MY LOVE SWEET CANDY 8

60 64 11
                                    

Levon membasuh tubuhnya dengan air dingin. Ia ingin bergembira terlebih dahulu sebelum memainkan mainannya. Sebentar lagi ikannya masuk ke dalam perangkap dan tikus tidak berkeliaran lagi. Selepas mandi, Levon menggenakan seragam yang berbeda dari sebelumnya membuat dirinya seolah dicahayai oleh matahari, dengan bunga sakura yang berguguran.

" Tuan semuanya sudah saya persiapkan " Marverick melemparkan kunci ke arah Levon yang baru saja keluar dari kamarnya. Levon menerima kuncinya dengan seringai tajamnya. Segera Levon berjalan keluar dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang " Pemandangan yang sungguh indah " ucapnya dengan penekanan di setiap kalimatnya.

***

Orin memarkirkan motornya dengan lesu. Ia tidak ada harapan lagi saat ini, dua hari lagi ia akan bertunangan dengan iblis dan besoknya ia akan menikah. Benar-benar takdir hidup yang menyulitkan. Orin menolehkan arah pandangnya ketika ciwi-ciwi berteriak melihat mobil yang memasuki perkarangan sekolah, sebuah mobil Bugatti La Voiture Noire dengan harga USD 18,7 juta. Seorang Pria dengan tatapan dingin keluar dari mobil tersebut ketampanannya yang berbahaya membuat para ciwi-ciwi, bahkan para anak laki-laki jantungan seketika. Seketika Orin melotot kaget melihat pria yang keluar dari mobil itu.

" Buset dah ! Yang benar saja~ Gila " Orin menundukkan kepalanya dengan tangan yang menutupi wajah, ia segera berlari ke kelas berharap Levon tidak melihat dirinya. Orin memasuki kelas dengan nafas yang tersengal-sengal. Ia berusaha menetralkan detak jantungnya yang tidak berirama.

" Rin ! Lo Napa ? " Tania menepuk pundak Orin, membuat Orin menoleh ke arahnya. " Setan, ada setan di sekolah~ iya itu setan " dengan lesu Orin menidurkan kepalanya di atas meja " mampus gue " batin Orin, membuat Tania dan yang lainnya menggelengkan kepala. " kerasukan nih anak, Perlu obat demam "

Lucine menghampiri Orin dan yang lainnya dengan langkah yang cepat.
" guys ! there is news, Lo semua mesti dengar, okey ! oh my God~ OMG !! do you know what happened? OMG !! Ganteng buanget, sumpah ! mesti di gebet fix no debat " Lucine berteriak histeris membuat yang lainnya menutup kuping, dengan tatapan malas melihat tingkah Lucine.

" berita apaan ? "

" Lo tau nggak ? Lo tau nggak ? Oh My God !! " Lucine kembali berteriak histeris membuat Orin menyumpal mulut Lucine dengan tissu.

" iih~ Lo apaan sih Rin ! " Lucine melepaskan tissu yang saat ini tersumpal di mulutnya.

" Lo yang apaan Lucine ! Dari tadi mulut lo muter-muter mulu, kagak nyampe-nyampe !! " Orin memutar bola matanya malas, dan kembali menidurkan kepalanya di atas meja.

" yaudah, iya..iya..iya ! Jadi beritanya~ " Lucine menggantung ucapannya membuat yang lainnya penasaran dengan kata-kata selanjutnya.

" etdah~ apaan bilang aja, nggak usah gantung-gantung gitu " sebuah tepukan di pundak membuat Lucine tersentak kaget. Ia menoleh ke samping menatap Odetta dengan tatapan kesal.

" astaga~ ini juga mau bilang.. sumpah deh~ kirain hidup gue bakal adem ayem gitu, yang ada mah gabung sama Lo pada beban hidup gue bertambah. Dosa gue apa gitu ??! Meng-sedih deh " Lucine berakting menyedihkan, seolah saat ini takdir tidak berpihak pada dirinya.

" nggak usah drama Queen, lanjut~ ada berita apa emang ? " ucap Odetta membuat Lucine berdecak kesal.

" itu~ kita kedatangan anak baru yang
handsome and sexy. So, ini cowok mesti di gebet, nggak boleh di lewatkan
do you know? Nggak boleh di lewatkan, sekalian aja kita gaet pake pancing "

" oon yang ada Lo yang di gaet pake tali sepatu " balas Odetta cepat " Lo kalau cemburu gue yang paling cantik di sini bilang aja "

" Etdah, ini bocah ge'er banget jadi orang. Gue bilang ya sama Lo~ Lo emang cantik karena Lo cewek, kalau Lo cowok berarti Lo ganteng, oon. Mikir dong ! itu gunanya otak buat mikir, makanya itu otak jangan di anggurin yang ada isi otak Lo itu Zonk ! Ngerti nggak ? " Odetta mendelikkan matanya, membuat Lucine mengumpat mendengar ocehan Odetta.

" Terserah " Odetta menghempaskan pantatnya di kursi sebelah Orin dan menopang wajahnya dengan tangan kanannya. Sedangkan Orin sibuk dengan pemikirannya, mencari cara agar dirinya bisa menghindari Levon ketika bertemu. " Det~ tuh cowok masuk kelas berapa ? " Orin menatap Odetta penuh harap membuat Odetta kikuk dengan tatapan Orin. " Kalau nggak salah 11 MIPA 1 " Orin menghela nafasnya, setidaknya ia tidak satu kelas dengan pria yang berbahaya di dunia.

***

kring..kring..

Bel istirahat berbunyi, membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas termasuk Orin dan teman-temannya. Di tengah perjalanan menuju kantin sekolah Orin menghentikan langkahnya, sedikit demi sedikit ia memundurkan langkahnya, membuat Odetta dan yang lainnya saling berpandangan.

" Lo kenapa Rin ?? " Tania berjalan ke arah Orin, membuat Orin seketika menghentikan langkahnya " Stop ! Gue~ gue cuman mau ke toilet, Lo semua duluan aja. Okey " Dengan cepat Orin berlari dan bersembunyi di toilet yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sedangkan Tania dan yang lainnya berjalan ke arah kantin.

***

" Gila~ gila~ gila~ aduh ! masa gue mesti ngehindarin dia ? Nggak ! Emang gue salah apa mesti ngehindarin dia ? iya juga ya~ " Orin membuka pintu toilet dan kembali menutupnya " Nggak boleh ketemu dia ! aahhh !! Bentar~ gue ngapain sih ?? Idih yang ada dia kege'eran ! Nggak gue nggak boleh ngehindarin dia ! ahh~ tapi gue nggak mau ketemu dia.. gimana dong ?? " Orin membentur-benturkan kepalanya ke dinding berharap mendapat pencerahan.

ting

sebuah nontifikasi pesan masuk ke ponselnya. " Honey~ datang ke rooftop sekarang. Aku sudah melihat wajahmu, tidak perlu menghindar. Atau apakah kamu membutuhkan tangan kekar ku untuk mengendong mu dari dalam toilet ? " Orin membelalakkan matanya, tak percaya jika Levon sudah melihat dirinya. Ia masih ragu apakah ia harus datang ke rooftoop atau tidak.

drttt...

Orin menjawab sambungan telepon yang masuk ke ponselnya tanpa melihat nama yang tertera di sana.

" Honey~ jika kamu tidak datang sekarang, maka akan ku pastikan kontrak pas~ "

" Iya gue datang ! Tunggu sana, jangan ke mana-mana " Orin menyela ucapan Levon dan dia juga yang memutuskan sambungan sepihak.

Orin mendecak sebal, dan meninggalkan toilet. Langkah kakinya segera menuju rooftoop sekolah. Di sana ia mendapati laki-laki yang membuat moodnya hancur, sedang menatap langit biru. Hampir terpesona, Orin memotret Levon yang membelakangi dirinya.

" Sudah puas ? " Orin tersentak kaget, ketika melihat Levon tiba-tiba berada di sampingnya. " Pu~puas apa ? Nggak usah ge'er " Orin gelagapan menjawab pertanyaan Levon, terlebih lagi saat ini jarak mereka begitu dekat.

" Pulang sekolah, Lo fitting baju. " Selesai mengatakan itu Levon pergi begitu saja, meninggalkan Orin yang menatapnya dengan tanda tanya.

" Udah gitu doang ? Gitu doang yang Lo mau bilang ? Brengsek ! Lo kira jalan ke sini nggak nguras tenaga gue apa ? Hah ? Woy ! Lo dengar nggak ? " Percuma Orin teriak, orang yang ia maki telah hilang di balik pintu. Kini, ia hanya bisa merutuki kebodohannya. Ia juga penasaran, mengapa orangtuanya dengan mudahnya menerima lamaran dari keluarga Levon.

" Tuh orang pake pelet ya ? Nggak bener nih orang ! Orang kek gini mesti di basmi. "

***

My Love Sweet CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang