Yang ga mau vote, mending gausah baca deh.
......
"Ini mau langsung pulang atau gimana?" Tanya vante. Mereka bertujuh udah pada di tempat parkir. Mau pulang ke rumah, tapi dirumah ga ngapa-ngapain. Nongkrong dulu bisa kali ya.
"Ke warkop Jendra gimana?"
"Skuy."
Yang bawa motor tuh vante, zio, arsen dan jeven. Sisanya nebeng. Warkop Jendra itu deket sama rumahnya vante. Jendra juga teman smp mereka dulu. Dulu kalau disana feo seringnya maligawa( makan lima ngaku dua)
Kalau yang sering ngutang ya palingan arion sama sevan. Yang sering bantu cuci gelas si zio sama vante. Arsen palingan cuma jadi pajangan penarik ciwi-ciwi sih biasanya.
Mereka pun sampai didepan warkop. Kebetulan ada ibunya jendra yang jagain.
"Ibuk!!" Seruan zio langsung menaruh pantatnya di bangku. Ibuk pun menyambut mereka dan sebaliknya mereka menyalimi satu-satu."Kok tumben sepi?" Tanya sevan.
"Biasa lah, ramainya sore atau malem kan. Eh pada mau mesen apa nih?"
Kompak semuanya mau makan Indomie rebus cabe geprek, oh kecuali feo. Lambung dia ga bisa makan pedas. Terus minumnya kalau gak es kopi ya palingan es susu. Makanan penutupnya juga roti bakar keju.
"Ibuk! Aku minta nasinya sepiring yo!!" Pinta zio. Ibuk jendra beserta karyawannya mas joni pun mulai membuat pesanan mereka.
"Eh anjrit si ketos lagi kenapa sih?! Ngeselinnya makin hari makin nambah." Adu feo sambil membejek-bejek tisu saking kesalnya.
"Si esa!! Udahlah minta desainin spanduk! Poster! Deadlinenya mepet! Pas udah jadi seenak udel ngomong desainnya menye-menye, apaan tuh gradasi warnanya ga jelas, lu bisa desain ga sih? HALAH JANCOK! DIA PIKIR GAMPANG APA?! gw bikin gituan tiga hari tiga malem nyelesain semua sama anak jurnalistik yang lain. Tapi ga di hargain banget..."
"UNTUNG YA UNTUNG!! gw masih muda! Stok kesabaran gw masih bisa, bisa kena serangan jantung kalau bos gw semacam mahesa!"
Sevan menepuk-nepuk pundak feo, bermaksud menenangkan emosinya. Mereka ngerti kok, buktinya mereka ikutan kesel.
"Pantesan tadi dia di ruang osis mukanya sepet banget kek pisang batu." Komentar zio.
"Dih dia mah emang mukanya sepet selalu." Tambah Arion.
Disambut tawa lainnya. Emang paling mantep mah di warkop tuh selain makanannya ya gibahannya. Kadang ada yang bilang begini, semakin ngawur obrolannya, semakin seru tongkrongannya.
Biasanya zio atau feo kalau ga ngomongin kisah kasih musuh di ruang osis, ya palingan ngomongin kepala sekolah sama guru bk.
Sevan biasanya ngomongin berapa harga saham di jeko sama restoran donat lainnya. Atau bahan-bahan resep donat dari beberapa orang. Vante ngomongin pemerintah gitu, ribet bahasanya.
Jeven ngomongin orangtuanya yang layaknya superhero suka pergi tiba-tiba saat dirumah, selain itu juga ngomongin kesehatan gitu. Soalnya jeven kalau lagi ga ngumpul ya dia pulangnya ke rumah sakit.
Arsen ngomongin Tambal ban yang harganya naik, ngomongin ramalan cuaca atau kadang saking randomnya arsen bisa ngomongin konspirasi atau hal-hal janggal di dunia. Contohnya kenapa ada manusia seajaib mereka berenam.
Iya kan arsen ngeklaim dia yang paling waras. Percayalah pas dia ngeklaim, sevan gebuk kepalanya make bantal sofa.
Kalau Arion gausah ditanya. Dia ga jauh-jauh dari tugas, puitis, dan kadang susah dimengerti lah obrolannya. Enaknya kalau sama arion itu sih curhat doang kalau bagi mereka.
Tapi dari semua obrolan paling mantap dan ajib sih ya ngobrolin ekhem... Istri mereka yang ada di korea. Terus ngomongin nyai sooman, gimana caranya ngerampok tuh aki-aki? Pikir mereka.
"Nih silahkan di makan ya.." ibuk sama mas joni sajiin makanan mereka di meja.
"Buk, jendranya mana?" Tanya jeven.
"Jendra kerja sampingan sekarang, relawan di rumah sakit gitu. Barusan berangkat."
"Rumah sakit mana?" Tanya jeven.
"Kayaknya sih di rumah sakit tempat orangtua kamu kerja jev, ibuk lupa namanya. Kalau ada Jendra, bilangin ibuk ya!"
"Oke!"
"Yaudah ibuk tinggal ke belakang, mau sholat ashar dulu. Kalian jaga warung sebentar yo. Kalau ada yang beli teriak ke joni saja."
Semuanya berlagak hormat pada si ibuk.
Selesai makan, mereka duduk-duduk dulu. Yakali habis makan pulang. Turunin dulu nasinya sampai minimal ada yang sendawa lah. Saking kenyangnya zio sampai buka sabuk celananya.
"Gw pulang duluan ya. Rumah sepi ga ada orang." Pamit arion memberesi tas nya dan menaruh uang makannya di meja.
"Ga usah ar, gw bayarin." Kata jeven. Arion tersenyum senang.
"Emang mama asha kemana? Abang-abang lu kemana?" Tanya vante.
"Kak aris kan sekarang mulai aktif kerja lagi, kak dim sama mama pergi ke acara arisan keluarga gitu."
"Oh yaudah, hati-hati. Lu naik apa?"
Baru pada inget arion kan ga bawa motor, mesen angkot juga ga ada angkot di daerah situ. Ojol kali ya?
"Ojol." Tuh kan.
.
.
.
."Van... Gw nginep sama lu ya?"
Vante menoleh ke arah belakang, iya mereka berdua sedang menuju arah jalan pulang. Tadinya mau pulangin feo dulu selaku yang dibonceng.
"Boleh aja sih, nenek mah pasti senang ada bekantan nginep dirumah."
Plak!
"Sembarangan!" Feo memukul kepala vante yang make helm itu. Ga main-main kencengnya. Untung ada helm.
"Tadi baca wa. Katanya ada tante gw, ogah pulang van. Gitu deh, lu paham kan?"
Vante just like "ಠ ͜ʖ ಠ👌"
Mereka berdua pun muter balik ke arah jalan rumah vante. Sebelumnya vante ini emang cuma tinggal berdua sama neneknya. Nenek Karla namanya.
Karena jarak dari warkop emang dekat sama perumahan vante, jadi ga lama mereka sudah mau sampai. Sebelum itu vante berhenti dulu didepan minimarket.
"Beliin nenek stok teh sama kitkat." Katanya. Nenek karla emang sukanya ngeteh ditemenin kitkat. Mantep banget dah cemilan tuh nenek. Vante sebagai cucu tunggal jelas sayang banget sama neneknya.
Vante ini gaya nya aja emang bad, nakalnya juga ada sih, tapi sebenarnya kalau dirumah vante ga lebih kayak pemuda takut keluarga. Sudahlah anak tunggal, orangtuanya juga sama-sama anak tunggal. Terus dua-duanya kerja di luar negri. Pulang setahun sekali.
Kebayang gak beban hidupnya seorang vante?
"Assalamualaikum nenek! Vante pulang bawa bekantan nih nek!"
Feo sedang memaki dalam hati.
Nenek karla datang sambil memakai tongkat, menyambut kedatangan cucu dan temannya yang pasti juga sudah akrab."Bekantan mana yang bisa seganteng ini si van?" Canda nenek karla.
"Jangan puji ah nek, nanti feo terbang. Nenek mau tangkep?"
Nenek Karla hanya menggelengkan kepalanya. "Masuk, mandi ganti baju habis itu sholat magrib kita makan malam. Nak feo mau nginep ya? Sudah izin ya?"
"Iya nek."
Bersambung...
Voment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Bestfriend
Teen FictionGanti judul jadi "Sorry, Bestfriend" - warn, banyak kata kasar - isinya candaan, jangan serius - update sesuka hati - hanya fiksi! - bromance, boyslove area!, (so bagi kalian yang ga nyaman dan ga suka temanya silahkan pergi) [Enggak tahu ini bakal...