Ting! Pintu lift terbuka.
"Ah, sakit! Lepasin!"
Fajri menarik tangan Fenly paksa lalu membawanya ke toilet yang tidak jauh dari sana. Untungnya tidak banyak orang di perusahaan, hanya beberapa petugas kebersihan dan beberapa karyawan yang masih lembur. Tidak ada dari mereka yang menyadari keributan antara Fajri dan asistennya. Begitu tiba di toilet, disana ada 2 orang karyawan pria juga. Keduanya melihat bos mereka tengah menyeret paksa asisten kecilnya yang memberontak minta lepaskan.
Dua orang itu saling memandang saat merasakan suasana yang ambigu ini.
Fajri mendengus pada 2 karyawannya itu, "Keluar."
"B-baik, Bos!" Dua orang itu pergi secepat kilat, takut karir mereka terancam. Sebaiknya pura pura tidak tahu saja daripada kena masalah.
Fenly ingin minta tolong pada 2 orang itu tetapi Fajri menutup pintu toilet dan membungkam mulut Fenly dengan bibirnya.
"Umh-" Fenly berusaha melawan tetapi Fajri menciumannya begitu dalam sampai akalnya tidak lagi pada tempatnya. Baru kali ini Fenly dicium sampai lemas bahkan dia nyaris tidak punya kekuatan untuk berdiri.
Melihat Fenly sudah tidak melawan, Fajri melepaskan bibirnya.
"Kamu masih suka sama aku 'kan?" Fajri mengalungkan tangan Fenly ke lehernya sambil menyeringai. Perlahan tindakannya jadi semakin berani, dia membuka kancing baju Fenly satu per satu.
Fenly menggeleng, dengan sisa kekuatannnya dia berusaha mendorong Fajri namun hasilnya nihil. Fajri bahkan menjadi semakin tidak sabaran, dia membuka paksa kemeja Fenly membuat kancing bajunya terlepas dan terhambur kemana-mana.
Tangan nakalnya langsung merayap di dada hingga perut putih Fenly, membuat empunya mengerang tertahan.
Fenly memegang pergelangan Fajri mencoba menahan gerakan nakal bosnya ini akan tetapi Fajri tidak kehilangan akal, dia menciumi leher Fenly sehingga pertahanan yang lain semakin melemah.
"J-jangan...," rintih Fenly, sensasi geli telah memengaruhi kekuatannya. Belum lagi tenaganya sudah terkuras beberapa hari ini. Dia ingin menghentikan Fajri berulah lebih jauh namun di sisi lain matanya sangat mengantuk.
Dia benar-benar mengantuk sekarang seakan dia bisa jatuh tertidur kapan saja.
Mendengar penolakan Fenly justru membuat jiwa nakal Fajri semakin menggebu. Dia menandai tubuh Fenly, kemudian menatapnya dengan bangga. Penampilan asisten manisnya kini telah dikacaukan olehnya. Rambut kecoklatan Fenly telah acak-acakan dengan mata sayu dan bulu mata yang agak basah karena setengah menangis.
"Fen, lo harus tau secantik apa keliatannya lo sekarang," bisik Fajri tepat di telinga Fenly, sengaja menggodanya. Bahkan cara bicaranya tidak lagi formal.
Ini seperti mereka sebelum menjadi bos dan asisten.
"Tolong, lepas...humph—" Fajri kembali membungkam mulut Fenly dengan bibirnya namun kali ini bukan lumatan kasar melainkan lumatan lembut yang memabukkan.
Bahkan harus Fenly akui ciuman Fajri kali ini membuatnya sangat lemah.
Dia jatuh cinta pada pemuda ini, bahkan sebelum dia mengenali Fajri sebagai bosnya.
Fajri melepaskan pangutannya lalu menatap wajah menawan Fenly yang sudah kemerahan.
Begitu pun Fenly, tatapan dalam Fajri yang entah berarti apa itu membuatnya terpesona.
"A-aji..."
Fajri tertegun mendengar bagaimana Fenly memanggilnya sekarang. Muncul perasaan nostalgia yang dia rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]
Fiksi PenggemarCerita CEO muda x Bos kafe. Fiki, 23 tahun, CEO muda. Shandy, 27 tahun, pemilik kafe. Keduanya dipertemukan oleh pertikaian yang mencetuskan perang dingin. Karakter aku cuma minjem, tidak ada sangkut pautnya dengan real life karena ini cuma fanfic...