Awal Pertikaian

1K 92 7
                                    

Shandy keluar dari apartemennya pukul 9 pagi.

Penampilannya casual seperti biasanya. Baju kaos bermotif, dan celana jeans longgar dengan emoji tersenyum.

Hari-hari yang dia jalani seperti biasa, tidak banyak yang berbeda.

Cuaca pagi ini sedikit sejuk. Baru saja matahari terbit dengan terangnya setelah hujan yang cukup deras. Kendaraan juga belum banyak yang melintas sehingga jalanan lebih senggang.

Akhirnya Shandy tiba di depan apartemennya, kemudian menaiki taksi.

Sepuluh menit berselang, Shandy pun tiba di sebuah kafe miliknya. Kedatangannya lebih seperti pembeli ketimbang pemilik, namun perbedaannya adalah saat para karyawan menyapanya sebagai "Bos".

Dia tidak banyak basa-basi dan hanya masuk untuk mengganti seragam layaknya karyawan yang lain. Saat Shandy keluar, dia sudah berbaur dengan karyawan lainnya, kembali menyamarkan citranya sebagai bos.

☕☕☕

Hari yang cerah tidak bertahan begitu lama. Sekali lagi, cuacanya berubah mendung dan tetes air hujan turun membasahi bumi. Ini sudah menjelang siang, namun tidak ada tanda-tanda bahwa hujan akan mereda. Ketika hujan berkecamuk di luar, Shandy punya hal mendesak yang ingin dia lakukan. Oleh karena itu, dia mengambil payung yang berada di dekat pintu kafe lalu pergi keluar bersama payung di tangannya.

Dia tidak pergi terlalu jauh, itu baik-baik saja jika hanya dilalui dengan jalan kaki.

Di tengah perjalanan, mata Shandy tidak sengaja fokus pada sebuah mobil yang melaju ke arahnya.

Mobil itu mewah dan begitu mencolok, mata siapapun yang melihat mobil itu tidak akan melewatkannya.

Penglihatan Shandy cukup cepat, dia sempat melihat pemilik mobil yang berkendara tapi kemudian...BYUR!

Cipratan air jalanan sukses membasahi jeans Shandy dengan bercak-bercak hitam yang menyedihkan.

Ekspresi Shandy menggelap, sedikit dendam bergumul di hatinya.

Orang tadi telah menyemburnya tanpa berbalik sedikit pun.

Shandy merutuk dalam hati, menyumpahi orang kaya yang tidak punya hati dengan sumpahan paling kejam yang terlintas di otaknya sementara tangannya menyapu noda di celananya meskipun itu sia-sia. Tetap kotor dan basah. Dengan wajah dingin, dia melanjutkan perjalanannya. Tetapi hatinya masih menyimpan dendam, 'Awas aja kalau ketemu.'

Inilah seorang Shandy. Pemilik kafe yang tampan nan dingin, dengan api dendam yang menyala di tengah hujan.

☕☕☕

Di sebuah gedung perusahaan, Fiki, bos muda keluar dari ruangan rapat. Di belakangnya ada pria berkacamata dengan berkas di tangannya.

Dua orang itu menaiki lift lalu sampai di lantai teratas di gedung ini, mereka berbelok ke kiri dan tidak lama mereka sampai di sebuah ruangan bernama CEO's Room.

"Tinggalkan berkasnya disini, Rick," Fiki duduk di kursinya, mengendorkan dasi yang sedari tadi melilit lehernya.

Pria berkacamata ini bernama Ricky, posisinya adalah sekretaris. Dia tidak bicara, hanya mengangguk lalu meletakkan berkas sesuai perintah sang CEO.

Tangan Fiki melambai, tanda dia ingin sendirian sekarang.

Ricky mengerti, dia menunduk lalu segera pergi. Namun saat selangkah lagi di pintu keluar langkahnya terhenti.

"Bos, pamanmu baru saja pulang dari LA, dia akan kesini siang nanti," ujarnya.

Paman?

Raut Fiki yang kelelahan berubah semakin tidak bersemangat, "Katakan kita tidak menerima tamu."

Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang