Dari setiap penolakan yang Argi berikan, seharusnya membuat Qiandra sadar. Sifat cuek dan dingin cowok itu harusnya bisa membuat Qiandra berhenti. Berhenti untuk mengejar agar dibalas, kalau bisa berhenti untuk tidak mengharap. Karena sepanjang Qiandra mengejar hanya dia yang membara akan perasaannya, sedangkan Argi tidak.
Tapi anehnya, setiap penolakan yang didapat, bukannya ingin mundur Qiandra malah semakin tertantang. Tubuhnya lelah, fisiknya menyuruhnya menyerah. Tapi bisikan dalam dirinya berseru agar jangan lengah. Bisa jadi usahanya selama ini kurang keras.
Untuk yang kesekian kalinya, hari ini Qiandra mencoba mengirim pesan pada Argi, lagi. Meski sebelumnya tidak pernah dibalas, Qiandra yakin lama kelamaan akan dibalas juga.
"Ini bener nomornya Argi bukan sih? Jangan-jangan ngawur lagi si Gerald," desis Qiandra sambil menghela napas. Masih didepan meja belajar ditemani buku-buku yang masih terbuka, jari Qiandra mengetik lincah diatas gawai.
Malam Argi
Kalau kamu masih nggak ada niatan balas chat, seenggaknya baca, ya
Ini jujur, aku capek kejar kamu tapi nggak pernah dibales. Kaya usaha aku nggak dihargai gitu. Please, Argi, bilang gimana caranya biar aku bisa kenotice sama kamu.
Setelah pesan itu dikirim, Qiandra menaruh hapenya. Lanjut mengemasi bukunya untuk dimasukkan dalam ransel. Namun belum kegiatannya rampung, pesan yang sesaat lalu dia kirim berubah centang biru.
"Eh dibaca sama Argi!" pekik Qiandra histeris, segara dia menyambar gawainya untuk memastikan.
Mata Qiandra membola saat nama Argi tengah mengetik. "Beneran dibaca sama Argi, akhh demi apa." Qiandra girang. Benar kan apa katanya tadi, lama-kelamaan akan dibalas juga. Dan sekarang Argi tengah mengetik. Qiandra jadi tidak sabar menunggu balasan Argi.
"Duh deg-degan gini." Qiandra memegangi dadanya, mengambil napas lalu membuangnya. Detik kemudian dia bergerak menuju kasur dan berguling-guling disana masih dengan memegangi hape. Kini Qiandra sudah seperti orang gila yang senyum-senyum tidak jelas. Gini ya rasanya chat kita dibales sama orang kita suka. Rasanya kaya ada manis-manisnya.
****
"Besok Ghifari pulang, Om. Terima kasih karena dibolehin nginep sini," ucap Ghifari pada Anwar.
Saat ini mereka sedang berada didepan tv sambil mengobrol santai setelah makan malam. Disampingnya Renita Adik Argi yang umur tiga tahun ikut duduk sambil menekuri mainan Barbie miliknya. Dan juga Jelita yang duduk disamping suaminya.
"Mau nginep lebih lama juga boleh. Malah seneng Om, jadi lebih rame rumahnya," balas Anwar diakhiri tawa.
Ghifari mengangguk. "Iya nih, berasa banget bedanya. Kalau dirumah Ghifari sepi, kalau disini rame, ada Renita juga." Ghifari sembari mengelus kepala gadis kecil itu.
"Makanya punya Adik dong, biar rame."
Ghifari membalasnya dengan tawa. Sebenarnya Ghifari mempunyai Adik, dulu saat dia naik kelas dua SD, Sari--Ibunya jatuh dari sepeda saat hendak menjemputnya. Menyebabkan bayi yang masih dalam kandungan meninggal. Sampai saat ini Sari belum juga hamil lagi. Jadilah Ghifari anak tunggal. Kalau Adiknya itu masih hidup mungkin sudah SMP.
"Memang Sari sama Fakih sudah balik?" Anwar bertanya lagi.
"Sudah Om, besok mau mampir kesini duku sekalian jemput Ghifari," balas Ghifari.
"Belajar motor sana, biar bisa main-main kesini sendiri," celetuk Anwar pada Ghifari.
Ghifari nyengir. "Kan bisa naik angkot."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Cinta Allah [ Part Lengkap- Sudah Terbit ]
Romantiek📌Part acak mulai Bab 1-11🙏 Menyukai orang yang tidak menyukai kita balik adalah hal yang menyakitkan, bukan? Ibarat cinta tapi sendiri. Itulah yang dialami Qiandra, tokoh utama dalam cerita ini. Akibat adegan pertemuan klise, Qiandra rela melakuka...