Bab 8

77 5 1
                                    

Hidup itu unik ya. Kita diciptakan berbeda-beda. Contohnya, kamu yang nggak bisa kena hujan dan aku yang suka hujan. Gimana ya kalau kita bersatu diatas perbedaan itu?

Qiandra Savarany

Qiandra terus mencari kesana-kemari, netranya mengedar berusaha menemukan Argi yang pagi ini belum terlihat oleh matanya. Bahkan sejak masuk gerbang, ia belum masuk kelasnya sendiri walau sekadar menaruh ransel. Kalau nanti masuk kelas, Medina pasti sudah mengomelinya karena masih terus membawa bekal untuk Argi.

Maafkan Qiandra mu ini, Me.

"Argi mana ya, apa nggak masuk sekolah?" monolognya sendiri. Saat ini Qiandra sedang berjalan didepan kelas IPA karena sepulang dari kelas Argi. Disana sudah ada Gerald, harusnya juga ada Argi. Tapi Gerald juga sedang menunggu cowok itu.

Qiandra membuang napas pasrah. Ia tatap bekal yang ada di tangannya. Mungkin Argi memang tidak masuk sekolah.

"Apa Argi sakit? Coba telepon aja kali ya." Kali ini Qiandra mengeluarkan hape lalu menghubungi nomor Argi.

"Nggak di angkat," cemberut Qiandra, panggilannya masuk tapi tidak diangkat. Pasti Argi sengaja tidak mengangkatnya.

Tak sengaja netranya menangkap Ghifari yang sedang berjalan kearahnya. Ralat, berjalan di koridor yang sama dengannya karena Ghifari juga berada di kelas IPA.

Cepat-cepat Qiandra memasukkan hape ke saku dan berlari menghampiri cowok itu.

"Ghifari!" Qiandra sedikit teriak. Ghifari juga membalasnya. Qiandra melirik sebentar kearah Zahra yang berjalan bersisian dengan Ghifari.

"Eh, Zahra," sapa Qiandra juga. Zahra hanya tersenyum lalu sedikit menunduk.

"Cari Argi ya?" Ghifari mengawali. Ia sudah hapal kebiasaan Qiandra berada di kelas IPA. Mau apa lagi.

Qiandra beralih fokus pada Ghifari, lalu cepat-cepat mengangguk. "Iya, tapi di kelas nggak ada. Aku cari keliling-keliling juga nggak ada. Kamu tahu nggak Argi dimana? Atau Argi nggak masuk sekolah?"

"Masuk kok, berangkatnya aja bareng aku."

"Sekarang dimana?" Mata Qiandra berbinar.

"Di UKS, dia demam," balas Ghifari.

"Demam? Kok bisa, gimana ceritanya?"

"Kemarin malam aku sama Argi habis keluar, terus pulangnya kehujanan. Argi nggak bisa kena hujan, dia bakal langsung demam," jelas Ghifari.

"Ya Allah kasian. Terus sekarang kondisinya gimana, udah minum obat?"

"Udah. Aku suruh ke UKS biar istirahat."

"Aku susul Argi kalau gitu," putus Qiandra, ia akan mengecek kondisi cowok itu.

"Makasih infonya, Ri. Aku mau susul Argi dulu," ucap Qiandra sebelum pamit. Ia juga menyempatkan menepuk pundak gadis disebelah Ghifari sambil mengerlingkan mata.

Entah kenapa, sejak salah tuduhan kemarin terhadap Qiandra, Zahra merasa malu.

Tak butuh waktu lama kaki Qiandra sudah berdiri didepan UKS. Ia mencoba mengatur napas sebentar. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di ruangan itu, ruangannya juga tertutup. Apa iya Argi ada didalam?

Perlahan langkah Qiandra mendekat, sambil masih menggenggam bekal, ia mengintip dari jendela yang sudah dibuka gordennya.

Tiba-tiba senyum Qiandra terbit saat menemukan orang yang ia cari. Argi ada didalam tengah terbaring di bangkar menggunakan lengannya sebagai bantalan. Lihat, meski wajahnya pucat, ketampanan Argi tidak berkurang.

Seindah Cinta Allah [ Part Lengkap- Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang