Samar-samar matahari mulai menerobos tirai apartemen. Cahaya jingga kekuningan menerangi kamar Shandy yang remang-remang.
Mata Shandy setengah terbuka, dia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi.
Masih terlalu pagi.
Pemuda bermata panda itu membenamkan dirinya ke dalam selimut, menikmati tidur molornya lebih lama lagi.
Sudah 2 tahun sejak Shandy ditinggalkan tunangannya.
Kenangan yang memilukan.
Saat terakhir kali dia bertemu tunangannya itu saat wanita itu bersama lelaki lain. Waktu itu, Shandy tidak bisa menahan marah jadi menghajar lelaki selingkuhan tunangannya habis-habisan.
Yang lebih menyakitkan lagi, bukannya ada dipihak Shandy, tunangannya malah membela selingkuhannya kemudian dengan mudahnya membatalkan pertunangan mereka.
"Coba kamu pikir, pernah gak kamu bilang cinta ke aku?"
"Gak pernah kan?! Cuma aku doang yang aktif di hubungan kita. Aku ragu, sebenernya kamu sayang aku atau gak sih?"
"Kamu orangnya gak asyik, dingin, hambar, cuek. Tiga tahun kita pacaran tapi kamu gak ada peningkatan."
"Aku batalin pertunangannya. Kita gak cocok, cari cewek lain yang sanggup mentolerir sikap kamu. Maaf karena aku gak sanggup."
Shandy memejamkan matanya.
Ditinggalkan itu sakit.
Ting nong!
Bel rumahnya berbunyi.
"Ck, siapa sih pagi-pagi?" Shandy bergumam marah. Dia sudah lama tidak menerima tamu.
Abaikan saja~
Orang itu pasti pergi dengan sendirinya, itulah dipikiran Shandy.
Ting nong!
Si pemencet bel sangat gigih, dentingan bel yang mengganggu terus berbunyi.
Namun Shandy juga tak kalah gigihnya, dia tidak akan bergeser dari tempat tidurnya sampai orang itu pergi.
Ting nong! Ting nong! Ting nong!
Tempo belnya dipercepat, mendesak pemilik apartemen untuk segera keluar.
"Keras kepala banget!"
Shandy melempar selimutnya sembarangan. Siapa orang yang datang? Apa orang ini tidak mengerti kalau pemilik rumah sedang tidak ingin menerima tamu? Tidak pernah ada orang kurang ajar yang menekan belnya dengan gila kecuali hari ini. Akhirnya Shandy membuka pintu dengan kasar.
Namun melihat siapa yang datang, Shandy segera menutup pintu lagi.
Ternyata adalah tetangganya yang murah 'senyum'.
Tindakan membuka-menutup pintu tadi sangat cepat, Fiki bahkan belum sempat bereaksi.
"Shandy, bukain pintunya!" serunya.
Namun tidak ada respon dari pihak lain.
"Gua mau minta maaf soal kemarin," Fiki membawa plastik berisi makanan. Suara kresek terdengar, "...ini sarapan buat lo."
Shandy berdiri di balik pintu hanya mendengarkan perkataan Fiki, tidak menjawab.
Fiki mendengus, orang ini keras kepala meski disogok dengan makanan.
"Oke, sebaiknya gue langsung ke point-nya," Fiki melanjutkan, "...soal malam tadi, gue minta maaf. Tapi waktu di kafe kemaren kenapa lo nyembur gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]
FanfictionCerita CEO muda x Bos kafe. Fiki, 23 tahun, CEO muda. Shandy, 27 tahun, pemilik kafe. Keduanya dipertemukan oleh pertikaian yang mencetuskan perang dingin. Karakter aku cuma minjem, tidak ada sangkut pautnya dengan real life karena ini cuma fanfic...