang baru saja datang.
"Menurutmu bagaimana?"
"Hmm .. membantu mereka di Malta memang sedikit menyusahkan, tetapi ekspansi ke Australia juga dibutuhkan kan? .. kau harus mengevaluasi metode yang akan mereka gunakan, memang akan memakan waktu tapi sepadan dengan resikonya."
"Kupikir juga begitu, akan ku kaji dalam satu atau dua bulan serta meminta pendapat Frans." Ucap Vincenzo.
Mereka berdua melanjutkan menyantap dessert masing-masing dan melanjutkan obrolan mengenai bisnis serta hal-hal lainnya.
"Mmhh." Tiba-tiba Chayoung mendesah sambil memegang kedua pelipisnya dan mengerutkan dahi.
"Kau sedang sakit?" Vincenzo langsung meletakkan alat makannya, memperhatikan perempuan itu menundukkan kepala.
"Tidak." Chayoung menggeleng pelan. "Hanya pusing."
"Ayo ke dokter, atau kupanggilkan dokter kesini?" Suara Vincenzo terdengar cemas, ia bahkan sudah mengeluarkan ponselnya sebelum Chayoung menghentikan lelaki itu.
"Jangan berlebihan, ini sudah biasa terjadi sebelum aku datang bulan."
"Sudah minum vitamin?"
"Oh ya!"
Chayoung yang teringat belum mengkonsumsi vitaminnya langsung membuka tas dan mengambil botol pil, sementara Vincenzo menuangkan air putih untuknya. Kemudian gadis itu meminum obatnya, dan Vincenzo tetap tak mengalihkan pandangannya dari Chayoung, memastikan perempuan itu menelan vitaminnya hingga meneguk habis segelas air putih. Setelah itu Chayoung membetuk tanda 'oke' dengan jarinya, mengisyaratkan ia kembali fit, dan mereka melanjutkan untuk menghabiskan hidangan penutup.
"Vincenzonim."
"Ya?"
"Mumpung masih disini, ayo kita jalan-jalan ke central park." Pinta Chayoung sambil melihat kearah luar dinding kaca.
"Kau yakin sudah baikan?"
"Hm." Chayoung mengangguk antusias dengan senyuman yang lebar.
Mereka hanya perlu berjalan beberapa meter untuk sampai ke taman kota terbesar itu setelah keluar dari restoran, dan seperti biasa diikuti oleh -kali ini dua pengawal pribadi dari kejauhan. Meskipun begitu, serasa hanya ada mereka berdua yang jalan diantara pepohonan bewarna oranye keemasan yang berbaris seperti terowongan alami bak di negri dongeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Soul || [Vincenzo]✔
FanfikceDi satukan kembali oleh sebuah musibah, melanjutkan kisah cinta paling murni di kehidupan yang keruh. Vincenzo dan Chayoung, belum selesai berurusan dengan iblis lain yang berani mengganggu keluarga mereka. Dan untuk berhasil membalas dendam, dua in...