Kring...
Bel istirahat berbunyi membuat keempatnya bernafas lega dan kompak meregangkan otot-otot mereka yang kini kaku.
" Rin, Lo jadi nggak ke kelas Levon ? " Tania mengelap keringatnya dengan tisu yang di sodorkan Lucine.
" Iya. Mau ikut nggak ? " Orin menatap ketiganya, yang di balas langsung dengan anggukan. Keempatnya melangkahkan kaki ke kelas Levon. Melihat sekeliling, memastikan Pria yang bernama Levon ada di kelasnya saat ini.
" Nggak ada " Tania melihat ke arah Orin memberi jawaban yang pasti. Orin merogoh ponselnya, mencari nama Levon.
" Lo kasih nama suami Lo Iblis ? " Odetta menaikkan alisnya saat melihat nama yang terpampang di layar ponsel Orin. " So sweet " Lucine mengguncang-guncangkan tubuh Tania dengan ekspresi imut, membuat ketiganya bergidik ngeri.
" So sweet dari mananya ? " batin Orin menggeleng tak percaya dengan reaksi Lucine yang terlalu berlebihan menurutnya.
" Hm~ "
" Lo dimana ? " Tania, Odetta dan Lucine mendekatkan telinga ke ponsel Orin ketika Levon mengangkat panggilan dari Orin.
" Rooftoop "
" Oh~ yaudah gue ke sana, mau minta tanda tangan "
" Oh "
tut..tut..
Panggilan di akhiri. Membuat Tania, Odetta dan Lucine saling menatap.
" Oh doang ? Nggak romantis ! " ucap ketiganya kompak. " Di matiin lagi " tambah Lucine." Ya, trus ? Lo semua maunya apa ? "
" Ya, romantis lah " tambah Lucine.
" Halu " Orin meninggalkan ketiganya dan berjalan menuju kelas, mengambil lembaran yang harus di serahkan hari ini juga. Orin berjalan menuju Rooftoop dan melihat 3 pria yang sedang berbincang, atau lebih tepatnya 2 orang pria, yang satunya lagi tidak berbicara dari tadi hanya diam dan mendengar.
Orin berjalan ke arah ke-tiga pria yang tak jauh dari pintu. Ketiganya menoleh ketika mendengar suara langkah kaki. " Adik ipar " Dhruv melambaikan tangannya dengan senyuman lesung pipinya. Orin sedikit terlena melihat senyuman Dhurv, ia baru pertama kali menyadari jika Dhruv memiliki lesung pipi di kedua pipinya, membuat dirinya tampak lebih manis.
" Ini " Orin menyerahkan selembar kertas yang di materaikan beserta dengan pulpen. Levon menaikkan alisnya sebelah, menatap Orin dengan tanda tanya.
" Gue mau ikut Camping, jadi gue butuh tanda tangan Lo "
" Oh~" Levon menandatangani kertas yang di berikan Orin dan mengembalikannya ke pemiliknya.
" Ok Makasih. " Orin menatap dua orang pria yang berada di samping Levon dengan senyuman, dan melangkah ke arah pintu, meninggalkan ketiganya.
" Hah~ oh doang ? Dia nggak tanya apa, gue ke sana bareng siapa ? Naik apa ? Berapa hari ? Tempatnya di mana ? Gitu kan enak~ Orin, Orin. Lo berharap apa sama iblis " Orin melanjutkan langkahnya meski dirinya masih kesal setengah mati.
***
" Von, Lo nggak tanya apa! Camping itu buat apa ? " Dhruv menatap Levon dengan lekat, melihat apakah pria yang berada di hadapannya saat ini memiliki rasa peduli terhadap Orin atau tidak. Levon menghiraukan ucapan Dhruv, membuat Dhruv mengelus dada, ia harus sabar, harus sabar.
drttt..
Sebuah panggilan, masuk ke dalam ponsel Levon membuat Mike dan Dhruv saling menatap.
" Hm~ "
" Gue dapat info~ dia bakal datang ke sekolah Lo, kisaran 2 hari lagi. " ucap seseorang di sebrang telepon.
" Sendiri ? "
" Iya. Lo harus hati-hati. Di satu sisi Lo manfaatin DIA, di sisi lain orang yang Lo tunggu-tunggu akhirnya datang. Gue kurang tau, orang yang Lo tunggu-tunggu kenal Lo atau nggak. Dia bisa manfaatin keadaan, entah itu dia bakal mutarin rencana Lo atau sebaliknya. 2 hari lagi ! Lo harus waspada dan sekali gue ingatin, Lo jangan kasar ke DIA kalau Lo nggak mau dia tau tentang kejadian 7 tahun yang lalu. "
" Hm~ gue tau " Levon mematikan panggilan. Matanya menatap Mike dan Dhruv. Tanpa mengungkapkan dengan kata-kata, Mike dan Dhruv mengerti apa yang di pikirkan Levon. Jangan tanya mengapa, karena Mike dan Dhruv sedari tadi menguping pembicaraan Levon.
" Jadi gimana ? " Mike menatap Levon. " Lihat sendiri " Levon meninggalkan keduanya, membuat tanda tanya yang besar di benak Dhurv dan Mike.
" Nyesel gue ngikut Levon masuk SMA ~ " Dhurv meratapi nasibnya sembari mencium aroma Black Roses. Sedangkan Mike ia meninggalkan Dhruv yang masih setia dengan bunga black Rosesnya.
***
Levon dan Orin kini berada di mobil milik Levon. Kecanggungan mulai menyelimuti diri Orin, pasalnya sedari tadi dirinya ataupun Levon tidak mengeluarkan suara sama sekali, beruntung mobil Levon mulai sampai di perkarangan rumah milik Aika.Aika membuka pintu ketika mendengar suara deru mobil. Matanya menatap Orin yang keluar dari mobil Levon. Orin berlari ke pelukkan Aika, melepaskan rindu yang sudah seminggu tidak bertemu.
" Suami kamu ikut ? " Aika melihat Levon yang keluar dari mobil, dan melemparkan senyumannya.
" Iya. "
" Yaudah yuk ke dalam, ajak suami kamu. Sekalian bantu kakak buat kue " Aika mendahului Orin dan Levon.
" Toilet mana ? "
" Astaga ! " Orin terlonjak kaget, ia baru sadar jika Levon sudah berada di sampingnya saat ini.
" Lo bisa nggak sih, berjalan dengan suara ! Lo mau jadi duda ? " Orin mendecak sebal sekaligus greget dengan tingkah Levon yang selalu tiba-tiba berada di sampingnya.
" Tuh di dalam, di samping kamar Kak Aika. " Orin segera meninggalkan Levon dan masuk ke dalam mengikuti Aika yang sudah masuk.
Levon mengikuti Orin masuk ke dalam rumah, tapi tidak langsung ke dapur ia berjalan ke toilet sembari melihat-lihat rumah Aika. Ia berjalan lurus bukan untuk ke toilet melainkan ke kamar Aika. Ia merogoh sakunya, menggunakan sarung tangan yang sudah ia bawa. Perlahan ia mencoba membuka pintu kamar Aika.
" Good " batin Levon. Ia bergegas masuk ke dalam dan kembali menguncinya. Ia melihat ke sana ke mari, memastikan tidak ada siapapun di dalam kamar. Levon menaikkan kurva senyumannya ketika melihat laptop di atas meja. Dengan cepat ia membuka laptop itu, beruntungnya laptop ini tidak memiliki password membuat Levon lebih cepat mengambil datanya.
Ia merogoh kantongnya, mencolokkan kabel ke laptop. Jarinya seolah menari-nari di atas laptop, membuat suara yang berirama. Data-data mulai keluar, ponsel milik Levon memproses data. Data pertama yang terproses sangat lama membuat Levon mengetuk-ngetuk kan jarinya di atas meja. Masih 60% data yang sudah terserap. Levon memutuskan untuk mencari sesuatu yang lain di dalam kamar. Mencoba membuka satu persatu lemari dan laci, melihat adakah dokumen yang penting. Tidak menemukan dokumen yang penting, Levon kembali ke meja. 100 % data pertama sudah terserap. Kini jari-jarinya mulai menari lagi di atas laptop. Data-data mulai keluar satu per satu, Levon menyerap data kedua. 1 menit, sudah satu menit Levon menunggu dan hasilnya masih 75%. Levon melirik jam tangannya, sudah 3 menit 29 detik ia berada di kamar Aika dan suaminya.
" Sayang, aku pulang " suara pria terdengar dari lantai bawah membuat Levon tersentak kaget. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya, berharap penyerapan data selesai, tapi sayangnya data yang sudah terserap masih 86%.
" Sayang aku ke kamar dulu ya " kata kamar membuat Levon gelagapan, pasalnya data yang terserap masih 90%. Suara langkah kaki yang menaiki tangga mulai terdengar di telinga Levon.
***
Hai para pembaca MY LOVE SWEET CANDY !!!
Selanjutnya bakal gimana nih ?
Penasaran bab selanjutnya ? Yuk ikutin terus sampai ceritanya selesai :DSemoga suka dengan karakter-nya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Sweet Candy
Romance" Aku memaafkan dirimu bukan karena aku murah hati tapi karena aku tau di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. " Orin berusaha menahan isak tangisnya yang tertahan. Rasanya sungguh sakit sangat sakit melihat orang yang dulu ia banggakan dan ci...