⚠*mengandung kata kasar*⚠
Filter sendiri ya😂
Sejak sore dimana Yeri masuk rumah sakit, Juan berada di sana. Menemani Yerima hingga keluarga besarnya datang. Awalnya Juan tidak mau terjebak dalam kecanggungan bersama keluarga Yerima. Akan tetapi ketika ia akan pamit, kompak seluruh anggota keluarga itu menahan kepergian Juan.
Juan heran tapi mau menolak juga sungkan. Ambunya Yerima memperlakukan dia dengan sangat baik. Menawari makanan hingga mengupaskan buah. Begitu juga dengan abah yang bisa akrab dengannya.
'Juan mau nangis ya? Bukan gara-gara pedas. Apa Aa salah omong neng?'
'Enggak A. Nggak ada yang salah. Jangan dipikirkan.'
'Serius ini neng. Kalo ada yang salah, Aa mau minta maaf udah nyinggung perasaan dia.'
'Nggak enak ngomongin ini atuh A. Tapi yang jelas kak Juan di rumah sendiri. Orang tuanya cerai kayaknya A. Tadi dia marah-marah gitu waktu eneng tanya-tanya. Apa mungkin kak Juan seneng ya bisa kumpul sama kita?'
Kira-kira begitulah obrolan Jinan dan Yerima ketika Juan sedang mandi sebelum tidur malam itu. Mungkin Jinan juga cerita pada ambu dan abahnya. Maka dari itu, mereka terlihat memperhatikan Juan. Terlebih, Juan membantu Yerima. Dua kali Juan menolong nyawa putrinya. Yang pertama ketika hampir tenggelam. Airina yang cerita, dan yang kedua saat di toilet.
Kondisi Yerima juga sudah jauh lebih baik. Tidak muntah atau sering buang air lagi. Sudah hampir normal. Mungkin besok sudah boleh pulang.
"Kasep, ambu bawa makan malam ini," ujar ambu yang baru datang dari kontrakan. Ambu memasak cukup banyak di kontrakan.
Juan yang merasa dipanggil segera mendekati ambu Yerima dan membantu ambu mengeluarkan satu per satu makanan yang disimpan dalam rantang.
"Kamu duduk sini. Makan sambil temenin Yeri ya. Ambu mau nunggu di luar."
"Ambu mau kemana? Abah juga mana?" Tanya Yerima.
"Mumpung di Jakarta, neng. Itu di luar juga ada Ririn. Ini mau makan di luar sebentar. Ambu masuk cuma mau ngasih makanan buat temenmu ini."
"Mau bahas apa sih mbu?"
"Udah. Anak kecil diam di sini. Istirahat. Itu buahnya dimakan," ucap Ambu. "Ambu titip Yeri sebentar ya."
"Iya mbu."
Setelah kepergian ambu, Juan mulai mengambil sendok untuk makan. Awalnya Juan ingin menahan diri tidak menjenguk Yerima. Tetapi tiba-tiba ada nomor asing yang meneleponnya. Ketika dijawab, itu dari abah yang meminta datang.
"Kakak sebenernya nggak perlu repot-repot datang ke sini. Lagian ambu sama abah bahas tentang teh Ririn sama A Jinan kenapa di rumah sakit ih."
Juan terkekeh. "Udah. Bener kata ambu. Bocil diem."
"Kak Juan nyebelin banget."
"Mau?" Juan menyodorkan sesuap nasi dengan wortel dari sayur sop.
"Buat kak Juan aja."
"Ini kalo mau. Tadi kamu nggak abis kan makan makanan dari rumah sakit. Ini. Aku lagi baik nih..."
Yerima terlihat berpikir.
"Ini bukan soal matematika. Nggak usah pake mikir. Tinggal mangap doang."
Yerima menggerutu lalu ia menerima suapan dari Juan.
"Masakan ambu enak kan?"
Yerima tertawa. "Kakak kayak anaknya ambu. Padahal aku udah tau kalo masakan ambu selalu enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCOLATE LOVE√
FanfictionApa jadinya jika seorang gadis berdarah Sunda terpaksa menjalani rutinitas baru dengan hidup di ibukota dan bertemu dengan orang-orang baru termasuk orang yang menyebalkan, orang yang menjadi pujaan, dan seorang lagi yang ia dambakan? Semua berubah...