Keluarga

306 60 24
                                    

A/N : ekhem- fenji dah up selca, fidy kapan nich awokawowk. Btw, happy reading guys! 🥰

_____________________________

Kafe tampak sibuk dari biasanya.

Shandy datang terlambat. Dia tidak banyak bicara seperti biasa, setelah tiba disini dia tidak membuang waktu dan segera membantu yang lain.

Zweitson yang datang lebih awal cukup terkejut atas keterlambatan bosnya. Meskipun sebagai pemilik kafe ini Shandy bisa datang kapan pun dia ingin, tapi bosnya ini selalu datang awal. Ini tidak seperti biasanya.

Di siang harinya, Gilang masuk bersama beberapa pekerja kafe yang lain sementara giliran Zweitson untuk melepas celemeknya.

"Lang, gue duluan," Zweitson memepuk pundak Gilang kemudian berlalu.

Gilang mengangguk, "Siap bro!"

Zweitson melangkah lagi kemudian menyapa Shandy di meja kasir yang tengah sibuk menangani bill pelanggan.

"Bang Shan, gue masuk kuliah dulu ya!"

"Oke," Shandy mengangguk ringan.

Bagi orang lain mungkin raut bos tampan ini selalu begini, dingin dan bodo amat. Tetapi Zweitson mengerti kalau Shandy agak berbeda hari ini. Ada kesedihan di manik kecoklatannya.

Zweitson tidak punya banyak waktu untuk bertanya karena dia akan masuk kuliah setelah ini, jadi dia berangkat segera.

Sementara itu, Shandy melihat betapa ramai kafenya hari ini. Yah, sangat ramai tapi entah mengapa di tengah keramaian ini, jauh di hati Shandy justru terasa begitu sepi.

"Bos, mau gantian?" Gilang menghampiri Shandy, siapa tahu bosnya bosan duduk di bagian kasir.

Tapi Shandy menggeleng pelan, "Gak usah."

Sekilas Gilang tahu ada yang salah dengan bosnya. Biasanya mata dingin Shandy selalu tegas tapi sekarang....

....kelihatannya agak terkulai.

Gilang mengamati sekitar kemudian bertanya pada Shandy, "Dimana orang itu, Bos?"

Shandy mengernyit, "Siapa?"

"Itu....bos yang tingginya sampai langit langit."

Pasalnya, orang itu selalu tiba di siang hari namun sekarang tidak ada.

"Kayaknya dia gak bakal datang," jawab Shandy.

Gilang mengangguk paham, sepertinya apa yang bosnya bilang benar. Dia tidak berlama-lama mengobrol dengan Shandy, dan segera berlalu untuk mulai bekerja. Sedangkan Shandy, dia termenung.

CEO muda itu mungkin sudah berangkat ke Washington sekarang. Jadi sangat tidak mungkin Fiki bermain-main disini. Selain itu, kejadian pagi tadi cukup tidak mengenakkan. Shandy menghela nafas, tampaknya dia kejam menyuruh Fiki pergi tadi pagi. Padahal bocah itu memperlakukannya dengan baik.

"Kenapa gua gak guna banget?" Shandy membenamkan kepalanya di meja. Dia sudah gagal dengan tunangannya, sekarang dia bahkan membuat Fiki kena imbasnya.

Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang