Jeven dan Memei

158 18 1
                                    

Enjoy!





Dulu saat mamanya berkata untuk selalu mementingkan pendidikannya, Jeven langsung menurutinya. Berpikir tidak ada indah-indahnya mengenal cinta di masa sekolah.

Orangtuanya mendukung dia di Jurusan IPS saja ia sudah bersyukur. Meskipun banyak orang termasuk keluarga besar yang membicarakan. Di mata keluarganya ketika Jeven masuk IPS sangat menyayangkan. Ditambah dia anak tunggal.

Jeven sih tutup telinga. Selama orangtuanya memberi restu ya kenapa harus pusing sama omongan orang?

Ini juga menjadi hal yang paling bikin banyak orang iri. Ibaratnya sekarang seperti dia sepuluh dan dia punya segalanya. Mungkin satu-satunya kesialan terparah yang Jeven punya dalam hidupnya adalah ketika mengenal manusia seperti Feo dan Vante.

Namun sekarang engga begitu! Ini lebih parah! Ini lebih sialan! Karena apa? Karena dia harus mengenal dan terjebak dengan seorang gadis yang juga berasal dari Indonesia dan kuliah di Belanda.

Kesan satu sama lain kurang baik ketika pertama kali bertemu. Mereka bertemu karena sama-sama salah mengambil tas. Bayangin deh muka kagetnya Jeven pas buka tas di apartemen dan temuin pembalut wanita juga beberapa buku dari Jurusan berbeda.

Untungnya ada alamat yang tercantum di gantungan kunci. Niatnya untuk mencari si pemilik tapi si Gadis malah lebih dulu datang ke gedung fakultasnya.

Sedikit ada salah paham dan cek-cok. Malunya juga ga ketinggalan padahal keduanya sama-sama salah.

Apa hubungan itu selesai sampai disana? Tentu enggak. Mereka jadi lebih sering berpapasan satu sama lain dikarenakan teman cowok Jeven itu saudaranya si Gadis ini yang mau ga mau pasti gadis ini akan rajin mengunjungi adik laki-lakinya.

Terus gimana bisa mereka pacaran..?

Sederhana dan aneh bisa dibilang. Mereka pacaran hanya karena ingin bekerja sama menjaga adik laki-laki si gadis ini dari bullyan sekelompok geng sok berkuasa.

Lalu lama-lama ada perhatian kecil yang mengisi hari-hari dan dua hati.

Eak... Cringe banget.

Jeven juga merasa awalnya dia jijik sama dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia jalanin hubungan ini, terlihat seperti player.

Ditambah gadis itu terkadang seperti memanfaatkannya dalam satu hal. Seperti mengajaknya menjadi sukarelawan padahal Jeven sudah lama ingin sekali mengambil cuti.

Kata pacar disini tidak terdengar seperti hubungan romantis. Tapi lebih seperti partner keuntungan masing-masing. Keduanya hanya tidak sadar bahwa mereka sudah melekat kepada satu sama lain.

Tapi Jeven tidak bodoh rasa seperti Zio. Dia sadar dia telah menyukai seseorang tapi apakah si gadis juga merasakan yang sama?
Jeven belum cukup siap menerima bahwa hubungan pacaran ini tidak semanis itu.

Dia belum mau mengakhiri hubungan pacaran tidak jelas ini dengan si gadis.

Dan tepatnya tengah malam ini Jeven sedang mencoba menghubungi si gadis secara diam-diam tanpa ketahuan mamanya.

Kemungkinan di Amsterdam sana sekitar jam tujuh malam. Senyuman terbit dengan pelit di sudut bibirnya.

"Mei.."

"Iya Halo babu ku."

"Sialan."

"Bercanda pacar, kenapa..kangen?"

"Gw telpon narsis, gw ga telpon disangka lupain pacar. Maunya apa?"

"Makanan Jakarta yang hits sekarang apa?"

Sorry, BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang