#29#

210 29 7
                                    

Enjoy!

Tiba pada hari pernikahan. Akad dan resepsi yang diselenggarakan secara bersamaan. Fakta baru, Arion memang tidak punya saudara perempuan. Bahkan dari pihak ibu ia tidak punya sama sekali sepupu perempuan. Namun dari pihak ayah, dia punya enam sepupu perempuan dan salah satunya bernama Amelia.

Amelia satu tahun lebih tua diatas Aris. Hubungannya dengan Amelia biasa saja, tidak dekat juga tidak jauh. Ya bagaimana mau dekat, perbedaan umur sepuluh tahun juga perbedaan gender ga bisa buat mereka satu frekuensi.

"Teman kamu ganteng-ganteng banget,yon." Katanya Amelia. Mereka sedang bersalaman di pelaminan. Arion terkekeh, "sifat monyetnya belum pada keluar mba, liat aja bentar lagi juga pada ngincer prasmanan."

"Ngincer salah satu adiknya mba juga gapapa. Amara masih jomblo tuh." Arion hanya geleng-geleng kepala saja. Setelahnya para Juru kamera menyuruh mereka bersiap di posisi untuk difoto. Kedua pengantin ditengah-tengah, empat dari mereka di kanan dan sebaliknya.

"Sev.. lu bawa plastik?" Bisik Feo. Tapi masih bisa didengar oleh sekitarnya. Sevan jelas menggeleng. Namun senyuman menghanyutkan terbit diwajahnya.

"Bawa Tupperware dong.."

Pecah tawa ketujuh dari mereka, hampir membuat tamu jantungan di tempat. Karena secara tawa mereka itu membahana dan menggelegar. Dari sini kita selalu bisa memetik pelajaran untuk tidak menilai seseorang dari penampilan.

Buktinya mereka, muka ganteng tapi masih aja bawa pulang makanan dari kondangan. Jangan tanya dimana urat malu mereka, ikut kepotong sama ari-ari waktu lahir sih kayaknya.

"Tapi lu kok ga ngomong sih ri, sepupu lu nikah sama keluarganya Bram?"

"Ga penting. Yang nikah kan bukan gue. Awalnya gue ga mau dateng malahan." Kata Arion sambil menyuap sesendok es krim ke dalam mulutnya.

"Arion..!" Mereka semua menoleh ke sumber suara yang memanggil. Sebagian dari mereka tidak mengenal siapa wanita yang memanggil itu.

"Maminya Bram. Sebentar ya."

Feo senyam-senyum sendiri tidak jelas lalu menyenggol lengan Sevan. Dengan lirikan mata ia memberi sinyal pada Sevan, Sevan paham.

"Mama gue pernah cerita, kalau Jomblo kayak kita itu agak rawan dateng ke kondangan." Cerita Jeven mengingat kata-kata mamanya.

"Kenapa?" Tanya Vante.

"Auto jadi kandidat-kandidat calon mantu selanjutnya."

"I see.."















Maminya Bram mengusap pipinya Arion. Aura kuat dari wanita satu ini sulit untuk Arion atasi. Apa semua aura wanita Konglomerat seperti ini ya?

"Gimana kabar kamu, sayang?" Tanyanya. Arion tersenyum kaku. "Baik, sehat, makasih udah nanya kabar Arion." Gantian si Maminya Bram yang tertawa dengan pekikan gemas.

"Jangan terlalu formal, tante bukan bos kamu loh ya."

Lalu Maminya Bram memanggil putranya itu untuk bergabung dalam lingkaran keluarga ini. Arion langsung memasang wajah datarnya. Disekolah mungkin Arion masih mentolerir kehadiran Bram, namun saat ini. Jangan harap.

"Sini.. temani Arionnya." Bram mengambil kursi disamping Arion.

"Ga usah tan, aku juga mau balik ke meja sama temen-temen aku." Saat mengucapkan itu tangan Arion ditahan oleh mamanya. "Mereka bisa nanti dulu, sini dulu. Kamu ga lihat Tante Tiana masih mau bincang sama kamu." Mau tidak mau, harus mau. Arion kembali duduk.

"Sering habisin waktu sama teman ya?bagus. Biar kamu ga pusing sama tugas juga. Teman tuh tempat healing kita terkadang, ya kan? Ar... Sayang, kapan-kapan bisa dong ajak anak tante main sama-sama."

Sorry, BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang