🍫 - 8

212 51 4
                                    

Juan menunjuk ke arah Daniel yang terlihat bercanda dengan Yeri. Daniel sedang menyerahkans sesuatu. Tak ingin munafik. Jihan sebenarnya merasa cemburu. Tapi ia tak boleh langsung berspekulasi.

Jihan tersenyum. "Aku samperin Daniel duluan ya..."

Juan tidak mengira reaksi jihan begitu tenang. Bukan itu yang diharapkan. Tidak. Tentu saja dia ingin Jihan melabrak Daniel dan mereka putus.

Juan diam-diam mengekori langkah kaki Jihan. Penasaran dengan apa yang akan terjadi. Semoga Jihan pura-pura tenang.

.

"Wah ini buat aku dan A Jinan? Hatur nuhun kakak..."

Daniel mengangguk. "Tau kalo kamu sekolah sini juga. Mama nitip itu."

"Salam buat mamanya kak Daniel."

Daniel mengangguk. "Dijemput?"

"Iya. Kayaknya hari ini A Namjun yang jemput. Mumpung lagi di Jakarta."

Daniel asing mendengar nama Namjun. Dulu waktu masih di rumah neneknya, ia belum pernah bertemu dengan Lelaki bernama Namjun.

"A Namjun. Namanya Anam Juneidi. Itu suaminya teteh Jeni, kak," Yeri menjelaskan kala melihat wajah bingung Daniel.

"Oh iya. Teteh Jenita. Sudah menikah ya? Wah.. kakak ketinggalan banyak berita ini."

Yeri tersenyum. Keluarga sudah saling kenal masa tidak jodoh? Jodoh saja lah ya... nggak ada ruginya kok, ck.

"Teteh malah sudah punya baby kak. Hanya A Jinan masih betah sendiri. Belum nikah. Padahal ambu sama abah sudah sering nanya kapan Aa ngenalin calonnya. Tapi sampe sekarang belum."

"Siang Yeri..."

Yeri dan Daniel menoleh. Bu Airina Dewi sudah berada di atas motor maticnya.

"Loh ada Daniel juga."

"Siang Bu Ririn. Mau pulang ya Bu?"

Airina mengangguk. "Yeri, nanti habis Maghrib ya. Nunggu mas Jinan pulang sekalian."

Yeri mengangguk. "Tapi di rumah ada A Namjun itu, Bu? Tidak apa-apa kan?"

Airin mengangguk. "Nggak apa-apa. Nanti aku bawain bahan-bahanna ya. Sampai ketemu nanti..."

"Kok bisa kenal bu ririn?" Heran Daniel.

"Calonnya A Jinan," bisik Yeri.

Daniel mengangguk-angguk mengerti. Dunia sesempit itu ternyata.

"Daniel!"

Suara yang Yeri benci.

"Hey Ji...," Daniel membenarkan poni Jihan yang kurang rapi.

Hareudang... hareudang... hareudang... panas panas panas...

"Hai Yeri," sapa Jihan.

"Iya kak Ji," sok kenal, sok akrab, tidak apa-apalah.

"Jadi ke gramed kan? Udah ngasih titipannya?"

Daniel mengangguk. "Udah kok. Tapi bentar ya. Nunggu Yeri dijemput dulu. Kasihan."

Jihan mengangguk.

Tak lama kemudian sebuah motor merk Revu dengan spion tunggal berhenti di depan mereka. Kaca helm dibuka, nampaklah kakak ipar Yeri yang sedang berkunjung ke kota karena suatu urusan.

"Lama nunggunya neng?" Tanya Namjun.

"Nggak A. Aa udah selesai urusannya?"

Namjun mengangguk sembari menyodorkan helmnya. "Udah. Besok udah bisa pulang. Eh, ini temenmu, neng?"

CHOCOLATE LOVE√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang