Cukup mengherankan bagi Shandy.
Setelah menelepon orang di lobby, mereka benar-benar mengatakan kalau stok kunci apartemen Fiki habis. Shandy yang biasa menghabiskan sarapannya sendiri kini jadi berdua karena ada Fiki juga.
Keinginannya untuk hidup dalam ketenangan dan tidak berurusan dengan Direktur muda ini telah sirna. Baru saja dia bilang beberapa hari yang lalu untuk tidak bertemu lagi tetapi pada akhirnya mereka bahkan tidur di tempat tidur yang sama tadi malam.
Cobaan macam apa ini?
"Kenapa lu masih diem disini? Cari tukang kunci kek apa gitu, berusaha."
Fiki menatap Shandy dengan senyuman di bibirnya, "Gue ada ide yang lebih bagus."
"Apaan?" Shandy menyeruput susu di gelasnya.
"Gimana kalau gue tinggal disini aja."
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
"Engga bisa lah!" tolak Shandy mentah mentah.
Fiki mengangkat bahunya, "Kenapa?"
"Kok masih nanya? Emang lu bisa apa? Lu jago masak?"
Jelas tidak, jadi Fiki menggeleng.
"Lu jago bersihin rumah?" tanya Shandy, agak meremehkan.
Fiki menggeleng lagi, berkata, "Gue emang gak jago masak atau bersihin rumah tapi selama gue tinggal disini, dompet gue jadi dompet lu juga."
Shandy terhenyak seketika.
Tangan Fiki terulur dengan senyum mempesona yang tak jemu tertera, "Deal?"
Tanpa pikir panjang Shandy meraih uluran Fiki, "Gue pegang kata-kata lu."
Fiki menggenggam tangan Shandy erat, "Cowok sejati gak pernah ingkar janji."
"Deal!/ Deal."
Keduanya mengikat perjanjian ini bersama. Meski kelihatanya Fiki dirugikan tetapi bagi pemuda bongsor itu sendiri tidak masalah.
"Ayo berangkat kerja gue yang ngantar," ajak Fiki tanpa ragu.
"Em," sahut Shandy ringan. Walaupun Fiki menghambur masalah pada kehidupannya yang tentram, dia tidak menolak.
Ini gratis. Terima kasih Fiki karena sudah menghemat uang taxinya. Lagipula tidak mungkin Fiki tinggal selamanya disini. Shandy yakin suatu hari cowok itu akan pergi dan saat itu tiba hidupnya kembali seperti semula.
Dan untuk saat ini, keberadaan Fiki di rumahnya bisa menghemat uangnya lebih banyak. Xixixix...
Sementara itu di lobby apartemen, seorang pegawai yang baru datang melihat temannya mengambil seluruh kunci sebuah kamar lalu menyimpannya ke sebuah brangkas dan kemudian menguncinya rapat rapat.
Dia bingung lantas menanyai temannya, "Oi, itu kunci kamar siapa yang lo umpetin? Perlu banget ya disimpan di brangkas segala, kan di laci juga masih aman."
Yang ditanyai menghadap temannya sambil meringis, "Gue juga gak tau... Atasan kita tadi nelpon gue langsung buat ngumpetin kunci apartemen no. 59."
"No. 59?! Gak salah nomor lo? No. 59 itu punyanya Presdir kita!"
"Justru kata atasan kita diberi perintah langsung oleh Presdir buat ngumpetin kunci pintu kamarnya sendiri."
"..."
"Terus katanya kalau ada yang nanya soal kunci pintu no. 59, kita harus jawab kalau stok kunci udah habis..."
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]
أدب الهواةCerita CEO muda x Bos kafe. Fiki, 23 tahun, CEO muda. Shandy, 27 tahun, pemilik kafe. Keduanya dipertemukan oleh pertikaian yang mencetuskan perang dingin. Karakter aku cuma minjem, tidak ada sangkut pautnya dengan real life karena ini cuma fanfic...