#35#

175 26 6
                                    

Enjoy!

"ARSEN!!! ARSEN!! NAK!!!"

Arsen dengan panik membuka pintu kamarnya dengan kasar. Jantungnya berdetak amat kencang mendengar suara ayahnya berteriak dari luar. Begitu sampai di luar, tubuhnya terpaku mencoba mencerna apa yang baru saja ia lakukan.

Melihat ayahnya tersenyum lebar sambil mengangkat tinggi-tinggi dua bungkus plastik besar. Yang sepertinya berisi banyak makanan. Audi yang baru saja maskeran pun baru keluar melihat siapa yang teriak-teriak.

"AUDI!!! PRINCESS AYAH!!"

Audi menepuk tangan kakaknya sambil masih memperhatikan ayahnya yang masih memakai setelan jas rapih.

"Dia beneran ayah kita,kak?"

Arsen yang masih terbengong-bengong hanya menjawab, "i don't think so.."

Reynaldi menghela nafas saja walau senyuman masih begitu lama terpatri di wajahnya yang biasanya tegas. Sebab itulah keduanya anaknya terheran-heran. Dia mendekati anak-anaknya lantas memeluk dengan begitu eratnya. Menyampaikan perasaan rindu yang selama ini tertumpuk.

"Yah..u okay?" Tanya Arsen melepas pelukan Ayahnya. Memastikan bahwa yang pulang saat ini bukanlah psikopat yang menyamar sebagai ayah. Ah maaf.. Arsen banyak nonton film.

"Lihat sendiri, ayah sehat."

"Kamu..bukan seperti orang yang aku kenal.." Ujar Audi, seingat gadis itu ayahnya adalah orang kaku jarang tersenyum dan sangat amatlah tegas. Bukannya berteriak memanggil nama anak sambil tersenyum mengangkat makanan.

Atau ayahnya ketempelan makhluk halus dipinggir jalan ya?

Ayah mendorong kedua anaknya masuk. "Ngapain lama-lama diluar, ayo makan bersama."

Audi buru-buru mengambil piring dan alat makan. Dia membilas maskernya, biarin lah dia bisa lanjut nanti karena momen seperti ini tidak akan terulang dalam waktu dekat.

Ayah membawa Ayam goreng bumbu, capcay seafood dan satu kue rasa pandan. Tadinya Audi sempat melamun tetapi saat Ayahnya mulai menyiapkan satu porsi untuknya ia tersadar kembali.

"Rumah rapih ya? Ayah mikirin kalian terus selama kerja."

Dan sekarang bagaimana bisa Arsen dan Audi makan dengan tenang. "Ada bibi kok yah, kita berdua juga ga pernah bikin berantakan parah." Jawab Audi.

"Ayah.. khawatir sama kalian."

"Jangan khawatir!" Arsen membalasnya. Arsen menegakkan pundaknya. "Ayah selalu memenuhi kebutuhan kita, semuanya terkendali."

Kini Ayah juga tidak memakan makanannya, wajah tegasnya kembali dan Audi sungguh merasa tidak nyaman seperti biasanya.

"Ayah..kenapa kelihatan senang hari ini?" Arsen bertanya dengan harap tidak ada apa-apa yang terjadi. Hal hebat seperti apa yang bisa membuat ayahnya tersenyum kembali?

"Tidak ada apa-apa, Ayah cuma mau pulang ke Kalian."

"Terus kenapa beli kue rasa ini?" Lagi Arsen bertanya. Dibawah meja Audi menyentuh tangan kakaknya. Sudah jelas wajah Arsen tidak menunjukkan kesenangan sedikitpun.

"Kata cuma mau itu, jadi selama ini ada tempat pulang lain, ya?"

Reynaldi menatap serius pada anak sulungnya, mulai timbul perasaan tersinggung atas pertanyaannya anaknya yang seharusnya mungkin ia tidak boleh marah.

"Kamu menghargai ayah ga sih?! Ayah selesaikan banyak pekerjaan ayah, cuma bisa pulang dan makan satu meja sama kalian! Maksud kamu apa?"

Arsen tersenyum getir. "Aku menghargai ayah, makasih karena masih ingat sama anak-anaknya."














Sorry, BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang