#14#

341 34 0
                                    

Enjoy

Keesokan paginya disekolah kita seperti biasanya. Kali ini kita ketemu sama sevan dan feo yang sarapan bubur di kantin. Mumpung masih sepi.

Sebetulnya sevan yang memang ga sempat bikin sarapan makannya dia mutusin sarapan disekolah, dia kan ga suka ya kalau makan sendiri makanya dia hadang siapapun sahabatnya yang datang selanjutnya, kemudian feo lah yang datang.

"Mata lu kenapa bengkak tot.." kata tot disini adalah berasal dari kata bontot. Ya kalian tau, sebutan paling muda. Ya emang kan udah bagus-bagus dikasih nama Ferio Emmanuelle tapi dipanggil sama kawannya jadi bontot.

"Tante susi, dateng ke rumah. Katanya sih mau bertamu tapi malah ngajakin gw nangis nontonin video kucing."

Tapi sevan malah pasang ekspresi bingung, dongo, ya kan dia mana kenal tante susi. "Lu bergaulnya sama tante-tante sekarang?"

"Ga gitu setan! Dia tetangga lama gw, ih emosi aing teh sama kamu ujang!"

Habis makan lalu bayar, di kantin mereka ga bisa ngutang. Susah, ibu kantinnya lebih ganas daripada bendahara padahal makanannya enak-enak banget. Oh kecuali ke murid tersepeda seperti arsen sih mungkin ada pertimbangan.

Di sepanjang jalan balik ke kelas, mereka balas sapaan teman-teman terus. Kadang yang ga dikenal nyapa juga mereka senyumin aja. Masuk ke kelas keadaan sudah mulai ramai, tapi ramainya beda.

Sevan menghela nafas tatkala ketos ada disini. Feo menepuk dadanya. "Kenyang bubur, kenyang juga sama drama. Gapapa, feo anak biskuat." Iya itu bentuk moral kepedulian feo terhadap dirinya sendiri.

Kita bisa lihat vante sama jeven menghalangi arsen di mejanya. Padahal arsennya juga diam aja, ya kan mereka juga antisipasi. Sementara si ketos ini lagi berdebat sekaligus membujuk.

Ada apa sih kawan?

Sevan panik melihat arion tertelungkup di mejanya, ya, bram sedang membujuk arion. Tapi juga berdebat dan terus berselisih dengan zio. Sevan jalan ke arah arion, khawatir dia.

"Ar, kenapa ar?" Mendengar suara sahabatnya yang mungkin saat ini bisa diandalkan arion mendongak dan langsung meremat lengannya sevan. Lalu mendekati sevan, berbisik.

"Selamatin gue dari nih duo brengshake,gue mual.."

Sevan berdiri juga menarik lengan arion, sevan memandang sinis arsen. "Kok lu diem aja sih? Usir nih dua bocah kalau masih ga akur." Arsen menaikkan sebelah alisnya.

Sevan narik tangan arion, tapi lagi-lagi ditahan sama bram. "Kemana?"

"Boker, kenapa?mau ikut?"balas arion. Polosnya si bram malah ngangguk seperti dongo.

"Si goblok!" Sahut zio. Bodo amat, akhirnya arion tetap pergi sama sevan. Sampai di luar kelas malah sevan yang ditinggal, Arion larinya cepet banget.

Kakak kelas kebetulan yang lewat sampai kebingungan, arion tuh orangnya ga pernah kelihatan yang terburu-buru seperti sekarang. Alias tenang, diam, dan menghanyutkan bagai air.

.
.
.
.
.

Tsania memang segan sama ketosnya, tapi kalau kedatangannya cuma buat suasana kelas rusuh mah dia ga mau diam aja sebagai bendahara disini.

Bersenjatakan penggaris besi, dia mendatangi mejanya zio dimana dua makhluk ini masih tatap tajam. Seru kali ya kalau dua kepalanya dihantam satu sama lain.

"Mohon kepada bapak ketos untuk meninggalkan kelas dan perseteruan. Disini saya mewakilkan seluruh kelas yang ga nyaman sebelum saya seret paksa..
Hehe."

Sorry, BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang