🍫 - 19

241 58 13
                                    

Juan dan Yerima tiba di kontrakan. Mereka tiba bersamaan dengan Jinan yang juga baru pulang dari tempat kerjanya. Sementara di teras Airina bergegas bangun dari duduknya ketika mendapati mereka bertiga datang.

"Lah neng? Kok baru pulang?" Tanya Jinan dengan tangan menenteng helm sementara tangan lain merogoh saku mencari kunci kontrakan.

"Tadi kan udah ijin. Mau makan bareng kak Daniel dan kak Jihan."

"Oh sama temen kamu ... siapa namanya aduh ...," Jinan menggaruk jidatnya karena lupa.

Juan yang sudah melepaskan helmnya tersenyum ramah. "Juan kak."

"Iya. Sama Juan juga?" Karena ia masih bicara dengan sang adik, kunci kontrakan diserahkan ke Airina.

"Nggak kak. Tadi ketemu sama Yeri di depan tempat makan. Lagi sendirian kayak anak ilang."

Jinan mengernyit heran. Yerima melirik Juan dengan tatapan tajam. Tatapan yang berarti, aku aja yang cerita, jangan kakak.

"Tadi pas banget makanan abis, kak Jihan dikabari mamanya kalo papanya masuk rumah sakit. Udah kan itu panik semua. Ya akhirnya kak Daniel anter kak Jihan ke rumah sakit. Nah, pas eneng mau pulang, cek hp udah mati. Batrey abis. Niat nunggu angkutan umum gitu ada kak Juan lewat."

Jinan tersenyum. Menepuk lengan Juan. "Makasih ya sudah mau repot-repot anterin Yeri."

"Sama-sama kak. Maaf tadi sempet minta Yeri mampir rumah dulu. Pas banget ketemunya saya baru beli makanan. Jadi saya minta Yeri nunggu sampe selesai makan."

Jinan tertawa pelan. "Nggak apa-apa. Oh ya. Santai aja. Jangan sungkan gitu. Ayo masuk."

"Eh? Nggak usah kak."

"Ayo masuk. Kita makan malem bareng aja."

"Nggak kak. Baru selesai makan juga."

"Nggak boleh nolak. Itu kayaknya Ririn juga mau masak. Kita tunggu di dalem."

Juan masih tak bergeming. Yerima sudah masuk lebih dulu tanpa perlu meyakinkan dirinya untuk masuk atau tidak.

"Kasep," Jinan berbalik. Menunggu Juan di pintu. "Ayo jangan diem terus."

Dengan langkah ragu, Juan memasuki kontrakan itu. Tidak seluas rumah yang Juan tempati. Tapi kehangatan bisa Juan rasakan. Pertama kali masuk, ia sudah disuguhkan dengan pemandangan Airina memasak untuk makan malam dibantu dengan Yerima yang belum ganti baju.

"Neng, ganti baju dulu. Itu seragam jangan dipake harian."

"Iya A!" Seru Yerima.

Ia lalu keluar dari dapur dan pergi ke ruang depan tv. Mengambil sebuah tikar.

"Sini kak. Tunggu di sini aja," Yerima melambaikan tangan pada Juan yang duduk di kursi.

Kemana larinya Juan yang cuek dan tidak ragu-ragu ini? Melangkah ke tikar saja langkahnya tidak yakin.

"Ini," Yeri menyerahkan sebuah remot tv. "Kakak nonton tv aja dulu."

Juan terkesima. Baru kali ini mendapatkan perhatian seperti ini. Yeri juga bersikap lebih ramah dan perhatian. Semoga bukan karena kasihan padanya.

Setelah itu Yeri pergi ke kamarnya dan keluar lagi dengan pakaian ganti. Menuju kamar mandi dan mulai mandi.

"Nonton apa?" Sapa Jinan yang sudah ganti pakaian. Kakak dari Yerima itu duduk di sebelahnya.

"Nggak tau kak. Random aja ini."

"Mas, ayamnya dibuat pedes nggak?" Tanya Airina setengah berteriak dari dapur.

CHOCOLATE LOVE√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang