🍫 - 20

264 54 44
                                    

Keesokan harinya, Juan berangkat ke sekolah bersama dengan Yerima. Semalam sebelumnya, ketika mengobrol banyak hal dengan Jinan, waktu berlalu begitu cepat. Meski Juan itu lelaki, Jinan tidak mengijinkan Juan pulang seorang diri karena hari sudah larut. Mengingat lelaki itu di rumah sendiri membuat Jinan meminta , sedikit memaksa, agar Juan mau menginap.

Karena Juan tidak membawa seragam, ia bangun lebih awal dan pulang sebelum berangkat ke sekolah. Yerima diajak oleh Juan untuk berangkat bersama agar Jinan bisa langsung berangkat kerja.

Perut Juan maupun Yerima sudah kenyang. Airina yang menginap di kontrakan semalam, sudah bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan.

"Tubuh gue rasanya berat."

"Kenapa kak?"

"Baru semalem nginep, tapi gue udah banyak makan."

Yeri tertawa. "Aku awalnya juga kaget waktu kenal teh Ririn, kak. Keibuan banget. Tapi sekarang udah mulai biasa."

Juan tersenyum. "Lo tunggu sini. Gue ganti bentar."

'Kak Juan dari semalem banyak senyum ya?'

.


Juan memarkirkan motornya di tempat yang sudah seharusnya. Ia tak ragu membawa Yerima masuk ke area sekolah. Tatapan bertanya-tanya dikeluarkan oleh banyak orang di sana. Dengan siapa Juan? Dengan siapa lelaki itu datang ke sekolah?

Juan yang selalu merasa tersaingi karena Daniel, sebenarnya juga termasuk ke dalam list 'cowok idaman' di SMA Nusa Bangsa. Tiga list teratas adalah Daniel Kamandanu, Kaesang Arditama dan dirinya sendiri. Jevallo Juan Santoso.

"Kak, banyak yang liatin," gumam Yeri dengan tangan bergerak menyerahkan helm yang sebelumnya ia pakai.

"Ya biarin ajalah. Mereka juga punya mata kan."

"Kak Juan ih. Kalo jawab selalu aja gitu."

"Ya terus lo maunya gimana?" Tanya Juan diiringi helaan nafas pasrah. "Maunya gue panik terus kita langsung lari berusaha ngumpet gitu? Dih. Bukan gaya gue."

"Yaudah sih biasa aja," gerutu Yerima. "Makasih tumpangannya. Aku ke kelas dulu."

"Ngambek nggak sih? Ah bodo amat."

"Hebat juga. Udah move on aja lo," komentar Tama yang baru saja memarkirkan motor.

"Jangan mulai. Masih pagi," gumam Juan yang memainkan kunci motornya. Ia menunggu Tama memarkirkan motor dan pergi ke suatu tempat bersama. Belum jam masuk, biasanya Tama pergi ke ruang musik atau kantin untuk sarapan, alias tidak langsung pergi ke kelas.

"Gue bawa nasi goreng nih. Tadi bokap sempet masak. Sarapan yuk."

Tama selalu bersama Juan meski beda tingkatan. Tama juga tau bagaimana kehidupan Juan. Maka dari itu, Tama yang biasa membawa sarapannya ke sekolah selalu berbagi dengan Juan.

"Nggak. Perut gue rasanya udah mau meledak. Kenyang banget."

"Tumben lo sarapan? Mbaknya udah balik? Tapi kan biasanya dateng ke rumah kalo lo udah berangkat?"

"Gue ceritain deh. Sekarang nyari tempat dulu."

"Ruang musik lah. Adem."

.

"Yeriii!!!" Joyka membawa Yeri ke kursinya dengan cepat membuat Yerima dilanda rasa heran.

"Ada apa Joy?"

"Kok bisa sama kak Juan? Heboh loh anak-anak."

Kenapa mesti heboh? Ada yang salah kah? Kan biasanya ia juga sama Juan apalagi waktu bawain acara radio sekolah.

CHOCOLATE LOVE√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang