" Lo nggak boleh keluar batas ! Kalau Lo sentuh gue sedikit saja, tangan Lo gue patahin. Ingat ! " ancam Orin, ia menaruh guling yang menjadi pemisah antara dirinya dan Levon di tempat tidur. Tidak ada yang ingin mengalah untuk tidur di sofa, sehingga satu-satunya cara yaitu tidur bersama dengan batas.
" Kalau Lo ? "
" Ya kalau gue~ "
" Ganti tubuh gue yang udah Lo sentuh " Levon menampilkan senyuman iblisnya, membuat Orin bisa menebak apa yang di pikirkan Levon saat ini. " Mesum " Orin membalikkan badannya, dan mematikan lampu tidur miliknya.
***
Orin merasakan sesuatu yang asing di telapak tangannya. Perlahan matanya terbuka, menyesuaikan sinar yang masuk dalam penglihatannya.
" Buset ! " batin Orin. Ia melihat kasurnya dengan tatapan pasrah. Ia melewati batas yang di tentukan tadi malam, bisa di katakan ia tidak mengunakan bagiannya atau lebih tepatnya ia tidur di bagian kasur Levon dengan tangan yang menyentuh roti sobek milik Levon dan parahnya lagi kakinya berada di atas kaki Levon.
Perlahan Orin melepaskan pelukannya dan kembali ke tempatnya. Baru saja bergerak Levon menariknya kembali ke dalam pelukannya. " Bagaimana~ masih berlaku ? " Orin berusaha menelan ludahnya susah payah. " Ini namanya jilat ludah sendiri " batin Orin.
Levon mengangkat dagu Orin ke arahnya " Nona Levon yang terhormat, berapa besar kerugian suami mu malam ini ? Hm~ " Levon menaikkan sebelah alisnya, meminta jawaban dari mulut Orin.
" Ha-ha-ha..Kemarin cuman bercanda kok~ nggak usah di masukkin ke hati~ cuman bercanda. Ha-ha-ha " Orin merutuki dirinya sendiri, seharusnya ia sadar diri semalam, jika ia memiliki posisi tidur yang barantakkan.
" Bercanda ? " tanya Levon
" Iya bercanda~ jadi nggak perlu di masukkin ke hati. "
" Oh~ pilih pagi, siang, malam ? "
" Pagi " Orin menjawab pertanyaan Levon dengan polos. Senyuman iblis Levon perlahan-lahan terangkat, membuat Orin sadar akan apa yang baru ia katakan.
" Lo mau ngapain ? " Orin berusaha melepaskan tangan Levon dari punggungnya.
" Bercanda kok~ cuman bercanda doang~ " ucap Levon dengan nada meledek. Perlahan tubuhnya mulai mendekati Orin membuat Orin segera ingin lari dari kukungannya
" aaaaa LEVON BRENGSEK "
***
" Lo kenapa Rin ? " Tania yang sedari tadi memperhatikan Orin berjalan pincang memutuskan untuk menghampirinya begitu juga dengan yang lain. " Ditindih setan ! " Orin berjalan mendahului Tania. Suasana hatinya benar-benar buruk saat ini." Dasar brengsek ! " batin Orin. Ia masih tidak berhenti-henti mengumpat dan mengatai nama Levon. Seketika darahnya mulai mendidih melihat Levon tersenyum miring ke arah nya.
" Aaah~ bajingan " Orin benar-benar geram, ingin sekali dirinya membelah tubuh Levon saat ini, terserah jika nantinya ia akan menjadi janda dia tidak peduli.
" Lo kesurupan apa gimana ? " Odetta menautkan kedua alisnya mencoba menerka-nerka apa yang terjadi dengan Orin saat ini.
" Guys, ceess " semuanya kompak memberi gaya ketika Lucine mengangkat ponselnya dan berselfi kecuali Orin yang masih darah tinggi dengan suasana.
" Muka Lo jelek banget Rin ! Ogah gue simpan, yang ada muka gue ikutan jelek~ kan nggak etis Bund " Lucine mengoceh nggak jelas membuat Odetta ikut-ikutan darah tinggi .
" Woy! Lo cermin di kaca aja~ tuh cermin udah pecah sangking buriknya wajah Lo, apalagi gue yang tiap hari eneg lihat muka Lo " balas Odetta.
" Terserah Lo mau bilang apa ! Orang jelek kan biasanya nggak terima dengan kenyataan. " Lucine mengibaskan rambutnya di depan Odetta, membuat dirinya dihadiahi cubitan di pinggulnya.
" Sakit bego " Lucine meringis kesakitan sembari memegang pinggulnya. Sedangkan yang lain menatap mereka dengan wajah datar.
Yaps, tidak perlu heran melihat tingkah keduanya yang layaknya kucing dan tikus. Mereka berdua kakak beradik beda 10 menit. Odetta lebih tua dari Lucine. Dan uniknya, keduanya tidak terlihat seperti anak kembar dikarenakan keduanya memiliki wajah yang berbeda terlebih lagi sifat yang sangat bertolak belakang, membuat keduanya setiap saat selalu adu mulut.
" Lo bilang gue bego ? "
" Lo emang bego dari sono "
" Gue kakak Lo~ kalau gue bego berarti Lo bego juga oon "
" Idih~ gue nggak sudi punya kakak kek Lo , beda 10 menit doang songong banget Lo "
" Apalagi gue ! Ogah banget~ " keduanya masih saling adu mulut dengan kaki yang terus mengikuti Orin dan Tania ke kelas.
" Dasar bocah " ucap Tania membuat keduanya kompak mempolototi Tania. Sedangkan yang di pelototi berjalan terus dengan pandangan yang lurus tidak ke kanan ke kiri dan kebelakang.
" Rin " bisik Tania menyenggol Orin sesampainya di kelas. " Hm "
" Lo habis the first night sama Levon ? " pertanyaan Tania membuat Orin tiba-tiba tersedak entah dari mana. Ia memutar kepalanya ke arah Tania dengan mata yang membulat lebar.
" Lebih dari malam pertama tau nggak ? " mata Orin masih setia membulat sembari tangannya menepuk-nepuk dadanya.
" Yang bener Lo ? Enak nggak ? "
" Buset, enak dari mana ! " perkataan Orin membuat Tania tertawa terbahak-bahak membuat Lucine dan Odetta kompak melihat keduanya.
" Lo tertawain apaan ? "
" Nggak ! Nggak ada~ tadi gue salah minum air. " ucap Tania di sela-sela tawanya.
Odetta dan Lucine sudah mengetahui pernikahan Orin yang dadakan, tapi untuk cerita the first night lebih baik di tanam dalam hati saja.
***
Tin..tinSuara klakson mobil membuyarkan percakapan keempatnya. Seorang Pria turun dari mobil yang berwarna hitam.
" Nona~ " panggil Marverick begitu turun dari mobil. Ia membuka pintu mempersilahkan Orin masuk.
" Gue balik dulu " Orin melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan ketiganya yang masih menatap mobil yang membawa Orin pergi.
" Gila ! Ganteng banget " bisik Lucine.
" Ya iyalah~ jelas ganteng, Lo nggak lihat apa jenis kelaminnya laki ? Ya jelas ganteng ! " Lagi-lagi Odetta memancing Lucine, ini sudah menjadi kebiasaannya selalu menanggapi perkataan Lucine.
" Lo kalau caper bilang aja, nggak usah ngajak debat ! "
" Idih~ "
" Lo pada mau balik nggak ? " tanya Tania jengah melihat kelakuan keduanya yang tidak akan pernah berakhir. Ketiganya pulang dengan motor masing-masing, melaju meninggalkan sekolah.
***
Kini Dhruv dan Mike berada di mansion Levon, dengan tangan yang asik bermain ponsel." Lo serius mau ikut gue sama Levon ? " Mike meletakkan ponselnya di atas meja memandang Dhurv yang ikut meletakkan ponselnya.
" Iya "
" Lo serius ? " Dhurv menganggukkan kepalanya, membuat Mike menggeleng tidak percaya, pasalnya sudah 4 tahun yang lalu Dhruv tamat dari SMA dan sekarang ia kembali lagi memasuki dunia SMA hanya karena Levon. Dan wajahnya sangat mendukung untuk kembali menjadi anak SMA lagi.
" Dokumen ? "
" Udah gue urus "
Krek...
Ketiganya kompak melihat ke arah pintu, seorang wanita yang masih berpakaian sekolah memasuki mansion Levon.
" Adik ipar " Dhruv melambaikan tangannya ke arah Orin, sedangkan yang dilambaikan membalasnya dengan senyuman canggung. Orin dan Levon pernah bertemu sebelumnya di toko Bunga milik Aika, hanya saja Orin tidak terlalu melihat wajah Dhruv.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Sweet Candy
Romance" Aku memaafkan dirimu bukan karena aku murah hati tapi karena aku tau di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. " Orin berusaha menahan isak tangisnya yang tertahan. Rasanya sungguh sakit sangat sakit melihat orang yang dulu ia banggakan dan ci...