Tianze mebaringkan kepalanya diatas kedua lenganya yang sengaja di tumpuknya ke atas meja.
Manik bulan miliknya kini terpejam damai. Suara bising dari teman sekelasnya seakan tak dihiraukannya sama sekali.
Kepalanya tesara sudah sangat berat —tak sanggup menahan kantuk. "Seharusnya aku tak usah memaksakan diri," ujarnya halus. Pada diri sendiri.
Ya, karna tes kimia pagi tadi. Lelaki bermarga Li itu memaksakan diri belajar sampai larut malam.
Tapi disisi lain Tianze merasa puas, kerna hasil kerja kerasnya semalam terbalaskan. Lelaki manis itu, berhasil mendapatkan nilai sembilan puluh di tesnya. Tak ada perjuangan yang sia - sia, bukan?
Nafas lelaki manis itu perlahan mulai teratur, sepertinya sebentar lagi dia dapat tertidur lelap. Ya lelap, kalau saja seseorang tak mendaratkan satu pukulan dipucuk kepalanya.
Tianze membuka matanya, lansung mendapati wajah Ziyi yang tersenyum jail padanya.
"Selamat pagi putri tidur," ucap lelaki itu.
Tianze melayangkan tatapan sinis. "Maksud mu siang," balasnya kesal namun tetap terdengar datar.
"Hehe maksud ku itu," kekeh Ziyi. "Kau tak ke kantin? Kau tak lapar?"
Yang ditanya seperti itu malah menekuk alisnya, "Aku sedang tak napsu makan."
Kalau diingat kembali beberapa minggu terkhir ini sikap Ziyi sedikit berubah padanya.
Lantas Ziyi mengeluarkan beberapa bungkus roti dari dalam saku almamaternya. "Ini, mumpung aku sedang baik."
"Tumben sekali." Diliriknya lelaki itu penuh selidik. "Aku tahu kau akan mengerjaiku lagi kan," lanjut Tianze. Tak langsung menyambar roti itu.
"Ck, apa aku sejahat itu." Ziyi membuang nafas, berpura - pura kecewa. "Ambilah sebelum aku berubah pikiran."
Tianze melirik Ziyi dan roti itu bergantian. "Baiklah, thanks."
Tak ada pembicaraan, Tianze hanya menyantap roti itu dalam diam. Sedangkan Ziyi malah sibuk memperhatikan lelaki manis disampingnya itu.
"Ada apa?" tanya Tianze, menyadari arah tatapan Ziyi.
"Tidak, ada." Lelaki itu menggeleng singat. Kemudian menopang dagu dengan salah satu tangannya.
"Kau terlihat lucu dengan pipi yang kembung seperti ini," jelasnya. Menunjuk pipi tembem Tianze.
Kalau kebanyakan gadis lain akan meleleh diperlakukan seperti itu oleh Ziyi. Lain halnya pada Tianze itu malah merotasikan maniknya, bosan.
"Berhenti menganggu ku." Kembali melanjutkan makannya, santai.
"Baiklah baiklah."
Ziyi kini melirik random ke penjuru kelas yang hampir kosong itu. Tak ada yang merik, hingga maniknya terpaku pada selembar kertar di laci milik Tianze.
"Hasil ulangan mu?" tanya penasan. Tianze mengguk pelan.
"Boleh ku lihat?" Dan lagi dijawab dengan anggukan.
"Jangan bilang kau semalam bergadang hanya untuk ini."
"Hmm tahu dari mana?" tanya lelaki manis itu polos.
Satu ketukan kecil kembali didapatkan Tianze di jidatnya. Membuatnya meringis.
"Pantas saja sejak pagi tadi kau selalu menguap," omel Ziyi.
"Tunggu." Menoleh menatap Ziyi dengan tatapan penuh curiga. "Kau memperhatikan ku?"
"Hmm? T-tidak," jawab Ziyi sedikit gelabakan. Untung saja Tianze tak lanjut menanyainya.
"Sekali lagi terima kasih," ujar Tianze setelah menghabiskan tiga bungkus roti. "Kalau begitu, aku pergi duluh."
Baru saja lelaki itu berjalan, Ziyi lansung memotong akses jalannya. "Kau mau kemana?"
"Perpus-"
"Aku ikut."
Tianze mempercepat langkahnya begitu mendapati lelaki jangkung yang sedang bersandar pada dinding perpustakaan.
"Maaf membulat mu menggu. Aku tertidur sebentar tadi," jelasnya.
Lelaki yang jauh lebih tinggi itu malah menatap Tianze khawatir. "Apa kau sedang sakit?"
"Tidak, dia hanya mengantuk," selah Ziyi santai, bak tanpa dosa.
"Aku tak berbicara pada mu." Diliriknya Ziyi sinis. Sedangkan Ziyi hanya menganggkat bahu —malas pusing.
Lelaki itu, Xida lalu menjatuhkan pandangannya pada Tianze. "Kau terlambat tidur lagi?"
"Ya begitulah-" jawab Ziyi lagi. Namun Tianze menendang betis lelaki itu cepat. "Auw," ringisnya.
"Aku ada tes pagi ini," jelas lelaki manis itu cepat.
Kalau Tianze membiarkan Ziyi yang berbicara urusannya bisa lebih panjang. Lelaki itu tahu keduanya tak perna suka kehadiran satu sama lain.
Xida mengguk kecil. "Kau sudah makan?"
"Sedang tak napsu."
Tanpa aba - aba Xida langsung menarik tangan Tianze, hendak Menyeret lelaki itu kearah sebaliknya.
"Kau mau kemana?"
"Ke kanti. Kau bisa sakit kalu tak makan seperti ini," jelas Xida tanpa menghentikan langkahnya.
"Aku sudah makan sedikit tadi. Ziyi memberikan roti untuk ku."
Xida berhenti. "Hmm benarkah?" tanyanya, dijawab dengan anggukan dari Tianze.
"Kalau aku lapar, aku bisa ke kantin sendiri," tambahnya.
Ziyi yang masih berdiam diri ditempat, smirk. "Kenapa kau sangat perhatian padanya?"
"Ada yang salah dengan itu?" balas Xida, tajam.
"Tidak, hanya saja aku sesikit pemasaran." Dia melangkah menghampiri keduanya.
Lantas dengan santai pulah Ziyi merangkul pundak Tianze, tiba - tiba.
"Karna aku sangat terganggu dengan itu."
Tbc.
Maaf aku telat bange up nya 🙏 ternyata nyari mood biar bisa nulis lagi susah 😕 Ini aja aku paksa nulisnya... semoga ga keluar dari plan awal.
Aku bakan tetep namatin ff ini kok ff 'my mister' jg gmn pun caranya aku udah kasihan banget liat mereka terbengkalai kek gini 😥
Semoga aku bisa...
Semangat Han!! 😁💪💪

KAMU SEDANG MEMBACA
Who You || CXD x LTZ [Slow]
FanfictionBromance, friendship, short story History renk : #2 in Chen Xida [19/03/27] #2 in Li Tianze [19/03/04] Start : 02/27 End : ©xcloser, 2019