Lagi

406 70 14
                                    

Seisi kafe menyaksikan keributan yang terjadi antara pemilik kafe dengan pelanggannya yang berpenampilan bak model.

"Gue tau kita pasti pernah ketemu," ujar Fiki santai namun tatapannya mengintimidasi.

Gilang menonton keributan ini, dia ingin melerai tapi feelingnya berkata "sebaiknya jangan ikut campur". Jadi dia hanya mematung disana.

Shandy merasa tidak nyaman, mereka jadi pusat perhatian sekarang. Pihak lain bahkan belum melepaskan tangannya. Dia menjawab, "Ini pertama kali, tolong lepaskan," jelas ini kebohongan, namun mimik Shandy sangat terkendali seperti pembohong ulung.

Jawaban ini tidak membuat Fiki puas, "Apa-apaan? Lo jelas nyiram kopi ke gue karna ada masalah."

Namun Shandy bersikeras, "Lo gak liat kalau gue gak sengaja?"

Semua orang termasuk Fiki : "........."

Bahkan orang penyakitan bisa melihat kesengajaan Shandy saat menyiram Fiki! Siapa yang dia coba bohongi?!

Fiki menghela nafas, perdebatan ini tidak akan berakhir kalau tidak ada yang mengalah.

Dia melepaskan tangan Shandy.

Belum pernah dia menemui orang seperti ini. Setiap kali orang lain melihatnya, tidak ada yang akan berani macam-macam padanya, apalagi menuangkan kopi ke jasnya.

"Lo tau gak kalau gue itu CE...."

"Sstttt!"

Kalimat Fiki terhenti saat Shandy meletakkan telunjuknya di bibir, "Sekarang gue lagi kerja, kalau mau ngomong setelah jam kerja gue. Sebagai ganti, gue bakal ngasih lo secangkir kopi gratis."

Cih, apa-apaan dengan penawaran itu. Apa orang ini sengaja mempermalukanya? Berani-beraninya pelayan ini berkata seolah lebih sibuk darinya. Baru pertama kali ini Fiki sangat kesal sampai temperamennya yang terkendali akan runtuh.

"Tidak, terima kasih," Fiki masih mempertahankan senyumnya. Dia mengambil handphone-nya, meletakkan ke saku. Sebelum dia pergi, dia membungkuk, berbisik di telinga Shandy, "...gue gak mau nyusahin orang cacat yang bahkan gak bisa megang cangkir dengan bener."

Bos muda itu pun pergi meninggalkan kafe.

Shandy memutar matanya.

Perkataan Fiki barusan hanya sekedar kata-kata. Aksi lebih penting, salah satunya membiarkan bos muda yang sombong itu menyicipi noda kopi yang menempel di jasnya. Pfft!

☕☕☕

Matahari mulai kembali ke peraduan. Sebelum pulang ke apartemen, Shandy menyempatkan diri mampir ke supermarket untuk membeli bahan makanan. Jarak antara supermarket dan apartemennya tidak jauh, jadi Shandy terbiasa berjalan kesana sini.

Dengan tottebag di tangan, Shandy berjalan pulang ke apartemen.

Tidak butuh waktu lama, Shandy pun tiba di lobby. Hari ini lift agak padat, Shandy menunggu lift berikutnya sebentar.

Dalam masa menunggu itu, dia teringat dengan pelanggan -kurang ajar- tadi siang.

Dia tidak menyangka akan terlibat pertengkaran seperti tadi. Sebuah kebetulan orang yang menyipratkan air padanya di pagi hari ternyata akan menjadi pelanggannya di siang hari.

Shandy merasa bagaimana terakhir kali Fiki kukuh mempertahankan senyumannya padahal dia benar-benar dipermalukan.

Untungnya hari yang merepotkan ini sudah berlalu. Di lain waktu, dia tidak bertemu orang itu lagi.

Ting! Pintu lift terbuka.

Shandy langsung melangkah masuk.

Saat pintu lift akan tertutup, seorang pemuda berbadan jangkung meregangkan kakinya untuk menghalangi pintu. Otomatis, pintu lift terbuka lagi.

Pierced Memories [Fiki x Shandy aka Fidy UN1TY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang