"Selamat pagi!" Pundak Tianze ditepuk singkat seiring dengan sapaan itu.
Tanpa menoleh pun Tianze sudah dapat menebak itu siapa. Tanpa sadar dia tersenyum tipis.
"S-selamat pagi," sapa Tianze lalu menunduk.
Hanya sebuah sapaan kecil tetapi efeknya mampu membuat perasaan bak jungkir balik. Belum lagi ketika lelaki dengan tinggi menjulang itu memperlambat langkahnya agar tetap beriringan.
"Apa kau selalu datang sepagi ini?" tanya Xida.
Tianze menggeleng singkat. "Tidak. Kebetulan saja bangun lebih awal," jawabnya. Mengambil jeda beberapa saat sebelum kembali bertanya. "Kau sendiri?" Jujur dia tak terbiasa.
Xida tak langsung menjawab, tersenyum puas. Gemas, mengelusnya surai gelap milik Tianze. "Aku malah tak bisa tidur semalam."
"Kenapa?" tanya Tianze tak mengerti. Jelas sekali lelaki itu tengah penasaran.
Yang mana membuat Xida melebarkan senyumnya. Namun sebelum dia membuka suaranya, tiba-tiba diselah.
"Chen Xida!"
Tidak, bukan Tianze tapi seseorang yang Xida kenal, pasti. Beberda dengan yang malah Tianze celikukan, melirik ke sekitar.
"Selamat–Oh hi Tianze!" seratnya menyadari keberadaan Tianze disana. Sosok manis yang disapa akrab Chengxi itu menghentikan langkahnya, tersenyum ramah.
Dan dibalas senyum senatural mungkin dari Tianze yang mana membuatnya semakin terlihat aneh.
Chengxen terkekeh kecil. "Kau sangat mengemaskan," ucapnya. "Tak heran Xida tergi–" Namun terhenti begitu Xida menatapnya sinis "Hehe tak jadi."
Sepanjang jalan, ketiganya terlibat obrolan kecil dan sudah pasti Tianze menjadi satu satunya orang yang paling irit berbicara.
Akan tetapi Chengxin, yang terbilang baru pertama kali berbicara pada Tianze, terlihat tidak terganggu sama sekali.
Chengxin malah menyukai setiap kali manik gelap Tianze meliriknya. Juga bagaimana suara lembut sedikit deep yang Tianze hasilkan setiap kali berucap.
Sepertinya Chengxin sendikit mengerti kenapa sahabatnya menaruh perhatian pada sosok pendiam itu.
"Oh iya!" Teringat sesuatu, Chengxin meraba saku almamaternya. "Untuk mu." Sembari melempar kotak kecil pada Xida. "Selamat ulang tahun," lanjutnya, tulus.
Xida tesenyum kecil. "Ku pikir kau melupakannya," joganya.
"Ck, mana mungkin." Dibalas dengan senyuman bangga oleh Chengxin. Lalu kembali menjatuhkan fokusnya pada Tianze.
"Jadi? Kau memberinya hadia apa?"
Tianze menghentikan langkahnya, sembari menatap polos. Sama sekali tak tahu menahu.
"Tunggu? Jangan bilang kau tak tahu hari ini, hari ulang tahun Xida," selah Chengxin tak percaya.
"Hmm," dehem Tianze, tersenyum canggung. Chengxin lantas membuang nafas berat.
"Yak bagaiaman bisa, kau begitu bodoh!" kesalnya. Menatap sinis.
Tidak. Tidak pada Tianze melainkan Xida.
"Kau tidak memberi tahukannya bukan," lanjut Chengxin. Memuluk kencang lengan Xida. Tak habis pikir. "Dasar bocah ini."
Xida hanya meringis. "Kenapa kau memukul ku?!!"
"Itu karena kau terlalu bodoh!" Lalu kembali memukuli sahabatnya itu.
Sebelum menjadi bahan amukan Chengxin, lelaki Chen itu lebih duluh kabur. Tak lupa menarik Tianze bersamanya.
"Yak Chen Xida!!!"
***
Tianze masih betah terdiam menatap jauh keluar jendela, membuat Ziyi semakin tak tahan untuk menjaihilinya.
Walau berdiam diri merupakan hal biasa, yang sebagian orang beranggapan sebagai hobi Tianze. Tetap saja, hal itu menarik bagi Ziyi dan karena itu dia semakin semangat mengambil langkah setengah mengendap-ngendap hanya untuk mengagetkan lelaki itu. Dan....
"YAAAK!" sebo Ziyi.
Tianze? Jangan tanya, lelaki itu hanya menatap lelaki itu datar. Sama sekali tak terkejut.
"Reaksi mu tak seru," cibir Ziyi lalu mengisi kursi kosong disebelah Tianze. Sedangkan lelaki Li itu sendiri hanya mengamati gerak-gerik Ziyi.
"Wow, ini ajaib!" sorak Ziyi. Menutup mulutnya dengan salah satu tanganya, berlebihan.
Tianze yang sedari tadi tak mengerti apa yang dihebokan Ziyi menatap keheranan.
"Kau benar-benar Tianze kah?" lanjutnya. Masih denga intonasi khasnya. "Tunggu, apa kepala mu habis terbentur kesar?" Petariknya kepala mungil itu sembari mengecek, mungkin saja tergambar luka atu memar disana.
Tianze yang cukup risih, menetisnya keras. "Lepaskan!"
Ziyi bubur-buru melepaskannya dan tersenyum lebar. "Hehe maaf aku sedikit berlebihan," jelasnya. "Aku senang. Kali ini kau tak mengusir ku."
Tianze paham sekarang. Benar saja, biasanya dia tak perna mengijinkan Ziyi berjarak kurang dari dua meter darinya. Namun kali ini.. huft sudahlah ada hal yang jauh lebih mengganggu pikirannya dari pada sosok berisik itu.
"Setelah ini, kau sibuk?" tanya Tianze.
"Setelah ini?" tanya Ziyi. Alisnya ditekuk, tak mengerti.
Tianze menghela nafas. Dia lupa otak Ziyi sedikit dibawa kapasitas. "Maksud ku, setelah sekolah berakhir. Kau sibuk? Mungkin saja-"
"TIDAK!" potong Ziyi, tak santai yang mana membuat seisi kelas menoleh kearahnya.
Sadar berucap terlalu kencang, Ziyi lantas menurunkan volume ucapannya. "Tidak, aku sama sekali tak sibuk." Bersikap senormal mungkin sebelum kembali bertanya, "Hmm, ada apa?"
"Temani aku sebentar," ucap Tianze.
Ziyi yang semula tersenyum kini menatap serius. Matanya sedikit membesar, tak percaya denga apa yang baru di dengarnya.
"Hmm."Tianze berdehem ringan mendapati respon tak biasa nan cukup membingungkan itu balik menatap tanya.
Apa dia salah berucap? Apa mungkin susunan antar katanya terbalik?
"Hmm jalan-jalan sebentar tak apa kah?" tanya Tianze menjelaskan maksudnya kembali. Namun tetap saja, Ziyi hanya menatap. "Baiklah, aku akan minta pada-"
"TIDAK, AKU IKUT!" timpa Ziyi cepat.
Tbc.
nungguin ya wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Who You || CXD x LTZ [Slow]
FanfictionBromance, friendship, short story History renk : #2 in Chen Xida [19/03/27] #2 in Li Tianze [19/03/04] Start : 02/27 End : ©xcloser, 2019