Tianze sudah lebih baik, sangat-sangat baik malah. Bahkan Zhenyuan yang hampir setiap saat mengkhawatirkannua kini bisa bernafas tenang.
Namun sejalan dengan itu Tianze merasa.... ah entalah dia sendiri tak tahu pasti. Hanya saja, dia merasa sosok yang seakan tak perna puas mengusik kedamaiannya itu perlahan-lahan menjauh.
Dan untuk itu Tianze disini sekarang, rooftop sekolah sembari mantap penuh penasaran pada Ziyi yang terlihat tertidur lelap.
Tak lama tersenyum jailnya terbentuk dan dengan santainya Tianze menjatuhkan buku catatan yang sengaja dibawanya tepat ke wajah Ziyi.
Plak
"SIAL, SIAPA YANG–" umpat Ziyi akan tetapi begitu melihat Tianze, dia hanya bisa menghela nafas.
"Kau tidak datang untuk balas dendamkan," cibir Ziyi kesal.
Tianze seperti biasa, berwaja datar. Menyandarkan punggungnya pada dindin kosong dibelakannya. "Kau dicari Wang Laoshi," jelasnya.
Ziyi menguap kecil. "Katakan saja aku sedang malas masuk kelas," ujar Ziyi.
Namun bukanya kembali ke kelas, Tianze malah asik menatapnya yang mana, mau tak mau Ziyi akhirnya bangun. "Ok baiklah, aku akan masuk."
"Benarkah?" tanya Tianze. "Padahal aku disini tidak untuk memaksa mu," ucapnya jujur. Karna benar saja tujuannya kesini bukan untuk menyeret Ziyi kembali ke kelas.
Ziyi memiringkan kepalanya, tak mengerti. Pikirnya tumben sekali Tianze berlaku seperti ini. Jika tidak penting-penting amat atau tak diminta oleh Laoshi. Tianze tak perna mau pergi menghampirinya lebih duluh.
"Katakan, apa yang kau ingin kau ketahui."
Tianze ternapat penuh minat. Dia tahu Ziyi akan langsung paham. Jadi tampa menunggu waktu lebih lama lagi Tianze langsung tertanya, "Kenapa kau menjauh dari ku?"
Ziyi memekarkan senyum khasnya. "Jadi kau merindukan ku hmm," goda lelaki itu.
Membuat Tianze refleks menotasikan maniknya. "Ck, sepertinya aku salah bertanya seperti itu pada mu." Lalu hendak berbalik. "Baiklah, kalau begitu aku akan–"
"Eh tunggu aku bercanda. Jangan dianggap serius," selah Ziyi cepat. "Tapi tumben sekali biasanya kau malah mengomel ku karna selalu mengikuti mu–"
"Jadi, kau mau menjawab pertanyaan ku atau tidak." potong Tianze. Tidak begitu suka dengan sesuatu yang berbelit-belit.
Ziyi terkekeh ringan. Menjaili Tianze lalu saja memberikan kesenangan tersendiri baginya.
"Baiklah, baiklah. Tapi sebelum itu kau mau dengar sebuah cerita?" tawat Ziyi.
Langsung dijawab dengan anggukan mantap."Tapi awas saja kalau cerita itu membosankan."
Ziyi mengguk. "Jadi... duluh aku kenal dengan seseorang dan orang itu juga mengenal seseorang lagi dan suatu waktu mereka jadi teman dekat," jelas Ziyi mulai membuka cerita.
Tianze diam, memperhatian. Sebenarnya, ingin sekali lelaki manis itu mempebaiki kalimat Ziyi yang sangat berantakan itu.
Tianze tak haran jika dipelajaran mengarang Ziyi mendapat nilai pas-pasan. Liahat saja bahkan hanya menyusukn kalimat saja Ziyi sangat payah.
"Menjadi sahabat walaupun memiliki pribadi yang bertolak belakang. Satu si anak teladan yang selalu mendapat rengking satu dan satu lagi si tukang onar yang paling sering membuat keributan," jelasnya. Lalu menghela nafas sejenak sebelum kembali menlanjutkan ceritnya.
"Pertemanan mereka baik-baik saja tetapi sayangnya... semua itu harus berahkir sebulan sebelum kenaikan semester diadakan."
"Hari itu hujan sangat deras dan si pembuat onar bodoh itu memaksa ingin pulang karena mengkhawatirkan anjing kesayangnya yang memang selalu gelisa saat hujan."
Kali ini Ziyi terkekeh hambar kemudian mendongkak sembari mentap langit.
"Dia pergi begitu saja, menerobos hujan membuat si anak teladan itu menyusulnya. Menyuruhnya untuk membawa payung. Namun tetap saja, hujanya begitu deras membuat suara si anak teladan itu tak terdengar."
"Dan hal itu terjadi...." Ziyi memejamkan maniknya.
Dari tempatnya, Tianze dapat merasakan merasakan kegelisahan yang Ziyi rasakan.
Perlahan disentunya pundak lelaki Ao itu. "Jangan di teruskan," ucapnya.
Ziyi menoleh menatap dan terkekeh hambar. "Maaf cerita ku membosankan ya?"
Bukanya menjawab Tianze malah balik bertanya padanya, "Kau baik-baik saja?"
Tepat sasaran. Ziyi sontak bungkam. Manitnya menatap tak percaya. Untuk pertama kalinya ada yang bertanya bagaimana keadaanya. Namun tak berlangsung lama cepat-cepat diusirnya perasaan itu.
Kini yang lebih tinggi menatap Tianze yang juga menatapnya tulus. Tampa Ziyi sadari, perasaanya menghangat.
Dalam sekali gerak Ziyi maju dan menjatuhkan kepalanya ke pundak sempit yang lebih manis.
"Aku tahu, aku bukan sahabat yang baik," ucapnya setengah berbisik.
Tianze yang entah sejak kapan menaruh simpati pada lelaki itu menggeleng. "Tidak, itu bukan salah mu," tegasnya.
Salah satu tanganya menyentu surai Ziyi, lembut. "Terima kasih sudah mau bercerita pada ku. Dan maaf aku tidak bermaksud–"
"Seharusnya aku yang berterima kasih," potong Ziyi, lantas menatap yang lebih manis lakat. "Kau tahu aku hanya tak mau ngengulang kesalahan yang sama."
Setelah berucap, Ziyi kembali menegakan tubuhnya. Kedua tangan diletakan ke pundak Tianze. Mengurung manik bulan itu untuk terus menatap padanya.
"Kau sangat berharga bagi ku," lanjut Ziyi.
Tianze yang dasarnya bingung harus berlaku seperti apa hanya terdiam dan sesaki mengguk kecil. Dia hanya mencoba mengerti.
"Berjanjilah kau akan tetap disisi ku?"
"Tentu saja," jawab Tianze tampa berpikir. "Walau aku malas mengakuinya...."
Namun Tianze tetap Tianze dangan segala sikap dinginnya, akan tetapi sebelum selesai berucap. Ekspresi Ziyi sudah berubah seperti ingin mengukutnya.
"Oh baiklah. Kita teman, teman dekat malah" lanjut Tianze cepat. "Bangku kita yang berdekatan." Kemudian terkekeh. "Apa? Kau sudah puas?"
Tampa sadar Ziyi tersenyum masam dan mengguk namun tidak mengatakan sepata katapun.
Apa salah jika dia mengharapkan jawaban yang lebih dari itu.
Tbc.
ngefeel ga sih?
next baru fokus ke daze :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Who You || CXD x LTZ [Slow]
FanfictionBromance, friendship, short story History renk : #2 in Chen Xida [19/03/27] #2 in Li Tianze [19/03/04] Start : 02/27 End : ©xcloser, 2019