Orin berjalan ke sebuah taman. Pikirannya kalut dengan memori yang selalu memutar di pikirannya. Ia teringat dengan pernikahannya yang hanya sebatas kontrak. Kini, ia mengerti mengapa Levon menikahi dirinya. Tujuh tahun lalu, ia berusaha menyelamatkan 2 bocah kecil yang seusia dengan dirinya, tapi ia di tinggal sendiri sampai di bekap. Kedua, ia dimanfaatkan untuk mendekati kakak Iparnya yang bekerja di perusahaan Roger agar mendapatkan data-data. Ketiga, ia dimanfaatkan dengan Titan. Dan lagi-lagi, ia dimanfaatkan untuk pembalasan dendam pada Roger. Di sini ia hanya sebuah mainan, yang di tarik, di buang dan di ambil kembali.
Orin menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bahunya bergetar, tinggal 1 minggu lagi kontrak pernikahannya akan berakhir. Di sisi lain ia benci dengan kenyataan ia hanya di manfaatkan dan di sisi lainnya ia masih mencintai Levon. Ia benar-benar, tidak tahu harus berpikir apa. Ia menatap foto yang ia pegang, foto ketika keduanya datang ke sebuah toko kue. Air matanya mulai mengalir tanpa suara isak tangis.
***
Levon berjalan ke sebuah taman yang sepi, matanya mengarah ke sebuah kursi yang di duduki seorang wanita yang tidak asing di matanya. Levon menatap nanar punggung yang bergetar itu. Hatinya sakit melihat punggung itu, sudah berhari-hari ia tidak pernah menatap punggung itu.Levon berjalan ke arah punggung itu.
" Orin " Orin terlonjak kaget begitu mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Ia menoleh ke arah suara yang memanggil namanya.Ia berdiri dengan cepat dan mengusap air matanya. Dadanya bergemuruh, ingin memeluk pria di hadapannya.
" Orin, maafin gue~ " Levon maju selangkah tapi Orin memundurkan langkahnya. Levon mengerti, kini Orin tidak lagi ingin bersama dengan dirinya.
" Aku sudah memaafkan mu~ "
" ___ "
" Aku memaafkan dirimu bukan karena aku murah hati tapi karena aku tau di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. " Orin berusaha menahan isak tangisnya yang tertahan. Rasanya sungguh sakit sangat sakit melihat orang yang dulu ia banggakan dan cintai kini datang dengan gampangnya melontarkan kata maaf dari mulutnya. Orin mengeluarkan selembar foto dari sakunya, menatap lekat pria yang berdiri dihadapannya saat ini. " ini yang terakhir " Orin membalikkan badannya menyobek foto yang ia pegang dan berlari meninggalkan pria itu.
Levon terduduk lemas di rumput. Hatinya rapuh, sangat rapuh. Jalan yang ia bayangkan tidak semudah apa yang ia jalankan. Ia sadar, sangat sadar jika dirinya telah jatuh di pelukkan wanita ini. Harusnya ia tidak melibatkan dan memanfaatkan Orin lagi, tapi egonya lebih besar untuk membalas dendam.
Ia ingat, dulu ketika ia masih kecil Orin pernah menginginkan tali pinggang orang dewasa membuat Levon segera membelinya tapi dirinya menunggu sampai mereka dewasa. Tapi takdir berkata lain, sebuah kejadian yang menyakitkan harus terjadi, membuat keduanya berpisah begitu lama, hingga akhirnya takdir mempertemukan keduanya di depan sebuah toko bunga.
Levon menyesal telah menyelidiki data Orin yang membuat dirinya semakin bangkit dari egonya, seharusnya dirinya mengingat kata-kata Paul untuk tidak jatuh terlebih dalam dan tidak melibatkan sesuatu yang berharga. Ia menyesali semuanya.
***
Orin berlari masuk ke dalam kamar. Tania yang melihatnya, mengikuti Orin ke dalam kamar. Ia melihat Orin yang semakin menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya yang ia tekuk." hiks..hiks.. "
Tania memeluknya erat dan mengelus pucuk kepalanya. " Keluarkan semuanya~ aku akan tetap ada di samping mu " Tania memang tidak paham dengan apa yang terjadi pada Orin, bahkan ia tidak memberitahu yang lain tentang kondisi Orin karena menurutnya itu privasi Orin tidak semua orang harus mengetahui kondisi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Sweet Candy
Romance" Aku memaafkan dirimu bukan karena aku murah hati tapi karena aku tau di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. " Orin berusaha menahan isak tangisnya yang tertahan. Rasanya sungguh sakit sangat sakit melihat orang yang dulu ia banggakan dan ci...