🍫 - 18

233 49 15
                                    

Juan mengendarai motornya menuju rumah. Baru saja ia membeli sebungkus nasi padang, ia berniat mengusir rasa laparnya. Juan termasuk orang yang sedikit cuek. Radius kurang dari tiga kilometer, tidak ada lampu lalu lintas atau persimpangan jalan yang besar, jarang ada operasi dari polantas, membuat Juan memilih keluar tanpa helm. Ini bukan perilaku yang pantas ditiru ya. Jauh dekat baiknya pakai helm selama kita sedang berkendara di jalan raya karena apes tidak kenal jarak.

Saat Juan membelokkan motornya melewati deretan toko dan tempat makan cepat saji, ia melihat seseorang yang tidak asing. Seorang gadis menggendong tas punggung dengan bahu yang lesu. Mirip kura-kura. Apalagi jalannya pelan. Persis kura-kura.

Ttiiin

Ia sengaja memencet klakson tepat di samping gadis yang terlihat bebannya begitu banyak. Yerima Zaliani Putri. Adik kelas jurusan IPS yang tepatnya IPS berapa, Juan lupa.  Tidak penting juga kan mengingatnya. Ck.

"Kaget atuh kak Juan!" Kesal Yerima.

Juan tak merasa terganggu dengan kekesalan Yerima. "Ngapain lo di sini?"

"Nunggu angkutan umum. Ojek atau angkot. Terserah yang mana yang duluan lewat."

"Mau kemana?"

"Pulang."

"Lah? Lo ke sini sama siapa?"

"Kak Daniel dan Kak Jihan. Kita lagi makan bareng. Terus kak Jihan dapat kabar papanya masuk rumah sakit. Kak Daniel nganter kak Jihan. Aku rencana pulang naik ojol. Tapi ternyata hp aku mati. Lupa ngecas tadi pagi."

Yerima sengaja menjelaskan panjang lebar karena khawatir Juan akan memberinya pertanyaan demi pertanyaan. Yerima tidak suka. Kalau Juan nanya ramah, ya nggak apa-apa. Kalau ketus kan kurang enaklah didengar.

Juan menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Mau gue anter?"

"Jauh kan ya kak ke kontrakan?"

"Lumayan. Ya kalian ngapain sih. Makan aja jauh banget. Kan deket sekolah banyak warung makan."

"Kak Jihan ngajaknya kesini."

"Jadi gimana ini? Mau nggak gue anterin? Mumpung gue lagi baik."

Yerima rasa itu pilihan yang tepat. Setidaknya ia tidak akan jalan kaki sampai kontrakan. Pun begitu ia juga buta arah. Biasanya modal maps yang ada di aplikasi ojol.

"Boleh kak."

"Tapi gue belum makan nih. Gue makan nasi padang gue dulu ya."

Yerima mengangguk.

"Naik. Sekalian ambil helm juga di rumah."

.

Yerima dan Juan tiba di tempat tujuan utama, yaitu rumah Juan. Lelaki itu hanya memberi kode pada Yerima untuk mengekorinya masuk ke rumah. Sepertinya rasa lapar bikin Juan nggak mau basa-basi sekedar mengatakan 'masuk dulu yuk' atau 'mau tunggu di teras atau di dalem?'. Bagi Juan saat ini, kalo mau di luar kayak tukang paket silahkan, mau masuk ya silahkan.

"Sini woy. Belakang!"

Juan berseru dari ruang makan yang ada di dekat dapur. Ia sudah membuka bungkusan nasi padangnya. Tau jika Yerima sudah masuk, ia meminta gadis itu menyusulnya. Lumayan kan kalo ke belakang bisa ambil minum sendiri. Daripada di ruang tamu sendirian.

"Kak...," bisik Yerima. Ia menengok ke sana kemari.

"Nyari siapa lo?" Tanya Juan lalu menyuapkan satu sendok nasi ke mulut. Ia juga membuka bungkus kerupuk. Mengarahkan pada Yerima yang mendekat ke kursi di depannya dengan ragu-ragu.

CHOCOLATE LOVE√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang