Rasa

349 70 45
                                    

A/N : haii readersku! Maaf udah nguji kesabaran kalian ya! Updatenya kelamaan ya wak 😭 hehehe... makasii yg udah mau baca, aku usahakan ttp konsisten update deh 😭👍

__________________________

Zweitson melipat celemeknya dan membersihkan dapur sebelum pergi dari kafe. Prinsip seorang Zweitson, kalau dia pakai sesuatu atau kerja di suatu tempat jangan sampai meninggalkan jejak. Alias tempat dia kerja harus bersih seperti sedia kala. Begitu selesai, Zweitson menyapa teman kerjanya yang lain termasuk Gilang.

"Gue duluan ya!"

Gilang mengacungkan jempolnya, "Okey siap, brader. Hati-hati di jalan!"

Zweitson tiba di parkiran. Setelah memakai jaket dan helmnya, dia menyalakan motor lalu tancap gas pulang ke rumah. Di bawah langit senja, Zweitson melewati area yang lumayan senggang dengan pemandangan perairan yang indah. Zweitson mengurangi laju kendaraannya begitu lewat di jembatan yang begitu familiar dengan dirinya saat masih kanak-kanak. Dia selalu bersama Fenly waktu itu, sepupu yang sudah dia anggap seperti saudara sedarah.

Mengingat masa lalu, membuat Zweitson tersenyum.

Dia dan Fenly sering bermain di jembatan ini. Mereka akan terjun dari jembatan lalu jatuh ke sungai di bawahnya.

Bulu kuduk Zweitson langsung berdiri.

"Kok bisa gue sama Fenly terjun dari sini?" gumamnya, agak ngeri.

Dulu saat masih kecil Zweitson tidak seberani anak lainnya, banyak hal yang tidak berani dia lakukan termasuk terjun dari ketinggian seperti ini. Yang sebenernya kalau dipikir gak ada gunanya terjun dari sini tapi kebanyakan anak pada doyan uji nyali aja dulu.

Jika dia anak yang penakut, beda cerita dengan Fenly. Bagi Zweitson kala itu, Fenly seperti tidak pernah takut apapun dan tidak ada yang bisa menyakitinya karena semua yang mengganggunya bakal dapat bogem mentah dari Fenly. Tapi Fenly yang sekarang berbeda.

Zweitson menghela nafas, dia berkata, "Gini amat ya Fenly kalau udah jatuh cinta."

Fenly yang kuat mental dan fisik langsung berubah lemah banget di depan orang yang dia suka.

Kadang, Zweitson sering bertanya-tanya, kenapa sih orang yang pinter, cakap, kuat luar dalam, dan ganteng kek Fenly bisa jatuh cinta sama CEO kekanakan bin taunya hura-hura doang kek Fajri?!

"Kok gak adil banget? Sepupu gue harusnya jatuh cinta sama yang lebih baik dari dia," gumam Zweitson, dia sangat menyayangkan ini sampai kepikiran pagi siang sore malam.

Oke, harus dia akui Fajri itu punya visual yang asjakdksmsksmmsksnssn ganteng. Tapi...

BIPP!

Zweitson tersentak kaget mendengar bunyi klakson di belakangnya.

"Woy, minggir napa! Ini jalan punya pemerintah bukan punya bokap lo!"

Teguran dari pengendara mobil itu sontak membuat Zweitson mengambil jalan menepi, dia berseru minta maaf namun mobil itu segera melaju meninggalkannya.

Memang salahnya sih..., pikir Zweitson.

Dia melamun hingga tidak sadar telah berkendara di tengah jalan. Ketika teringat bahan makanannya yang semakin menipis, Zweitson pergi ke swalayan dulu. Dia memilih bahan makanan seperlunya namun saat dia tengah berbelanja, Zweitson melihat minyak goreng.

Dia jadi teringat akan sesuatu.

'Oh iya! Minyak goreng di rumah mau abis!' batin Zweitson. Dia mendorong troli menuju rak itu tapi dia terperangah melihat tinggi yang harus dia capai untuk meraih minyak goreng.

Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang