Rindu

358 67 17
                                    

Kehidupan Shandy berjalan seperti biasa. Bangun pagi, pergi kerja, pulang kerja, tapi setelah Fiki tidak ada segalanya terasa sedikit berbeda.

"Bos, lu kenapa melamun mulu? Takut gue," ujar Gilang, menghampiri bosnya yang tengah duduk di depan kasir. Hari ini pelanggan tidak terlalu ramai, jadi Gilang masih bisa duduk santuy sambil mengobrol ria dengan bosnya.

Shandy terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng pelan, tanda seolah dia baik-baik saja. Alhasil Gilang hanya bisa menghela nafas. Bosnya tidak akan angkat bicara soal apapun ketika ditanya, mungkin saat masalahnya sudah basi barulah bosnya akan bicara. Itu pun persentase kemungkinannya kurang dari 10 persen alias bosnya ini hampir tidak mungkin membicarakan masalah pribadinya.

"Btw, bos yang tinggi tuh gak muncul lagi hari," celetuk Gilang, biasanya orang itu selalu ada disini di jam makan siang tapi beberapa hari ini batang hidungnya tidak nampak sama sekali.

"Dia gak dateng," balas Shandy.

"Kenapa?"

Shandy mengendikkan bahunya, "Gak tau, mungkin ada acara keluarga kali."

"Kok bos tau?" Gilang menangkat alisnya, lumayan terheran.

Tetapi sekali lagi, Shandy menjawab, "Tebakan doang, siapa tau." Jawabannya begitu enteng seolah itu benar-benar tebakan iseng semata, Gilang pun tidak menanyai lagi dan kembali pada pekerjaannya.

Shandy melihat jam.

Memang benar, ini adalah saat dimana Fiki mengajaknya makan siang.

Shandy menghela nafas, dia membatin, "Gue jadi kangen sama tuh bocil." Walaupun tingkah Fiki kadang membuat darahnya naik ke ubun-ubun, kata-kata gombal picisannya itu sebenarnya cukup menghibur. Tiba-tiba Shandy teringat saat dimana mereka berdua makan siang dan Fiki menunjukkan senyum licik tapi anehnya menggetarkan hatinya dan berkata, "Kalau gitu lu jadi pacar gua aja."

Fck!

Poninya berjatuhan menutupi pipi putih Shandy yang kini dihiasi semburat merah.

Dia serius gak sih ngomong gitu ke gue?

"Misi kak, mau bayar yang di meja 8."

Ekspresi Shandy berubah dalam sekejap, "Bentar ya, Mba. Ini, totalnya ada...bla, bla, bla...."

Meskipun suasana hatinya tidak karuan dan pipinya samar samar masih merona, hal ini tidak akan memengaruhi kinerjanya.

Shandy menghela nafas kemudian melambai pada Gilang untuk menggantikan dirinya di bagian kasir sementara dia pergi keluar untuk menghirup udara segar.

Dengan hanya berjalan kaki, Shandy tidak melangkah begitu jauh. Dia duduk di taman sambil memakan es krim yang dia bawa dari kafe.

Manik kecoklatan Shandy terlihat terkulai, sedangkan bibirnya agak mengerucut. Jujur saja, dia sangat merindukan cowok itu. Yah, siapa lagi kalau bukan Fiki.

Terbersit diotak Shandy, "Apa gue telpon aja ya tuh anak?" Tapi kemudian dirinya menampik pemikiran ini, "Apa banget gue nelpon dia duluan."

Shandy menyandarkan punggungnya ke kursi taman sambil merengut, dia bergumam kesal, "Kenapa dia gak nelpon gue duluan sih? Emang sibuk banget sampe gak ngehubungin gue sama sekali."

Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang