"Tak bisa kah, kau berhenti mengikuti ku?" ketus Tianze.
Sedikit menyentak kakinya kesal seraya membalikan tubuhnya, menatap Ziyi tajam walau maniknya sedikit tersembunyikan oleh surainya yang sudah mulai panjang.
Ziyi menoleh ke sekitar. "Hmm siapa? aku?" tanyanya. "Aku tak mengikuti mu," lanjutnya beralasan.
"Lalu kalau tak mengikuti apa?" tanya Tianze. Melipat kedua tannganya ke depan dada. "Nah jelas - jelas sejak bel istirahat tadi kau membuntuti ku."
"Aku tak mengikuti mu," kelak lelaki bermanik tajam itu sembari menggeleng pelan. "aku memang ingin pergi ke sini." Lalu terkekeh hambar.
"Ke perpustakaan?" tanya Tianze, tak percaya sekaligus heran.
Bagi seorang Ao Ziyi yang terkenal dengan segala ulahnya itu, mengunjungi perpustakaan bukanya itu terdengar sedikit tak masuk akal.
"Hmm tentu saja ingin mencari buku." Ziyi berucap seraya melangkah menuju rak buku yang berjajar rapi di sampingnya. Entah benar mencari buku atau memang hanya akal - akalanya saja.
Manik bulan lelaki manis itu bergerak mengikuti Ziyi. Lantas dia mengguk pelan. "Baiklah. Terserah kau saja," ujarnya.
Tianze kembali melangkah santai, mengampsen satu persatu buku tebal dengan jari telunjuknya. Mencari buka yang pekan lalu sempat di bacanya.
Setelah mendapatan buku itu, Tianze segera berjalan menuju meja panjang yang terdapat di tengah - tengah perpustakaan.
Dijatukan tubuh kurusnya dengan jari - jari panjangnya yang mulai bergerak membuka halaman buku itu.
Baru saja Tianze tenggelan dalam dunia khayal yang di ciptakan namun kembali buyar kerna Ziyi yang terlihat terang - terangan memperhatikan nya.
"Huft, sebearnya ada apa denganya?" gumam Tianze, bernafas kesal.
Tanpa melepas pandanganya dari buku yang dibacanya, Tianze berucap, "Aku tahu kau memperhatikan ku."
Ziyi mengangkat alisnya, terkejut. "Aku tidak-"
"Ya kau melakukanya," potong Tianze, nenatap Ziyi datar. "Sebenarnya apa yang ku inginkan?"
Lelaki bermarga Ao itu sedikit menarik sudut senyumnya. "Yang ku inginkan," ucapnya, sedikit menggantung ujung kalimatnya.
Seraya berali, menjadi duduk pada bangku kosong tepat di hadapan Tianze. "Aku hanya ingin tahu banyak tentang mu," lanjutnya tak lupa tersenyum khas.
Tianze terdiam. Alisnya sedikit terangkat, membentuk tekukan samar. "Ku rasa kita tidak sedekat itu untung saling mengenal satu sama lain," tegasnya. Lalu kembali melanjutkan bacaanya.
Yang lebih tinggi sedikit itu mengguk pelan sembari berpikir, tak lama kembali tersenyum cerah. Bangun dari duduk nyamanya sebelum menjatuhkan dirinya lagi tepat disamping Tianze.
"Nah sudah dekat bukan," ucapnya, tersenyum bak tanpa dosa.
Tianze hanya menatap lelaki disampinya itu datar. "Bukan dekat seperti itu yang ku maksud bukan seperti ini," ucapnya. Menggeser dudunya, memberi jarak.
"Yang ku maksud hubungan seperti pertemanan, sahabat, atau lainnya," lanjut Tianze menjelaskan.
Ziyi kembali mengguk kecil. "Baiklah, kalau begitu mulai sekarang kita berteman. Jadi ceritakan sesuatu tentang mu," ujarnya antusias.
Sebaliknya, Tianze malah bernafas makin berat. "Berhenti mengganggu ku," ucapnya tak kalah datar.
"Aku tak menggu mu aku hanya ingin berteman dengan mu."Ziyi berucap santai.
Lelaki manis itu hanya merotasikan maniknya bosan. "Yayaya lakukan sesuka mu," ujarnya tak minat. Kemudian melanjutkan bacaanya kembali.
Ziyi yang tak terima di diamkan begitu saja, iseng menarik buku Tianze. Dengan cepat di sembunyikan dibalik punggung sebelum mencondongan tubuhnya kearah Tianze.
"Kembalikan-" Tianze bungkam, terkejut dengan Ziyi yang tiba - tiba berada tepat di depan wajanya.
Terlebih begitu satu satunya tangan lelaki itu mendarat —menyentu surainya. Sebelum mengangkat sebagian surai hitan yang menutup jidat hingga manik bulan miliknya.
Ziyi kembali tersenyum cerah. "Aku hanya sedikit penasaran dengan ini," ucapnya. Entah mengapa terdengan lebih lembut bagi Tianze. Tak seperti ketiak lelaki itu mengucap namanya.
"Kenapa kau selalu menyembunyikannya?" lanjunya, dengan manik yang memandang iris milik lelaki manis yang belakangan ini memenuhi ruang pikirannya penuh takjub.
Lain halnya dengan Tianze yang masih saja terdiam, tubuhnya mendadak terasa seperti membeku. Entah terkejut karna perlakuan Ziyi yang tiba - tiba itu atau apa.
"Kau akan terlihat jauh lebih-"
Plak
"Jauhkan tangan mu darinya." Suara dingin itu terdengar berasama munculnya seseorang yang baru saja menepis tangan Ziyi kasar.
Ziyi hanya tersenyum miring menatap lelaki itu. "Huft kau lagi," ucapnya.
Lalu membangunkan tubuhnya, berdiri tepat dihadapan lelaki bernama lengkat Chen Xida itu.
"Sudah ku katakan untuk tidak menggungnya bukan." Xida kembali berucap dingin.
"Aku tidak mengganggunya," balas Ziyi seraya berkecak pinggang.
"Ck, jelas - jelas kau mengganggunya-" Xida kembali menaikan suaranya namun tak jadi begitu lengan almamaternya ditarik pelan.
Lelaki jangkung itu melirik, mendapati Tianze disana. "Xida, hentikan orang - orang melihat kesini," selah lelaki manis itu.
Karna benar saja pengunjung perpustakaan yang tak seberapa itu mulai melihat kearah mereka. Ingat, Tianze tak perna suka menjadi pusat perhatian.
Jika seperti ini, Xida hanya bisa membuang nafas pelan. Lantas menatap Tianze lembut. "Apa dia mengganggu mu lagi?" tanyanya. Tianze hanya menggleng singkat.
"Benarkah?" tanya Xida memastikan. Kali ini dijawab dengan anggukan pelan.
"Nah kau dengar bukan," selah Ziyi. Tersenyum menang.
Sang lawan bicara kembali menatap tajam, kemudian menarik tangan Tianze. "Ikut dengan ku."
Xida berjalan cepat menuju taman belakang yang memang berada di sebelah barat perpustakaan tadi.
Tentu saja dengan Tianze yang sama sekali tak bertanya atau pun protes padanya.
"M-maaf," ucap Xida ketika keduanya sampai di sana. Perlahan melepaskan genggamanya dari punggung tangan Tianze.
Lelaki manis itu tersenyum samar seraya berucap, "Hmm, tak apa."
"Maaf aku berlaku berlibihan pada mu. Aku hanya tidak suka melihat dia menggu mu lagi," jelasnya. Manik elangnya menatap Tianze lembut.
'Apa dia mengkhawatirkan ku?' inner Tianze.
"K-kau tak perlu khawatir," ucap Tianze, sedikit gugup.
Cukup lama keduanya hanya terdiam, sibuk dengan pikiran masih - masing. Sampai bunyi bel masuk mengembalilan fokus Tianze.
"Bel sudah berbunyi kau tak masuk ke kelas?" tanya nya. Sepertinya dia melamun terlalu lama.
Xida yang diam - diam memperhatikan wajah manis Tianze sejak tadi, tersenyum samar. "Nanti saja," ujarnya.
Tianzi mengguk mengerti. "Baiklah kalau begit-"
"Tetaplah disini," potong Xida cepat. Salah satu tanganya kembali menarik lengan Tianze yang baru saja akan bergegas.
"Hmm?"
"K-kau juga, tetaplah disini. Setidaknya sedikit lebih lama."
Tbc.
Huft... akhirnya kelar jg nulisnya 😌 sorry buat kalian nunggu lama 🙏
Boleh minta votmment nya ga 😅😂
![](https://img.wattpad.com/cover/164123267-288-k364081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Who You || CXD x LTZ [Slow]
FanficBromance, friendship, short story History renk : #2 in Chen Xida [19/03/27] #2 in Li Tianze [19/03/04] Start : 02/27 End : ©xcloser, 2019