Enjoy!
Beberapa tahun kemudian...
Ada seorang pemuda didepan minimarket, menenggak habis colanya sambil satu tangan yang lain memantau hpnya. Menunggu hujan mereda.
Dia Jeven. Habis telepon sama mamanya. Tapi setelah itu ada telepon lagi masuk, dari Arsen.
"Halo Arsen!"
"Hola. Gimana kabarnya?"
Sudah empat bulan terakhir Jeven tidak mengabari Arsen. Sesekali Feo yang menelponnya saat tengah malam.
"Sehat, seneng."
"Kenapa?"
"LIBURAN PANJANG AKHH!!!"
Seketika Jeven membekap mulutnya sendiri, lupa kalau dia masih ada di tempat umum. Beberapa melirik ke arahnya, Jeven meminta maaf dengan malu.
"Serius?wah.. gila gw seneng banget dengernya."
Sudah dua tahun berlalu, pastinya ada banyak kejadian tak terduga yang berlalu. Kangen yang tertabung pastinya sudah tak terhitung.
"Disini belum ada libur gitu jev. Arion sama Sevan malah sibuk magang. So.. kapan bisa pulang? Biar gw sama yang lain siap-siap disini. Yang libur lu aja atau sama Vante, Zio?"
Jeven diam dahulu, Vante sih bilang dia bisa ikut pulang. Tapi kalau Zio masih abu-abu, belum memberikan jawaban pasti.
"Gw sama Vante sih pasti pulang. Kalau Zio gatau, coba lu tanya sendiri sama dia."
"Ok deh, omong-omong lu bawa si dia gak?"
Terdengar sekali nada meledek. Jeven tidak bisa menahan senyumnya.
"Diem lo! Gw belum kasih tau mama. Mama kan ga izinin gw pacaran."
"Nakal sih. Siap-siap aja."
"ARSEN!!"
Setahun yang lalu Jeven memang sudah memulai hubungan pacaran, diam-diam tentunya karena ternyata sang mama belum mengizinkannya untuk berpacaran.
Namun Jeven ngeyel, yang tahu dia berpacaran juga Arsen dan Vante aja.
Jeven akhirnya memilih pulang karena langit sudah tidak hujan lagi. Sesampainya di Kondominium, dia agak terkejut karena melihat ada Zio. Biasanya jam segini dia sedang bekerja.
"Loh.. tumben. Biasanya kerja."
Dia menaruh belanjaannya di atas meja dan sebagian masuk ke kulkas. Sesekali melirik ke arah Zio yang fokus membereskan barang-barangnya.
"Iya, kan katanya mau pulang."
"LOH SERIUS LU BISA?!!"
"Iya Jev."
"Kenapa?"
"Disuruh Bunda sama..."
Etdah ngapain dijeda sih. Jeven jadi penasaran.
"Kangen Arion."
Jeven hanya diam sehabis mendengar dua kata barusan. Tanpa sadar tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gugup tiba-tiba.
"Gw boleh nanya ga sih Zi?"
"Boleh."
"Kenapa...lu ga terima pacaran sama Arion?maksud gw.. semua juga tahu tentang kalian, kalian udah lama barengan masa sih perasaan lu murni sahabat aja."
Dengan senyuman dan kini perasaan yang tenang Zio mulai menjelaskannya. Sejujur-jujurnya karena barangkali Jeven bisa memahaminya.
"Gw ini terlalu banyak traumanya Jev. Arion itu disayang banget sama keluarganya yang baik-baik aja. Rasa-rasanya Arion bakal rugi kalau dia masuk ke keluarga gw yang.. hancur. Gw takut trauma gw malah terlampiaskan ke Arion.
Kalau gw bisa perlakuin dia baik secara sahabat, gw cukup nyaman sama hubungan ini walau perasaan gw inginnya lebih sama kayak dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Bestfriend
Teen FictionGanti judul jadi "Sorry, Bestfriend" - warn, banyak kata kasar - isinya candaan, jangan serius - update sesuka hati - hanya fiksi! - bromance, boyslove area!, (so bagi kalian yang ga nyaman dan ga suka temanya silahkan pergi) [Enggak tahu ini bakal...