" ORIN !!! "
" ORIN !!! LO DIMANA ??!!! "
" ORIN !!! "
" ORIN RAVENANSYAH !! LO DIMANA ?? " Lucine, Titan, Mike dan Riko sibuk mencari Orin yang tiba-tiba hilang dari pandangan mereka. " Lo kenapa nggak susul dia.. hah !! " Titan membentak Lucine yang kini menangis dengan tubuh yang bergetar hebat. " Gue nggak kepikiran !! " Lucine mengotak-atik ponselnya dengan jari-jemari yang bergetar. Titan mengelap kasar wajahnya dan meneruskan mencari Orin.
" ORIN !! "
Mike menjauh dari ketiganya, mencari tempat yang paling aman.
" Levon !!! " Mike menghubungi Levon melalui jam cerdas miliknya, karena jaringan tidak mendukung di dalam hutan." Hm "
" Orin~ Orin hilang ! " Mike gelagapan sembari melihat sekeliling, memastikan tidak ada yang melihatnya.
tut..tut..
sambungan terputus. Mike kembali menyusul Lucine dan yang lainnya untuk mencari Orin.
***
Levon membulatkan matanya begitu mendengar Orin menghilang tanpa sepengetahuan kelompoknya. Apa yang ia pikirkan selama ini terlintas dalam benaknya, membuat dirinya semakin was-was dengan apa yang akan terjadi.
" Orin hilang~ gue mau cari dia dulu " Levon menepuk pundak Dhurv dan segera meninggalkan kelompoknya tanpa menunggu jawaban dari Dhurv.
" Levon mau ke mana ? " tanya Tania begitu sadar dengan kepergian Levon.
" Ntah " Dhurv menaikkan pundaknya dan melewati Tania yang masih menatapnya lekat.
" Nggak usah natap gue, awas jatuh cinta "
" Cih * " Tania memutar bola matanya malas dan menyusul yang lainnya.
***
Levon mempercepat langkahnya, menyusuri hutan yang mulai gelap. Hujan yang semakin deras, membuat langkahnya semakin sulit. Beberapa kali ia mengelap wajahnya yang terkena air hujan yang begitu deras.*Petir⚡*
Petir mulai menyambar disertai dengan kilat, membuat Levon seketika diam.
" Bajingan !!! " Darah mulai mengalir disertai dengan petir yang menyambar. Malam yang gelap membuat otak semakin merekam jelas. Dua anak kecil menahan tangis yang begitu sesak, menyaksikan darah yang menyembur keluar bagaikan air yang mengalir.
Suara tusukkan semakin jelas, petir semakin membara, ketakutan semakin merenggut jiwa keduanya.
" HAHAHAHA " Suara tawa yang berat itu mulai mengelegar.
" Palu X " batin Levon. Ia ingat sekarang, pemilik tangan kekar itu memiliki tato Palu berbentuk X. Levon merogoh ranselnya dan mencari ponsel. Ia menyalakan senter untuk menerangi langkahnya, ia semakin mempercepat langkahnya mencari Orin di tengah hutan yang begitu gelap disertai dengan hujan dan petir yang menyambar.
" ORIN !!! "
" ORIN !!! "
***
Orin mencoba membuka matanya yang terasa tertusuk-tusuk. Dengan segala kekuatannya, ia menyeret tubuhnya dan mencoba menyenderkan punggungnya di pohon. Kakinya terasa sangat sakit dan berdenyut-denyut, membuatnya meringis kesakitan. Ia tidak bisa melihat apa-apa karena sekelilingnya yang begitu gelap." ORIN !! " Orin membulatkan matanya, begitu mendengar suara yang familiar ditelinganya.
" LEVON !!!! " Orin berteriak sekuat tenaga agar teriakkannya bisa terdengar di telinga Levon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Sweet Candy
Lãng mạn" Aku memaafkan dirimu bukan karena aku murah hati tapi karena aku tau di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. " Orin berusaha menahan isak tangisnya yang tertahan. Rasanya sungguh sakit sangat sakit melihat orang yang dulu ia banggakan dan ci...