Bab 33

59 3 0
                                    

Sebuah bencana ketika kamu mencintai seseorang tapi seseorang itu tidak mencintaimu

Imam Syafi'i

"Qi, aku pulang dulu, ya. Makasih kue-kuenya, enak banget," seru Medina sambil memperlihatkan beberapa kue yang ia pegang.

Qiandra tertawa melihat tingkah sahabatnya. "Iya, sama-sama. Sehat-sehat ya bumil."

Medina mengacungkan jempol. Setelah salam Medina dan Raiden segera masuki mobil dan bergegas meninggalkan toko.

"Bumil, maksudnya Medina hamil?"

Qiandra menoleh saat Argi bersuara. "Iya."

Argi mengangguk mengerti. "Mau kemana?" tanyanya saat melihat Qiandra akan beranjak.

"Mau masuk sebentar, bungkusin kue buat kamu."

"Nggak perlu."

"Kenapa? Kamu selalu bawain Ali makanan, aku juga mau kasih kue buat tanda terima kasih."

"Nggak perlu, aku ikhlas."

Kalau sudah seperti ini maka Qiandra hanya bisa diam. Argi selalu menolak saat akan ia bawakan kue. Padahal ia tidak pernah menolak pemberian Argi. Kalau begitu biar nanti Qiandra kirim ke rumah makan milik laki-laki itu saja.

"Jangan kemana-mana, disini sebentar. Sebentar lagi aku juga mau balik," kata Argi mencegah Qiandra.

Qiandra menurut, lalu ia mengajak Argi duduk di kursi yang ada di teras. Sambil memandangi kendaraan uang lewat, mereka sama-sama diam. Qiandra membenci saat-saat seperti ini karena mendadak menjadi canggung saat berdua saja dengan Argi.

"Qi, kapan kamu menikah?"

"Ha?" Mendadak lamunan Qiandra buyar, ia menoleh ke arah Argi. "Kamu ngomong apa tadi?"

"Kapan kamu menikah?" ulang Argi.

Qiandra mengerjap, lalu kembali menatap depan.

"Kamu sendiri, kapan menikah?" Qindra balik bertanya.

"Aku tanya ke kamu, kok malah tanya balik?"

Qiandra diam sejenak, tapi juga tidak membalas saat Argi menatap dari samping.
"Kalau ditanya kapan nikah, jawaban aku ya pasti nikah. Tapi untuk kapannya aku nggak tahu." Qiandra menggedikkan bahu. Sedikit merasa aneh saat Argi bertanya itu.

"Kalau aku, menikah kalau udah ada calonnya."

"Dan sekarang, kamu udah ada calon?"

"Kamu sendiri sekarang udah ada calon? Atau ada yang dekat sama kamu?"

Qiandra menggeleng. "Nggak ada. Aku nggak lagi dekat dengan siapapun," bebernya.

"Sama, aku juga nggak lagi dekat sama siapapun. Tapi untuk calonnya, kalau itu kamu, gimana?"

"Ha?" Qiandra seketika menoleh dengan alis hampir menyatu. Ia tidak salah dengar kan?

Detik kemudian Argi tertawa sambil memegangi perutnya. Qiandra menatapnya heran.

"Kamu lucu kalau lagi serius, aku bercanda," kata Argi disela tawanya.

Qiandra langsung membuang dan mengubah raut mukanya.

"Jangan dimasukin hati, Qi. Tadi aku cuma bercanda. Aku tahu diri kok, kamu juga nggak akan mau sama aku karena pernah jahat sama kamu," lanjut Argi dengan suara lebih tenang.

"Tapi aku bersedia, Argi..." Qiandra meremas kedua tangannya resah. Ia hanya bisa mengucap itu dalam hati.
Detik kemudian ia menarik bibirnya dengan terpaksa. "Nggak kok, aku juga tahu." Tahu kalau aku suka kamu tapi kamu sebaliknya, lanjut Qiandra dalam hati.

Sebenarnya Qiandra sudah terbawa suasana, ia paham maksud ucapan Argi. Hatinya sempat dipenuhi kupu-kupu dan ia akan benar-benar terbang jika Argi menyuguhi ucapannya. Tapi khayalan itu tidak berlangsung lama karena setelahnya Argi mengimbuhkan kalau itu hanya bercanda. Huh bercanda seperti apa yang sedang Argi mainkan hingga mampu membuatnya terbawa perasaan?

"Udah sore, Qi. Kamu juga mau lanjut kerja kan? Aku pamit dulu kalau gitu." Argi tiba-tiba berdiri.

Qiandra berkesiap. "Iya, hati-hati."

"Aku duluan, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Qiandra menghembuskan napas, masih memikirkan tadi. Memangnya apa yang ia harapkan? Berharap Argi juga memiliki rasa yang sama? Atau Argi Menyungguhi perkataannya tadi? Tidak. Argi tidak begitu. Dia sudah berubah bukan berarti juga sama menyukai. Dari sini, harusnya Qiandra sadar diri. Astaghfirullah!

13 Oktober 2021

Seindah Cinta Allah [ Part Lengkap- Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang