" ORIN !!! " Aika teriak histeris melihat lutut Orin yang di baluti dengan luka. " kenapa ?? hah.. kenapa ?? Astaga~ " Dengan pelan-pelan Aika membawa Orin ke dalam toko. Mengambil kotak P3K dan membersihkan luka Orin.
" aduh..aduh~ pelan-pelan Kak. " ringis Orin tak tertahankan, semakin lama Aika menekan luka-luka Orin sangking kesalnya. " Kakak udah berapa kali ingatin kamu... dasar ceroboh~ cerita kok bisa sampe luka gini ?? "
" nggak tau juga~ tiba-tiba aja ke serempet mobil.. nggak ada hujan nggak ada angin~ dan kakak tau nggak ? Tuh cowok arogan banget ! " Orin menahan sentuhan kapas yang membersihkan lukanya, setidaknya tidak terlalu menekan dan mengurangi rasa sakit.
" trus leher kamu juga kenapa ?? emang kamu di apain sih sama dia ??!! kamu di cekik Rin ??!! " Aika benar-benar tidak terima. Ingin rasanya ia membalas perbuatan pria yang melukai adiknya. " pengen gue cabik-cabik " batin Aika.
kring..kring..
Seorang Pria memasuki toko bunga. Melihat bunga-bunga yang terpampang di toko. " ehm~ Selamat datang di toko bunga kami Tuan. Tuan mau beli bunga yang mana ? atau anda butuh rekomendasi bunga yang mana ? " Aika melayani pria yang baru saja masuk ke dalam toko dengan senyuman yang memancar di wajahnya.
" Black roses " Pria itu melirik Aika dengan dingin dan menyerahkan Black Card ke arah Aika. " ini Tuan. Terimakasih telah mampir ke toko kami, silahkan datang kembali. Terimakasih. " Aika membungkuk dan tersenyum ke arah Pria yang menatapnya dengan dingin.
Beberapa detik setelah pria itu pergi, Aika bernafas lega. Sedari tadi ia menahan kegugupan dan ketakutannya melihat pelanggan tokonya yang satu ini. Dengan cepat ia berlari ke arah Orin dan meneguk segelas air. " Rin.. Lo lihat tadi kan ??!! Pakaian hitam, sorot mata tajam !! Astaga !! Jantung gue hampir copot. " Orin tersenyum menyemangati kakaknya. Lagi pula yang namanya usaha pertokoan pasti ada pelanggan yang memberi kesan baik dan kesan buruk.
Drtt..drtt..
Orin mengangkat telponnya malas setelah melihat nama yang tertera di layar handphonenya. " Hallo ? " Orin menatap jarinya yang bermain.
" Pulanglah lebih cepat, Mama dan Papa menunggumu di rumah. Untuk Aika sampaikan salam Papa dan Mama untuknya. Berkendara dengan hati-hati, jangan sampai terluka. " terdengar dengan jelas suara Maiko dari telepon, Orin hanya bisa menjawab perkataan Maiko dengan lesu " iya Pa " setetes air mata jatuh membasahi pipinya, tubuhnya bergetar dan lemah. Sambungan terputus, dan air mata mulai mengalir dengan deras. Sebuah tangan menepuk bahunya, membuat bebannya sedikit berkurang.
" it's okay. Semua akan baik-baik saja. Ikatan takdir tidak pernah salah. Kamu juga tau kan~ Papa dan Mama terpaksa, dan Kamu satu-satunya harapan Mama dan Papa. Lagi pula keluarga Maiko mana pernah mengikar janji bukan ? " Aika menyemangati Orin, ia tau ini tidak mudah dan ia bisa merasakan sesulit apa kondisi Orin saat ini. " Ini adat turun temurun keluarga kita. Apalagi Kakek sudah berpesan sebelum ia meninggalkan kita semua. Kamu tau kan ? Kakak juga bernasib sama seperti dirimu. " Orin tersenyum, ini jalan terbaik untuk dirinya. Lagi pula untuk apa ia takut, bukankah saat ini di depan matanya sudah terpampang jelas jika perjodohan itu ikatan dari takdir.
" iya kak. Aku pamit, salam buat Kak Aria. " Orin meninggalkan toko, dan berlalu pergi bersama motor miliknya.
***
" Pa~ Ma~ " Orin mencari kedua orangtuanya sesampainya di rumah.
" Anak Mama, sudah pulang. " Agatha memeluk Orin dengan kasih sayang.
" Hari ini keluarga Om Mario ke rumah. Mama udah siapin baju kamu " Agatha tau, Orin saat ini ingin menangis di pelukannya, tapi ini saat-saat di mana Agatha harus mendewasakan anak bungsunya. Sedikit rasa khawatir tertera di hati Agatha setelah melihat lutut Orin yang di balut dengan plester begitu halnya dengan leher Orin. Banyak pertanyaan yang memenuhi benak Agatha, tapi dirinya harus menahan, ia harus bersiap untuk menjamu keluarga Mario.Orin meninggalkan Agatha dan berlalu ke dalam kamar. Ia harus mempersiapkan dirinya.
***
" Angle~ welcome to my home. " Agatha dan Angle saling melepas rindu, bagaimana tidak mereka berdua sahabat sejak SMP dan ketika melangkah ke dunia perkuliahan mereka berpisah sehingga sangat jarang untuk bertemu. " Ayo mari masuk " Agatha membawa keluarga Mario ke dalam rumah menjamu tamunya dengan baik.
" Wah ! sudah lama tidak berjumpa Mario " Maiko menyapa Mario dengan senyum sumringah sembari menuruni tangga dan menuju ke ruang tamu. " kamu masih sama seperti dulu~ membuat kami menunggu. " Mario kesal melihat Maiko yang tidak memiliki perubahan sama sekali, membuat orang harus menunggu lama.
Maiko dan Mario tetangga masa kecil yang melalui hari-harinya bersama. Kedua orangtua mereka memiliki persahabatan yang kuat sehingga perjodohan ini diadakan. Keduanya juga dijodohkan dengan pasangan yang bersahabat, seperti keduanya dan kini perjodohan ini menjerat Orin.
" apa ini Orin ?? sudah lama sejak aku mengunjunginya ia masih sekecil ini dan sekarang ia sudah setinggi ini. " ~ kedua keluarga ini berbincang satu sama lain, menceritakan kisah masa lalu yang membawa kebahagiaan, beda halnya dengan Orin yang masih memusatkan pikirannya terhadap dirinya dan memasang senyum palsu di depan semua orang. " Anggap saja ini mimpi.. hanya mimpi~ " batin Orin.
" oh ya Orin. Tante hampir lupa perkenalkan, ini anak Tante, kalian udah lama kan nggak ketemu ?" Orin tersadar dari pikirannya dan menatap pria yang berada di depannya.
" Orin ! " Orin memaksakan senyumannya.
" Raka, senang bertemu dengan mu " Rasanya Orin ingin lari dari perjodohan ini, tapi ia tidak mampu. Ia tidak boleh menghancurkan pertemanan keluarganya dan mempermalukan keluarganya, itu akan menyakitkan. Saat ini, ia hanya butuh sesuatu yang bisa melepaskannya dari perjodohan ini. Tapi di sisi lain, ia hanya berharap ini memang keputusan yang tepat, setidaknya orangtuanya bahagia dengan perjodohannya.
***
" Hah~ " Orin merebahkan dirinya di atas tempat tidur dengan gaun yang tadi ia pakai. Sangat melelahkan, saat ini pipinya benar-benar sakit, Ia harus akting tersenyum berjam-jam, sampai pipinya kaku.
Tok..tok...
" masuk " Orin melihat ke arah pintu dan menatap sepasang manik mata yang indah.
" Mama mau tanya ! Leher sama lutut kamu kenapa ? " Agatha menekan leher dan lutut Orin, yang membuat dirinya meringis kesakitan, sembari memperbaiki posisinya menjadi duduk.
" aduh~ Tadi angin dari barat berhembus dan yah~ Mama taulah selanjutnya gimana ?! " Orin meniup lututnya yang masih terasa perih.
" trus leher kamu ? "
" dicekik, trus di foto ! Tapi di balutin luka Orin, hanya saja~ kaki baju Orin di sobek sama dia.. buat balutin lukanya. ! "
" astaga..! Trus, kamu di foto buat apa ?? " Agatha gregetan mendengar cerita Orin, ingin rasanya ia menjambak rambut orang yang melukai anaknya.
" Jaminan perbaikan mobil !! " Orin kesal mengingat kejadian yang menimpanya.
" Astaga cuman lecet juga !! Trus emang kamu nggak lecet gitu ??!!! " Agatha benar-benar sangat kesal sekarang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Sweet Candy
Romance" Aku memaafkan dirimu bukan karena aku murah hati tapi karena aku tau di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. " Orin berusaha menahan isak tangisnya yang tertahan. Rasanya sungguh sakit sangat sakit melihat orang yang dulu ia banggakan dan ci...