Begitu mobil jaguar itu kembali ke jalanan, Shandy pikir mereka akan pulang dan istirahat tapi tiba-tiba...
Sret! Mobil berbelok, Shandy menoleh ke Fiki, "Kita mau kemana?" Mereka harus mengambil jalan lurus jika ingin pulang tetapi ini bukan jalan ke apartemen.
"Bioskop, ayo nonton dulu," Fiki bersenandung, dia tampak bersemangat. Memang seperti yang diharapkan dari anak muda.
Tapi Shandy terlalu malas, "Lu nonton aja, gua mau pulang."
"Kalau lu pulang, gua gak mau ngantar."
"Nanti gua naik taksi."
"Tiketnya udah dibeli," Fiki memelas.
Tapi sekali lagi Shandy menolak dengan kejam, "Nonton aja sama yang lain."
Jawaban acuh Shandy membuat Fiki tidak puas, "Ck, kok susah banget ngebujuk lo? Oke, lu boleh minta apa aja asal kita jadi nonton."
Dia tidak akan menyerah asalkan Shandy mau ke bioskop dengannya.
Shandy berkata, "Gua minta diantar pulang."
Fiki : "......"
"Yaudah, gua antar pulang kalau udah kelar nonton bioskop."
"Heh, bukan gitu maksud gua!"
Akhir negosiasi tersebut, Fiki berhasil menarik Shandy menonton bersamanya sementara Shandy tidak mendapat apa-apa. Toh, dia sama Fiki satu rumah jadi Fiki pasti mengantar Shandy pulang.
Mereka berjalan beriringan menuju bioskop.
Shandy melihat postur tubuh Fiki yang menganggumkan, dia begitu tinggi dan menawan apalagi mengenakan setelan. Ketika Shandy tidak sengaja melewati cermin, dia tanpa sadar membandingkan dirinya dengan Fiki.
Meskipun dia sudah terbilang tinggi, Fiki jauh lebih tinggi walau dia lebih muda 5 tahun. Fakta ini membuat Shandy tanpa sadar cemberut.
"Lu mau minum apa?" tanya Fiki ke Shandy. Keduanya memesan makan dan minum sebelum masuk bioskop. Sebenarnya Shandy jarang membawa makanan ketika di bioskop, namun karena Fiki yang bayar dia ngikut aja.
Film sebentar lagi diputar lantas setelah mengambil makanan, mereka masuk ke room segera.
Tiket yang dibeli Fiki adalah film horor. Dia tidak mengatakan ini ke Shandy karena cowok itu tidak bertanya. Sepertinya dia menonton apa saja. Fiki agak penasaran, apa Shandy tipe yang penakut atau bukan.
"Genrenya apa?"
Nah, ini pertanyaan yang Fiki tunggu.
"Horor, thriller," jawab Fiki, dia melirik Shandy, mencoba melihat reaksinya tetapi ekspresi cowok gondrong itu tidak berubah sedikit pun. Huh, dia sudah memikirkan ini tapi cukup mengecewakan. Padahal dia berharap Shandy meringkuk ketakutan padanya.
Lampu dimatikan.
Opening horor terpampang jelas di layar. Bahkan diawal sudah terjadi pembunuhan.
"Membosankan," Fiki menghela nafas. Dia kembali melirik Shandy yang tampak fokus menonton. Fiki membatin, "Padahal tadi gak mau nonton."
Film terus diputar.
Di tengah-tengah cerita, Shandy sudah terhanyut dalam film namun sebuah tangan yang dingin menangkap punggung tangannya. Dia langsung menatap tajam ke arah Fiki.
Fiki mengerti kemarahan Shandy jadi melepaskan tangannya. Dia berbisik, "Maaf gua takut banget."
Mendengar itu, Shandy mendengus, "Siapa yang mengajaknya nonton ini?" pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]
FanfictionCerita CEO muda x Bos kafe. Fiki, 23 tahun, CEO muda. Shandy, 27 tahun, pemilik kafe. Keduanya dipertemukan oleh pertikaian yang mencetuskan perang dingin. Karakter aku cuma minjem, tidak ada sangkut pautnya dengan real life karena ini cuma fanfic...