Kurang lebih perjalanan memakan waktu dua jam. Rombongan tiba di sebuah kawasan hutan lindung yang masih asri. Pepohonan besar, rindang, sejuk, gemericik air sungai yang terdengar. Tempat yang sempurna untuk menghilangkan penat.
Para pembimbing sudah membagi empat blok atau empat kelompok tenda. Tiga untuk siswa dan satu untuk guru. Tiap blok atau kelompok itu nanti akan berisi tenda-tenda dari siswa yang bersangkutan. Dalam satu tenda diisi empat maksimal lima orang.
Joyka menarik Yeri. "Aku udah bilang sama kak Jihan. Kita satu blok."
Yeri senang dan sedih secara bersamaan. Satu kelompok tenda dengan kak Jihan? Ia belum siap.
"Tenang, kita beda tenda kok. Tenda ku kurang satu orang. Isinya anggota osis baru yang kelas X. Jangan khawatir," Joyka tau ekspresi Yeri sangat berbeda ketika ia menyebut nama Jihan.
"Tapi sialnya... kita juga satu blok sama itu," Joyka berhenti. Yeri juga berhenti. Joyka menggerakkan kepalanya ke arah depan. Yeripun menoleh.
Daniel tengah membantu Jihan membawakan barang-barangnya.
"Jadi pengen dengerin lagunya Noah."
"Hmmm?" Joyka menoleh ke arah Yeri.
"Air mata ini menyadarkanku~~ kau tak kan pernah menjadi milikku~~~."
"Lah? Nyanyi dia..."
Yeri melanjutkan langkahnya menuju kelompoknya. Ingin segera membangun tenda dan berdiam diri di tendanya.
.
Tama dan Juan berjalan menuju kelompoknya. Jefry juga berlari kecil menyusul Juan juga Tama. Mereka satu kelompok.
"Sialan," desis Juan.
"Woy, jaga omongan. Ini di daerah orang," Jefry menepuk bahu Juan dari belakang.
Tama menoleh ke arah yang diperhatikan Juan. Ya... saat itu juga ia ingin merubah kelompok. Tapi mana mungkin. Sudah diumumkan dan semua siswa sudah sibuk dengan kegiatannya. Termasuk lelaki yang membuat Juan mengumpat.
"Udah. Nggak apa-apa. Anggep aja dia nggak ada. Move on lah. Banyak cewek cantik di luar sana. Gue yakin lo kuat dan bisa," Tama merangkul sahabatnya.
Juan mengangguk. Sejak kekalahannya dari Jihan, ia mulai mengurangi mendekatkan diri dengan berbagai hal yang berkaitan dengan Jihan. Meski sesekali masih melirik Jihan, tapi ia berusaha mati-matian tidak memperhatikannya lagi.
"Lah, tu bocah di sini juga."
Tama kembali melihat siapa yang dimaksud oleh Juan. Oh, adik kelas yang masuk klub jurnalis itu. Eh, satu lagi. Gadis menarik yang satu almamater dengannya ketika smp. Joyka.
"Udah yok!" Jefry tak sabar dengan dua orang di hadapannya. Ia mendorong keduanya agar berjalan cepat.
"Nah itu yang lain sudah datang," seru Jihan. Ia melambaikan tangan pada Juan, Tama dan Jefry. "Kalian bantu pasang tenda ya!"
Juan mengangguk namun tak semangat ketika matanya bertatapan dengan Daniel.
"Kalian nyari kayu bakar gih. Yang kecil-kecil gitu nggak apa-apa," pinta Tama.
Jihan mengangguk. "Yang cewek sebagian bantu di sini, buat tungku sekalian untuk dua malam kita di sini. Sisanya ikut aku nyari kayu dan lihat-lihat sekitar sini ada apa aja."
Yeri hampir saja duduk jika Joyka tidak segera menarik tangannya.
"Apa?"
"Ikut kak Jihan aja!" Joyka berlari menarik tangan Yeri. Yeri hanya bisa pasrah. Padahal di sana ada kak Tama. Kenapa malah menjauh?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCOLATE LOVE√
FanfictionApa jadinya jika seorang gadis berdarah Sunda terpaksa menjalani rutinitas baru dengan hidup di ibukota dan bertemu dengan orang-orang baru termasuk orang yang menyebalkan, orang yang menjadi pujaan, dan seorang lagi yang ia dambakan? Semua berubah...