Bab 3

77 5 0
                                    

Saat aku berusaha memaafkan masalah bertahun itu, kenapa dia datang dan mengingatkan kembali?

Pangeran Argian

Argi menghentikan motornya setelah sampai didepan rumahnya. Ghifari turun lebih dulu dari benda besi milik sepupunya, barulah kemudian sang empu.

"Ayo masuk!" perintah Argi pada Ghifari. Keduanya masuk rumah berlantai dua yang sebelumnya sudah Argi buka pintunya.

"Assalamualaikum." Ghifari mengucap salam saat memasuki rumah, berbeda dengan Argi yang langsung masuk begitu saja.

"Waalaikum salam," ucap seorang perempuan paruh baya bernama Jelita.

"Argi, kamu sudah pulang, Nak?" tanya Jelita menyambut kedatangan Putranya. "Eh ada Ghifari juga," imbuhnya saat menyadari keberadaan Ghifari.

Ghifari tersenyum, "iya, Tante." Lalu ia menyalami Jelita dengan menangkupkan tangan.

"Kamu apa kabar? Mama sama Papa kamu sehat kan?" tanya Jelita ramah.

"Alhamdulillah Tante, sehat."

Jelita mengangguk, lalu berganti menatap Argi. "Argi, kamu cepetan ganti baju habis itu makan siang dulu sama Ghifari," ucapnya pada Argi.

"Ghifari makan duluan aja, aku capek," ucap Argi sekenaknya, lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Kalau gitu biar Ibu antar makanan ke kamar kamu, ya?" Jelita menawarkan, kalau Argi sudah masuk kamar tandanya ia harus menyiapkan tenaga lebih untuk mengajaknya keluar.

"Nggak perlu," balas Argi tanpa menghentikan langkahnya.

Jelita membuang napas.

Ghifari melihat, ia tahu semuanya. Sifat Argi belum berubah, masih saja dingin dan sekenaknya. Melihat raut wajah Jelita, Ghifari ikut merasa sedih. Sejak kecil sifat sepupunya itu memang sudah dingin, ditambah Ibu kandungnya meninggal saat masih SMP karena bunuh diri, Argi murka. Selang dua tahun Ayahnya menikah lagi dengan Jelita, itu semakin memberi celah untuk dia menyalahkan Ayahnya atas semuanya. Bahkan saat ini hubungannya dengan Ayahnya terbilang kurang baik.

Kemudian Jelita tersenyum kearah Ghifari yang masih belum beranjak dari tempatnya. "Kalau gitu Ghifari ayo makan dulu, tadi Tante udah masak banyak."

Ghifari menurut, lalu mengikuti Jelita yang menggiringnya ke meja makan.

****

Di balik meja belajarnya, Qiandra belum mau beranjak meski sudah selesai belajar. Hari ini ia mengerjakan PR nya sendiri, lalu menyiapkan buku-buku sesuai jadwal pelajaran besok. Jangan sampai Medina mengomelinya lagi seperti tadi pagi gara-gara menyontek.

Selesai dengan tugas sekolahnya, Qiandra fokus memandang hepenya gusar.

"Telepon nggak ya?" monolognya sambil menggigit kuku-kuku jari kirinya.

Qiandra menghembuskan napas kesal saat merasakan kakinya yang mulai terasa pegal. Ia menoleh pada pintu toilet yang tak kunjung terbuka.

"Mana nih Gerald," gerutunya seorang diri, karena memang sudah jam pulang sekolah.

Tak lama kemudian pintu toilet terbuka, Gerald terkejut melihat Qiandra didepan pintu.

"Ngapain Lo disini? Mau ngintip ya?" selidik Gerald pada Qiandra.

"Enak aja, nggak ya. Kamu ngapain aja sih di dalem lama banget," elak Qiandra, lalu ia mengeluarkan hape dan menyodorkannya pada Gerald.

"Mau apa Lo?" tanya Gerald bingung.

Seindah Cinta Allah [ Part Lengkap- Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang