🍫 - 7

218 54 0
                                    

Seminggu berlalu. Hari-hari sekolah tidak semenyenangkan dari apa yang ia kira. Tiap ada latihan basket di sana ada Jihan. Yeri tidak suka. Tentu saja.

"Kak Daniel," sapa Yeri yang kali ini sudah duduk di pinggir lapangan basket.

Daniel melihat keberadaan Yeri. Tersenyum lalu menghampiri Yeri yang membawa sebuah bingkisan.

"Kamu di sini. Sejak kapan?" Tanya Daniel sembari menyeka keringat dengan handuk.

"Sejak kapan ya kak? Sejak tadi. Tapi tidak lama hehe."

Daniel menganggukkan kepala. "Kelas kamu kosong?"

"Iya kak. Makanya anak-anak kelasku bisa keluar cepat. Kakak sibuk latihan. Ada lomba?"

Daniel mengangguk. "Ada pekan olahraga dalam waktu dekat. Masih antar sekolah dalam satu kota ini sih. Jadi kita sering-sering latihan."

Yeri mengangguk. Meski tau hatinya akan sakit, ia masih tetap berharap.

"Kak. Aku bawa ini," Yeri menyodorkan sebuah bingkisan. Susu kotak rasa coklat dan sandwich sayuran.

"Wah, terimakasih Rima... kamu suka sekali bawain kakak makan siang. Jangan repot-repot begini. Kakak jadi ngerasa nggak enak sama kamu."

"Ini nggak merepotkan sama sekali atuh, kak. Tapi sandwichnya yang buat A Jinan. Cobain deh kak."

Daniel menuangkan air minumnya untuk cuci tangan lalu mengambil sepotong sandwich. "Eummm enak."

"Masakan Aa memang tidak pernah gagal," puji Yeri. "Oh ya. Kakak masih suka cokelat?"

Daniel mengangguk. "Kenapa?"

Yeri menggelengkan kepala. "Aku tadi bingung mau ambil susu kotak rasa apa. Karna aku suka cokelat, aku ambil saja rasa cokelat. Ternyata kakak juga masih suka rasa cokelat."

Daniel tertawa pelan. "Kakak sih sekarang nggak pilih-pilih rasa sih, Rim..."

"Oh..."

Yeri bingung harus berbicara apalagi. Padahal ia berharap Daniel akan menganggap mereka berdua serasi karena seleranya sama.

'Lakukeun naon anu urang sanggup, teras tinggalkeun ka Gusti. Fighting Yeri...'
(Lakukan yang kita bisa, setelahnya serahkan pada Tuhan. Fighting Yeri.)

Yeri menyemangati dirinya sendiri. Ia yakin bisa mendapatkan hati Daniel secara perlahan.

"Rima?"

Yeri terkejut ketika tangan Daniel menepuk bahunya. "Eh iya kak?"

"Ngalamunin apa? Udah makan belum?"

"Sudah kok kak. Eum.. sudah..."

Daniel mengangguk. "Sebentar lagi ganti jam pelajaran. Kamu masuk gih. Nanti langsung pulang kan? Mama sama papa nitip sesuatu buat A Jinan dan kamu."

Yeri mengangguk. "Kakak besok dengerin ya... besok aku siaran di radio sekolah."

Daniel tersenyum. "Iya... aku dengerin."

"Kalo begitu aku pamit kak. Aku mau ke kelas dulu."

Yeri bergegas kembali ke kelas. Namun baru beberapa langkah, ia mendengar suara sapaan untuk Daniel. Terkutuklah rasa penasaran Yeri yang tinggi. Ia menoleh ke belakang dan mendapati hatinya berdenyut sakit. Jihan mendatangi Daniel.

"Hallo... nanti pulang sekolah jadi kan?"

Daniel mengangguk. "Tapi aku anterin titipan dulu ya. Ke adik kelas."

"Iya. Yang penting habis itu anterin aku ke gramed."

Daniel mengacak surai rambut Jihan. Menggemaskan. Saking gemasnya Yeri rasanya ingin menjambak rambut Jihan sekarang juga.

Pluk

"Nanaonan ieu?!" Kesal Yeri. Ia melihat Juan tengah bersandar pada sebuah pohon di dekat teras sembari memainkan buah kecil yang dipetik dari pohon tersebut.

Yeri menatap sengit sementara Juan memberi kode agar Yeri mengikutinya menuju ruang klub jurnalis. Bodoh memang Yerima. Kakinya dengan ringan menuruti keinginan Juan.

"Lo cemburu?" Tanya Juan begitu sampai di ruang jurnalis.

"Apa ih?! Asal nanya begitu. Mau bikin kesel aku lagi ya kak?!"

"Makan toa ya? Itu suara sampe nembus gendang telinga gue. Gue kan nanyanya baik-baik. Ngegas amat sih lo!"

"Ya kakak nanyanya gitu."

"Ya lo mukanya gitu. Merana banget liat Daniel sama Jihan."

"Kakak juga merana kan," gumam Yeri tapi masih bisa didengar Juan.

"Maksud lo?"

Yeri terlihat santai. Bersedekap menatap Juan. "Kakak kan pernah ditolak sama kak Jihan. Kakak gagal move on kan? Jujur lah kak... kakak juga cemburu. Kenapa penasaran perasaan orang lain. Kakak kan juga ngerasain."

"Brengsek," desis Juan. "Lo tau darimana?"

"Kan kakak sendiri yang mempermalukan diri kakak. Sudah jadi rahasia umum itu."

Yeri mencoba santai agar Juan tidak bertindak seenaknya terus. Ya meski dirinya juga tidak akan pernah tau jika Joyka tidak memberi tau. Kali ini ia harus berterimakasih pada Joyka.

"Susah juga kalo mau basa-basi. Intinya gini. Lo mau kerjasama sama gue?"

"Ngapain kak? Jangan aneh-aneh kakk!"

"Lah ngapain? Gue cuma mau ajak kerjasama biar lo bisa sama Daniel. Gue juga bisa sama Jihan."

"Kenapa nggak kerja sendiri aja sih kak. Kenapa harus aku?"

"Ya karna lo fans Daniel tapi dia mau deket sama lo. Fans lain nggak punya kesempatan itu."

"Lalu rencana kakak apa?"

"Ya lo deketin terus dia. Gue juga mau deketin Jihan. Kita buat mereka sibuk sama kita. Gimana?"

Yeri meragukan rencana Juan. Tapi dicoba juga tidak ada salahnya kan...

"Ok."

"Deal."

*

Bel pulang sekolah berbunyi. Juan dan Tama mempunyai niat untuk berkumpul. Hanya sebentar karena Juan akan berlatih futsal. Saat akan menuju lapangan bersama Tama, Juan melihat Jihan keluar dari kelasnya.

"Hai Jihan," sapa Juan dengan ramah.

"Oh, hai Juan. Eh kak Tama juga."

Tama mengangguk. "Besok kita ada interview calon anggota Osis. Dateng ya kalian."

Baik Jihan dan Juan mengangguk. Melihat Juan memberi kode, Tama segera pamit untuk pergi lebih dulu.

"Jihan langsung pulang?"

Jihan menggelengkan kepala. "Mau ke gramed."

"Aku anter ya?"

Wah... seorang Juan berbicara halus...

"Juan kan kamu mau latihan futsal. Nggak usah. Lagian aku juga mau pergi sama Daniel."

Ck. Daniel lagi.

"Lah... itu kan daniel? Sama cewek. Siapa tuh?"

**

CHOCOLATE LOVE√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang