Berubah adalah hak prerogatif Allah, pun merubah hati seseorang. Jika Allah mengatakan Kun Fayakuun maka jadilah
•Seindah Cinta Allah•
Priitt!
Setelah Pak Hakim yang selalu guru olahraga meniupkan peluit, barulah semua anak IPS yang berseragam olahraga berlari mengitari lapangan guna pemanasan. Tak terkecuali Qiandra yang termasuk dalam puluhan siswa itu. Qiandra sengaja memelankan laju larinya untuk memperhatikan Medina dari belakang.
Qiandra belum bicara lagi dengan Medina sejak kejadian kemarin. Niat ingin meminta maaf begitu sampai di sekolah, malah Medina datang ketika bel sudah berbunyi dan langsung menuju ke toilet untuk menukar seragam.
Qiandra tahu kalau Medina terus curi-curi pandang padanya dan berusaha mendekat. Tapi tak lama gadis itu seperti mengurungkan niatnya. Qiandra juga tahu lewat sorot mata Medina yanv menunjukkan ketidaknyamanan dari kesalahan pahaman kemarin.
Akhirnya Qiandra mendekati Medina dengan cara menyamakan langkah dengan gadis itu.
"Qi?" ucap Medina gugup bersatu dengan napasnya yang ngos-ngosan.
"Mau sampai kapan kamu terus diam sama aku?" Qiandra mengawali dengan napas yang sama ngos-ngosannya.
"A-apa?"
"Maafin aku, Me. Karena udah marah sama kamu," ucap Qiandra to the point. Seketika Medina menghentikan langkahnya, diikuti Qiandra.
"Maaf kerena udah bentak kamu kemarin, udah buta kamu nangis. Kemarin aku marah sama kamu," imbuh Qiandra dengan dada naik turun berusaha mengatur napasnya.
Seketika Medina memeluk Qiandra sambil berucap, "aku yang seharusnya minta maaf, Qi. Maafin aku."
Qiandra menggeleng, ia melepas pelukan. "Aku emang kecewa sama kamu, Me, karena nggak jujur dari awal. Tapi aku nggak terima kalau kamu yang minta maaf."
"Maafin aku, Qi. Aku-"
"Udah nggak perlu diperpanjang lagu, aku nggak mau terus diem-dieman gini sama kamu. Kita saling memaafkan, oke?" ucap Qiandra menatap Medina yang sudah menangis.
Medina mengangguk. "Makasih, Qi."
Qiandra balas dengan senyum. Beban dalam hatinya seperti terangkat setelah ia meminta maaf. Ia menyusur air matanya yang ikut terjatuh.
"Udah nggak usah nangis, bukan Medina kalau kamu kaya gini. Biasanya kamu kan galak," ujar Qiandra dengan menggoda.
Medina seketika tertawa.
"Qiandra, Medina! Kenapa berhenti! Ayo lari!" Qiandra dan Medina menoleh saat Pak Hakim meneriakinya.
"Mau saya tambah putarannya?!" imbuh Pak Hakim. Dua gadis itu berpandangan lalu tertawa bersama. Selanjutnya meneruskan lari sebelum Pak Hakim benar-benar menambah putarannya
****
"Itu dulu materi hari ini, kita ketemu dipertemuan selanjutnya. Saya akhiri wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Bu Ria selaku guru Bahasa Indonesia. Semua siswa menjawab serentak.
"Waalaikum salam warahmatullah wabarakatuh."
Kemudian disusul suara bel istirahat pertama. Semua siswa langsung berhamburan keluar kelas.
"Kita salat dhuha dulu kan, Me?" tanya Qiandra setelah selesai mengemasi buku pelajarannya.
"Iya." Medina menyetujui.
Dua gadis itu berjalan menuju mushala yabg letaknya didepan lapangan basket. Selama perjalanan, Qiandra sibuk mengoceh sendiri, Medina bisa melihat sahabatnya itu sudah kembali pada sikapnya yang dulu. Medina bahagia, tapi ada satu hal yang kini mengganjal hatinya. Bagaimana Qiandra bisa berubah secepat ini? Mengingat apa yang kemarin terjadi.
Medina menatap Qiandra lama. "Qi, kamu nggak apa-apa kan?" tanyanya memastikan. Takut jika sahabatnya hanya pura-pura baik-baik saja.
Qiandra mengangkat alis. "Emang aku kenapa?"
"Nggak usah takut terlihat lemah, semua orang itu lemah, cara mereka menutupinya saja yang berbeda."
Qiandra terdiam, mengerti apa yang dimaksud Medina.
"Emang aku sedih, Me, aku kecewa. Aku juga belum sepenuhnya bisa menerima ini. Tapi aku akan berusaha memaafkan semuanya," tutur Qiandra. Lalu ia melanjutkan. "Ya meskipun nggak bisa langsung."
"Semua emang butuh waktu, Qi. Alhamdulillah kalau kamu sudah ada niat."
Qiandra mengangguk. "Tolong bantu aku ya, Me. Ingetin aku kalau aku melakukan kesalahan." Sudah Qiandra putuskan, mulai hari ini ia ingin merubah dirinya menjadi lebih baik. Qiandra ingin memperbaiki dirinya ke arah yang lebih dekat pada Allah.
"Aku ingin hijrah, Me. Kamu mau kan temenin aku hijrah?" lanjut Qiandra dan langsung mendapat tatapan tidak percaya dari Medina.
Bola mata Medina membola. Segera ia memeluk Qiandra. "Masya Allah Alhamdulillah Qiandra, iya aku mau nemenin kamu hijrah. Kita hijrah sama-sama," ucap Medina dengan histeris. Bahkan beberapa anak menatap mereka karena saking berisiknya.
Qiandra hanya nyengir lebar karena malu. Setelahnya mereka segera berangsur ke mushala.
Qiandra dan Medina melaksanakan salat sunah Dhuha empat rakaat dua kali salam. Setelah selesai salat Qiandra segera berbalik menghadap Medina.
"Me, setelah kita memutuskan buat hijrah, selanjutnya apa yang harus dilakukan? tanya Qiandra. Karena sahabatnya ini berasal.dari keluarga agamis sejak kecil sudah diajarkan agama, barangkali Qiandra bisa belajar dari Medina.
"Yang paling dasar, kita belajar Akidah," balas Medina.
"Akidah itu apa?" tanya Qiandra bingung.
"Akidah itu keyakinan kepada Allah."
"Aku mau dong dijelasin tentang Akidah," pinta Qiandra.
Medina tersenyum. "Jadi Akidah adalah iman, kepercayaan yang kita kandaskan hanya kepada Allah. Dalam Akidah nanti kita mempelajari lagi tentang sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil, dan sifat jaiz supaya keyakinan kita sama Allah bener-bener kuat," jelas Medina.
Qiandra menggaruk kepalanya. "Aku nggak ngerti sifat-sifat Allah yang itu," aku Qiandra. Ia merasa Mali karena tidak mengetahui tentang agamanya sendiri.
"Oh nggak apa-apa, nanti kita belajar bareng. Oiya, Qi, kalau misalnya kamu aku ajak ke semacam kajian gitu, kamu mau nggak? Keberadaan aku sering ikut kajian, kalau kamu mau nanti bareng sama aku."
Qiandra cepat-cepat mengangguk. "Mau, aku mau.
Medina tersenyum, "Alhamdulillah. Nanti aku kabari jadwalnya, ya." Qiandra mengangguk lagi.
Medina tak henti mengucap syukur dalam hati, akhirnya Allah mengabulkan doanya memberi hidayah pada sahabatnya.
19 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Cinta Allah [ Part Lengkap- Sudah Terbit ]
Romance📌Part acak mulai Bab 1-11🙏 Menyukai orang yang tidak menyukai kita balik adalah hal yang menyakitkan, bukan? Ibarat cinta tapi sendiri. Itulah yang dialami Qiandra, tokoh utama dalam cerita ini. Akibat adegan pertemuan klise, Qiandra rela melakuka...