Sasuke hanya diam, tapi tangan nya yang tersisa satu itu terkepal. ia menahan amarahnya sedari tadi, mencoba untuk tidak memberikan kekerasan kepada anak masa depannya.
"Sasuke-kun..." panggil Sakura lembut, seraya menggandeng tangannya mencoba untuk membuat pria itu tenang.
Sasuke pun melirik sekilas kearah Sakura. dan detik berikutnya, pria itu pun menghela nafas berat. mencoba untuk tidak meluapkan emosinya.
"Yeah Sarada, kami bukanlah orang tua mu." ucapan dari Sakura membuat Sarada terkejut bukan main.
"Jadi, siapa kalian. m-maksudku jiwa kalian, berasal darimana." ucap Sarada mencoba untuk tidak bersikap gugup.
"Kami baru berumur 16 tahun Sarada..." jelas Sakura seraya tersenyum manis.
"Tidak mungkin, kalian masih remaja. jiwa kalian.." ucap Sarada yang masih tak percaya.
"Hn, kenapa kau melakukan ini?!" tanya Sasuke dengan nada dingin membuat Sarada gugup bukan main, ini kedua kali nya ia mendengar nada suara Papa nya yang berbeda. pertama saat ia di ragukan sebagai anaknya saat Uchiha Shin dulu, dan sekarang. Sarada mati-matian untuk tidak menangis.
"G-gomen, maafkan aku Papa... aku hanya tak sengaja, maksudku aku merasa penasaran." ucap Sarada, pertahanannya runtuh. ia tidak tahan lagi ketika Sasuke melihat nya dengan mata sharinggan.
"Hiks... aku memang mengikuti semua yang ada di gulungan itu, untuk memanggil kalian berdua. tetapi aku pikir kalian baru akan datang 1 minggu kemudian, namun saat Boruto memberitahu ku tadi, ternyata aku baru mengerti cara kerja nya hiks... berarti hiks, sejak aku memanggil kalian. kalian sudah berada disini hiks." ucap Sarada mencoba menjelaskan dengan derai air mata.
"Hhhh~" Sasuke pun hanya bisa memejamkan mata nya, tak kuat kalah isakan terdengar dari mulut gadis itu.
"Sarada..." ucap Sakura tak tega.
"Seharusnya kau memikirkan dulu resiko nya, kau tahu saat ini Sakura sedang menjalan misi sendirian. ia tak di temani oleh siapapun, tubuh nya saat ini mati rasa." ucap Sasuke mencoba untuk tidak emosi, tapi tetap saja nada suara nya terdengar dingin dan menusuk.
"Maafkan aku Mama, hiks.. maaf...." ucap Sarada saat mendengar pernyataan dari Papa nya tentang kondisi Sakura saat ini.
"Sudah, hei lihat Mama, Mama tidak apa-apa sayang." ucap Sakura seraya menarik Sarada kedalam pelukannya.
Sasuke yang melihat itu hanya diam, Sakura selalu berkerja keras dan sok kuat. itulah dirinya pikir Sasuke.
"Maafkan aku Mama, aku bersikap egois." ucap Sarada seraya menumpahkan air mata nya dan terus-menerus berucap maaf.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Mama baik-baik saja." ucap Sakura mengelus surai raven gadis itu.
.
.
.
"Hei, saat ini. bagaimana dengan jiwa diriku dan Sakura di masa ini?" tanya Sasuke penasaran.
"Huh, hmmm... tenang saja Pa, jiwa kalian sedang berada dalam mimpi di dimensi milik Papa..." jelas Sarada yang sudah berhenti menangis satu jam yang lalu, mereka pun saat ini tengah duduk bersamaan dengan Sarada yang berada di tengah-tengah antara Sakura dan Sasuke.
"Benarkah, aku tidak percaya." ucap Sasuke membuat Sarada menatap sinis kearah pria itu. sedangkan Sakura hanya tertawa melihat tingkah kedua orang yang sangat ia sayangi itu.
Aku tidak peduli, jika aku mati. setidaknya aku bisa memahami bagaimana rupa anak ku, jika aku menikah dengan Sasuke-kun. batin Sakura.
"Ma... kau kenapa?" tanya Sarada menatap Sakura dengan pandangan khawatir, Sasuke hanya diam menatap wajah Sakura.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERAN (END)
FanfictionSasuke yang sedang berada di Kirigakure bersama tim taka mendadak merasakan sakit kepala hebat hingga dirinya terpaksa kembali ke penginapan lebih awal. di lain tempat, Sakura yang sedang menjalani misi tunggal mencari tanaman obat tiba-tiba saja me...