Hujan keras yang mengguyur kota Chongqing mengharuskan para pejalan kaki mencari tempat perlindungan begitu pula dengan Tianze, yang saat ini terperangkap di teras ruko tua yang sudah lama tak beroprasi.
Lelaki pemurung itu menatap damai setiap butiran air yang terjatuh mengenai telapak tangannya, yang sengaja di ulurkannya ke luar. Terasa dingin namun lelaki itu menyukainya.
"Kau bisa terkena flu jika bermain air seperti itu," ucap seseorang membuyarkan pandangan Tianze yang sejak tadi menatap tetesan air di hadapanya.
Dilihanya seorang lelaki jangkung yang sudah tak asing lagi baginya. Berdiri ditengah hujan dengan payung bening yang melindungi tubuhnya dari guyuran itu.
'Chen Xida...,' inner Tianze.
Tianze reflek menyudahi kegiatannya, bermain air. Kini maniknya sibuk mencuri pandangan, lelaki menjulang yang di kenalnya dengan nama Chen Xida, berdiri tepat disampinya. Ikut bertedu.
Xida tersenyum samar menyadari Tianze yang memperhatikannya. "Ada apa? Ada yang ingin kau katakan?" tanyanya. Tianze yang ketahuan buru - buru membuang pandanganya, gugup.
"Jika itu tentang masalah di kantin hari itu. Tak masalah-"
"T-terimakasih telah menolong ku," ucap Tianze dalam sekali nafas.
Dan lagi tanpa sadar Xida menarik sudut senyumnya "Hmm sama - sama." Entah sejak kapan lelaki itu, Tianze selalu berhasil memancing senyumnya.
"Apa kau sekelas dengannya?" tanya Xida basi - basi.
"Siapa?" tanya Tianze balik mengedipkan maniknya, tak mengerti.
Namun sayangnya, tingkah menggemaskan itu tak bisa dilihat Xida. Karna tertutup dengan surai yang selalu menyembunyikan manik lelaki itu ketika menunduk.
"Siswa yang mengganggu mu itu," jelasnya.
Tianze mengguk kecil sebagai jawaban. "Hmm kami s-sekelas tapi... dia tak menganggu ku." Jemarinya sibuk memainkan ujung almamaternya gugup. Tak terbisa berbicara dengan orang yang tak dikenalnya. "H-hanya saja aku tak suka menjadi pusat perhatian jika bersamanya."
Xida menarik nafas legah. "Benarkah?" tanyanya lagi lagi Tianze jawab dengan anggukan.
"Kalau begitu lain waktu makanlah bersama ku di kantin. Aku akan mentraktir mu," lanjutnya tersenyum bersahabat melirik lelaki pemurung itu. Tianze hanya bisa terdiam, entah mengapa lelaki itu makin gugup.
Xida kembali menatap lurus hujan di hadapannya. "Hmm hujannya bisa semakin deras kalau begini terus aku bisa terlambat kerja part time." Tianze masih saja tetap dengan diamnya.
"Aku duluhan," lanjutnya menupuk pundak Tianze pelan. Berlalu meninggalkan tempatnya bertedu.
Lelaki yang ditepuk pundaknya itu menbulatkan matanya terkejut. Jemari kurusnya memegang pundanya yang di tepuk Xida barusan. Baru kali ini seseorang menepuk pundaknya selain Zhenyuan.
Baru beberapa langkah meningalkannya, Xida kembali sembari menyodorkan panyung miliknya pada lelaki bermanik bulan itu. "Oh iya dan ini."
"Ini untuk mu kau lebih membutuhkan nya," ucap Xida. Ditarinya pelan tangan Tianze agar menerima payung itu. Setelahnya lelaki itu kembali berlari menenbus hujan.
Tanpa sadar Tianze tersenyum samar memandang punggung Xida yang semakin menjauh. Lalu kembali menjatuhkan pandangannya menatap tangannya sendiri.
Tbc.
Sorry kalo di chap ini masih jelek aku :' kedepanya aku usahain bagus + lebih panjang kok itu pun kali kalian gak pada bosa ama cerita ff ini yg mungkin gaje ini
Last, votmen nya jangan lupa ;)

KAMU SEDANG MEMBACA
Who You || CXD x LTZ [Slow]
Fiksi PenggemarBromance, friendship, short story History renk : #2 in Chen Xida [19/03/27] #2 in Li Tianze [19/03/04] Start : 02/27 End : ©xcloser, 2019