Chayoung sudah sadar dari tidur, tetapi masih menutup kelopak matanya karena masih merasakan kantuk dan malas untuk bangun, pasti bergadang semalam. Tidak, ia tidak bergadang karena menyelesaikan kasus seperti biasanya, ia bergadang karena.. Chayoung segera membuka matanya, kemudian mengangkat selimutnya untuk mengintip dan mendapati dirinya yang masih dalam keadaan telanjang. Lalu ia menoleh kesamping kiri dan ternyata kosong, tidak ada Vincenzo, ia bisa sedikit bernapas lega sambil menutup kembali matanya."Mati aku!" Matahari sudah menyingsing di ufuk timur dan tak pernah terpikirkan olehnya akan bangun dalam keadaan seperti ini. Tapi,, jika mengingat apa yang terjadi semalan, bagaimana ranjang ini menjadi saksi panasnya kegiatan yang mereka lakukan, membuat pipinya kembali memerah. Ia tersenyum, menutup rapat matanya, menggeleng-gelengkan kepala, dan menghentak-hentakkan tumitnya ke kasur, lalu langsung berhenti ketika bagian bawahnya masih terasa perih. Kali ini, tubuhnya hanya mengijinkannya untuk merasakan senang sesaat.
"Selamat pagi, ak--"
"Kamjagiya..!!" Chayoung terkejut dengan Vincenzo yang tiba-tiba muncul masuk ke ruangannya, ia reflek langsung mengurung dirinya di dalam selimut.
"YAAK!!" Pekik Chayoung. "Tidak bisakah kau mengetuk pintu?"
"eum.. pintumu terbuka, jadi kukira --"
"Tapi tetap saja!!" Protes Chayoung, perempuan itu kemudian mengintip dari balik selimutnya, melihat presensi Vincenzo yang sudah berpakaian rapih seperti biasa sambil membawa nampan.
"Maaf." Vincenzo sendiri juga salah tingkah. "Kalau begitu.. aku akan kembali nanti."
"Tu-tunggu." Chayoung menghentikan langkah lelaki itu yang hendak pergi. "Apa yang kau bawa?"
"Ooh ini. Sarapan untukmu." Jawab Vincenzo. Mendengarnya saja sudah membangunkan suara keroncong di perut Chayoung.
"Bisa.. kau bawa kesini?" Pinta Chayoung dengan malu-malu yang bahkan tak berani menatap Vincenzo langsung.
Vincenzo menyeringai, lalu berjalan kearahnya dan meletakkan nampan yang berisi sandwich, air putih, dan susu diatas nakas di samping ranjang. Setelah itu, Vincenzo memberanikan diri duduk di tepi ranjang, Chayoung juga memberanikan diri mengeluarkan wajahnya dari balik selimut dan menatap Vincenzo. Canggung? iya, karena apa yang terjadi semalam adalah keputusan mereka untuk melangkah lebih jauh mengenai hubungan mereka. Yang terjadi semalam bukanlah nafsu semata, melainkan bahasa lain dari kata-kata yang tidak bisa mereka ungkapkan secara langsung sekaligus menghilangkan segala batasan yang mereka buat sendiri.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Vincenzo.
Chayoung tersenyum lembut dan mengangguk. "Sedikit lapar, tapi baik-baik saja."
Vincenzo berdehem dan menghindari tatapan Chayoung, ia berpikir sejenak untuk menyusun kalimat.
"Uhmm.. Semalam..."
"Aku tidak percaya kita melakukannya." Saut Chayoung sambil tertawa kecil, Vincenzo kembali menatap gadis itu dan tersenyum. Ya, mereka sudah melakukan hal tersebut dan semalam sangatlah menakjubkan. Ketika orang bilang itu seperti surga, itu memang seperti surga saat melakukannya dengan orang yang kau cintai. Karena sekali lagi itu melebihi nafsu, melebihi hasrat manusia, atau kebutuhan biologis, itu adalah keajaiban, seperti saat ciuman pertama mereka. Dan mereka tahu itu.
"Baiklah, aku pergi dulu. Ada pekerjaan yang harus di selesaikan." Ucap Vincenzo yang berdiri dari ranjang.
"Kau bisa menungguku sebentar? Aku tidak akan lama --"
"Oh, maksudku pekerjaanku yang lain." Kata Vincenzo yang membuat Chayoung sejenak berpikir.
"urusan mafia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Soul || [Vincenzo]✔
Fiksi PenggemarDi satukan kembali oleh sebuah musibah, melanjutkan kisah cinta paling murni di kehidupan yang keruh. Vincenzo dan Chayoung, belum selesai berurusan dengan iblis lain yang berani mengganggu keluarga mereka. Dan untuk berhasil membalas dendam, dua in...