" Gadis ini~ " batin Levon dengan wajah yang kembali datar.
" Tuan Muda, ada panggilan dari Tuan besar " Marverick menyerahkan ponsel dan menjauh dari Levon.
" Mengakui atau Memuji ??! " Levon memainkan Modernista Diamond Pen yang memiliki harga $265.000 atau setara dengan Rp.3.744.050.000,00- . Pulpen berharga yang dihadiahkan Venna ketika ulangtahun ke-09.
" jika aku memilih untuk mengakui kemampuanmu, maka yakin dan percayalah hari ini aku akan mematahkan tulangmu~ " Paul mendecak sebal dengan sikap Levon yang begitu sombongnya seolah ia tidak bisa mengalahkan Levon.
" Benarkah ??! Aku sangat menantikannya Tuan Paul yang terhormat !! " Levon tersenyum iblis dan melempar pisau miliknya tepat di samping lukisan kuno yang dihadiahkan Paul untuknya.
" Bagaimana keadaan mu ?? Aku sangat tidak sabar menantikan tontonan selanjutnya !! " Paul mengalihkan pembicaraan yang tidak akan pernah bisa berakhir dan di menangkan olehnya.
" Tuan Paul~ untuk apa terlalu terburu-buru menyantap mangsa~ aku ingin menikmatinya terlebih dahulu sebelum mengirimnya ke neraka~ "
" Levon bukankah masih ada musik yang belum ku dengar ?? " Paul mengubah nada bicaranya menjadi serius, membuat Levon tersenyum licik. " Akan ada saatnya, musik itu tersampaikan ke telingamu "
Paul menghela nafasnya, ia takut jika Levon akan jatuh ke dalam jurang yang lebih dalam, membuat dirinya sulit untuk keluar. " Levon~ ingat sampai mana kau harus melibatkan sesuatu ! " Paul menekan setiap kata-katanya, berharap Levon mengerti apa yang harus ia lakukan.
" Tidak akan pernah terjadi dan memang tidak akan terjadi. " Levon menanggapi Paul dengan nada dingin sembari memainkan jari-jarinya.
" Baiklah~ semuanya aku serahkan padamu !! " Levon memutuskan sambungan telepon terlebih dahulu dan melemparkan ponsel begitu saja. Ia memijit jidatnya dan memasuki kamarnya. Seperti yang jarang di ketahui orang-orang, Levon dan keluarganya hidup terpisah ketika ia berumur 08 tahun. Mereka hidup terpisah agar Levon terbiasa dengan hidup mandiri tanpa dimanjakan, dan lagipula ada asisten dan pembantu yang tinggal bersamanya untuk memperlengkapi kebutuhannya.
" ahh~ " Levon merebahkan tubuhnya di atas kasur. Pikirannya dipenuhi dengan langkah yang selanjutnya akan ia lewati. Tak butuh waktu lama untuk membuat matanya tertutup dan membawanya ke alam mimpi.
***
tok..tok..
" Orin !! " Agatha mengetok pintu kamar Orin berulangkali berharap Orin segera beranjak dari tempat tidurnya. " ugh " Orin meregangkan otot-ototnya dalam keadaan tidur, ia mengucek matanya sembari mengambil ponsel dan melihat angka yang tertera di sana " 06.30 "
" iya Ma ! " seru Orin dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Orin turun dari kasur dan melenggang ke bawah, meneguk segelas air setidaknya tenggorokannya tidak kering. Orin berbalik menuju ruang tamu ketika bel berbunyi.
tingtong..
Orin membuka pintu, menatap lekat pria yang saat ini berdiri di depan pintu rumahnya.
" Siapa Rin ?? " terdengar suara Agatha dari arah dapur, memastikan siapa orang yang datang ke rumahnya pagi-pagi buta begini.
" Maaf~ Anda siapa ya ? " Orin memperhatikan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pria ini menggunakan jas yang membuatnya terlihat tampan dan berkelas.
" Maaf Nona Orin~ Saya Marverick, Asisten Tuan Muda Levon. Dia meng~ "
*Muncrat*
Orin mengeluarkan minuman yang hampir ia teguk tepat di wajah Marverick, membuat dirinya bungkam seribu kata. Dengan wajah pasrah dan datar, Marverick menyeka wajahnya dengan saputangan, membuat keadaan semakin canggung.
" Tuan saya minta maaf, saya benar-benar tidak sengaja. Mohon terima permintaan maaf saya !! " Orin menggesek-gesekkan telapak tangannya dan membungkukkan badannya, berharap Marverick memaafkan dirinya.
" Tidak apa-apa Nona. Anda tidak perlu meminta maaf pada saya, saya yang salah mengagetkan Nona. " Marverick tersenyum canggung sembari berusaha untuk menelan ludahnya. " astaga~ Nona anda tidak perlu seperti ini~ Saya akan menjadi santapan serigala jika anda memperlakukan saya seperti ini. Oh Tuhan~ semoga Tuan Muda tidak mengawasi ku !! " batin Marverick berusaha tetap tenang.
" em~ Nona. Bisakah anda memanggil saya Asisten Marverick saja ?? " Marverick ragu-ragu untuk mengatakannya, tapi setidaknya bebannya sedikit berkurang.
" emm~ baiklah. Tapi akan lebih nyaman jika saya memanggil Marverick saja, lagipula~ saya bukan Tuanmu. "
" Baiklah itu tergantung pada Nona saja. " Marverick hampir lupa tujuan ia datang ke rumah Orin, beruntung sekali ingatannya berfungsi dengan baik.
" Orin ?? " terdengar sekali lagi suara Agatha dari dapur, dirinya khawatir karena tidak ada reaksi dari Orin ketika dirinya memanggil Orin beberapa menit yang lalu.
" iya Ma ! Sebentar Orin lagi kedatangan tamu " Orin membalas Agatha, sembari mengisyaratkan pada Marverick untuk diam.
" bisa gawat jika Mama tau Asisten Levon datang ke rumahnya " batin Orin. Sedangkan Agatha melanjutkan pekerjaannya, ia mengira jika maksud perkataan Orin adalah saat ini Orin lagi datang tamu bulanan, sehingga lupa dengan bel yang berbunyi.
" Nona~ saya datang ke sini untuk menjemput anda, atas perintah Tuan Muda. " Orin menepuk jidatnya, ia baru ingat jika kemarin Levon menyuruhnya untuk datang ke rumahnya pagi-pagi buta.
" em~ gini loh Marverick.. Hari ini say~ "
" Maaf Nona Tuan Muda tidak menerima bantahan !! " sela Marverick dengan cepat membuat Orin merubah eksperisi wajahnya dengan kecut. " Brengsek !! " batin Orin.
Orin melenggang ke dalam, tapi dirinya tak lupa untuk mengizinkan Marverick masuk. Dan sayang sekali niat baiknya ditolak halus oleh Marverick yang memutuskan untuk menunggunya di dalam mobil.
Orin berjalan dengan langkah perlahan berusaha tidak menimbulkan suara. Ia bergegas mandi dan turun dengan langkah perlahan, setidaknya Agatha tidak melihat dirinya pagi-pagi buta keluar rumah. Sesampainya di depan pintu, ia bergegas masuk ke dalam mobil tak lupa ia menutup pintu rumah.
" huft~ " Orin menghela nafasnya sesampainya di dalam mobil, mobil melaju dengan kecepatan sedang dengan Orin yang sibuk mengetikkan sesuatu.
tak..tak..tak..
" Ma~ Orin minta maaf ya.. Orin buru-buru ke sekolah jadi nggak sempat buat izin ke Mama. Soalnya Orin baru ingat kalau, Orin belum menyelesaikan project Orin yang ketinggalan di sekolah, untung teman Orin datang buat jemput Orin. Maaf ya Ma~. I love you Ma~ "
Pesan itu terkirim ke Agatha yang dengan cepat di baca dan di balas oleh Agatha.
" astaga ORIN !! Kamu ini ya~ Kalau Papa kamu cariin gimana ?? Yaudah, Mama maafin kali ini. Tapi kalau sampai terulang lagi, awas kamu !! "
Orin tersenyum lega, setidaknya ia pamit melalui teknologi canggih ini, sangat memudahkan.
Mobil melaju hingga sampai ke perkarangan rumah yang begitu mewah dan besar, membuat Orin sedikit takjub. Orin di bawa masuk oleh Marverick, para pelayan menundukkan kepalanya menunjukkan rasa hormat, Orin membalas dengan senyuman sehingga menciptakan rasa canggung.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Sweet Candy
Roman d'amour" Aku memaafkan dirimu bukan karena aku murah hati tapi karena aku tau di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. " Orin berusaha menahan isak tangisnya yang tertahan. Rasanya sungguh sakit sangat sakit melihat orang yang dulu ia banggakan dan ci...