Chapter 18

3.9K 563 364
                                    

Doyoung berlari masuk ke dalam rumah oma nya.

"Oma!" panggil Doyoung.

Krystal berlari dengan panik menuju arah suara.

"ada apa Dob?" panik Krystal.

"oma gawat oma! Bunda sama ayah.. Hhh" panik Doyoung.

"kenapa ayah sama bundamu?" tanya Krystal.

"ayah.. Hhh.. Dia.." ucapan Dobby tersendat karna paru - parunya perlu oksigen.

"minum dulu Dob" ucap Krystal sambil menggiring Dobby ke arah dapur.

Krystal mengambilkan cucunya ini air.

"minum dulu, baru habis itu cerita" ucap Krystal.

Doyoung meminum dengan rakus air yang diberikan oleh omanya.

"ada apa ini? Kenapa ribut siang - siang gini?" tanya Sehun yang baru saja masuk ke dalam dapur.

"ini Dobby datang - datang panik, aku ikutan panik" jawab Krystal.

"ada apa Dob?" tanya Sehun.

"kakek, ayah dan bunda bertengkar hebat" cerita Dobby.

"bertengkar gimana?" tanya Krystal bingung.

"bunda kan hamil oma, terus.. Terus.. Ayah.." Dobby bingung ingin menceritakannya seperti apa.

Krystal dan Sehun terkejut dan saling pandang.

"apa ayahmu menyuruh bundamu untuk menggugurkan kandungannya?" tanya Sehun serius.

Dobby mengangguk.

Sehun menatap Krystal.

Mereka seperti berbicara lewat mata.

"anak nakal itu" geram Krystal.

"sekarang oma sama kakek akan kerumahmu dob, kita hajar ayahmu itu" omel Krystal.

Dobby mengangguk setuju.

.
.
.

Haruto dan Junkyu tidak saling berbicara.

Junkyu memilih untuk sibuk membaca novelnya, sedangkan Haruto memilih untuk sibuk di depan laptopnya.

Junkyu masih sangat marah dengan ucapan Haruto.

Mau bagaimanapun juga, anak yang dikandung oleh Junkyu ini darah daging Haruto.

Mau masa lalu Haruto semenyakitkan apa, tapi ini dia sedang berada dimasa sekarang.

Junkyu sehat lahir dan jasmani, dia tidak sakit seperti Giselle.

Kenapa Haruto harus setakut itu?

Bahkan Junkyu juga tidak berniat untuk pergi dari sisi Haruto.

Junkyu memandang sendu punggung Haruto.

Ada hal yang sangat dia rindukan dari prianya tersebut.

Pelukan hangat Haruto.

Seumur hidup dia mengenal Haruto, dia tidak pernah bisa menemukan pelukan senyaman dan sehangat pelukan Haruto.

Junkyu menunduk.

Air matanya menggenang dipelupuk matanya.

"Yak Watanabe Haruto, turun kau!"

Junkyu terkejut mendengar teriakan perempuan diluar sana.

Haruto bahkan sudah berjengit kaget.

Siapa yang berani memanggilnya seperti itu?

VOLVORETA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang