"Enak nggak?"
Juan melihat Yerima lahap makan mie ayamnya. Juan senang. Ia juga memakan mie ayamnya dengan lahap. Mie ayam ditambah bakso dan telur utuh. Eits, itu untuk Juan. Kalau Yerima cukup mie ayam dengan dua butir bakso.
"Emang enak mie ayam nggak pake saos?" Tanya Juan.
"Enak banget kak. Mie ayam versi aku, cukup kecap dan sambal. Nggak perlu saos-saos gini."
"Aaa...," Juan tiba-tiba membuka mulutnya. Niatnya incip bagaimana rasanya mie ayam tanpa saos sambal.
Yerima dengan senang hati menyuapkan mie ayamnya untuk Juan. "Enak kan?"
"Iya. Enak juga sih. Habiskan. Atau mau nambah?"
"Ini udah kenyang banget. Nanti pasti kena omel teteh karena nggak makan malam."
"Bilang aja abis aku traktir."
"Kakak mampir ya. Tanggung jawab. Porsi makanku dibagi dua dengan kakak."
"Bilang aja kamu kangen aku main ke kontrakan. Iya kan?"
Yerima mencebikkan bibirnya.
'Kak Juan apa-apaan sih.'
Mereka lalu melanjutkan makan dalam diam. Juan masih memikirkan bagaimana caranya membicarakan hal itu dengan pas. Sementara Yerima memikirkan bagaimana bisa merek sedekat itu sekarang. Semua mengalor begitu saja tanpa pernah ia duga sebelumnya. Berniat memisahkan Daniel dan Jihan, tapi malah mereka yang menjadi dekat. Apa itu hukuman atau memang takdir mereka untuk saling dekat?
"Aahhh selesai. Kenyang. Akhirnya ngidam gue terpenuhi," ucap Juan lebih kepada dirinya sendiri. Yerima tau karena akhir-akhir ini panggilan aku-kamu lebih sering dilontarkan Juan padanya dibandingkan panggilan lo-gue.
"Ya ampun asem banget," Yerima tidak jadi meminum es jeruknya.
Juan menyodorkan es tehnya yang masih setengah. "Habisin aja. Es jeruknya biar aku mintakan gula."
Yerima menuruti perkataan Juan. Ia meminum es teh Juan tanpa perlu repot-repot mengganti sedotannya. Juan tadi sebenarnya meminum dari gelas langsung sih...
Tak perlu menunggu lama, Juan kembali dengan es jeruk yang rasanya lebih bisa diterima lidah dibanding sebelumnya. Yerima segera meraih es jeruknya lalu meminum es tersebut.
"Enak banget ya?" Juan mengambil sedotan yang ada di gelas es tehnya dan meminta es jeruk milik Yerima. "Enak juga ternyata. Seger."
"Eh kak.. itu tadi sedotannya udah Yeri pake."
"Kamu nggak punya rabies kan?"
"Kak Juan apaan sih? Gitu amat kalo nanya."
Juan terkekeh. "Ya udah. Aman berarti. Lagian ada-ada aja. Tadi kamu juga udah nyuapin mie pake garpu yang kamu pake. Sekarang baru permasalahin sedotan. Hadehh..."
Kembali keheningan menyerang.
"Yerima..."
"Ya?"
"Zaliani..."
Yeri merasa heran. "Iya kak?"
"Putri."
"Kenapa sih kak?"
"Itu, ngapalin nama aja. Siapa tau kita jodoh. Jadi pas ijabsah, aku udah hafal nama kamu."
"Kak Juan!!"
"Heh. Bercanda-bercanda. Jangan treak-treak gitulah. Tempat umum ini."
"Ya habis bercandanya nggak lucu!" Yerima kesal. Tapi jujur, ia deg-degan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCOLATE LOVE√
Fiksi PenggemarApa jadinya jika seorang gadis berdarah Sunda terpaksa menjalani rutinitas baru dengan hidup di ibukota dan bertemu dengan orang-orang baru termasuk orang yang menyebalkan, orang yang menjadi pujaan, dan seorang lagi yang ia dambakan? Semua berubah...