Bab 34

47 3 1
                                    

Sama halnya dengan Alif laam miim, begitu pula dengan jodoh. Hanya Allah yang tahu

•Seindah Cinta Allah•

Malam ini kediaman Argi sedikit ramai karena kedatangan Ghifari beserta orang tuanya dan juga Gerald, teman sekaligus sahabat Argi semasa sekolah. Laki-laki yang sekarang menjadi dokter itu datang bermaksud bersilahturahmi dan juga mengantar undangan pernikahannya. Sementara para orang tua mengobrol di ruang tamu. Argi, Ghifari, dan Gerald mengobrol di taman belakang rumah dekat gazebo.

"Nggak pernah ketemu, sekarang udah mau nikah aja," ujar Argi sambil membaca undangan yang sesaat diberikan Gerald.

Sejak lulus sekolah intensitas Argi untuk bertemu Gerald mulai berkurang, dikarenakan mereka tidak kuliah di tempat yang sama juga faktor kesibukan masing-masing. Bertemu kalau memang sedang libur dan longgar dari pekerjaan saja.

Begitulah siklus pertemanan manusia, disatukan oleh pendidikan dipisahkan oleh cita-cita, disatukan Oleh pekerjaan dipisahkan karena masa depan, disatukan oleh perasaan dipisahkan karena realita. Eh?

Teman-teman yang dulu selalu bersama saat sekolah, kini sibuk merajut jati diri demi masa depan yang cerah. Tidak ada yang salah, karena semua orang mempunyai mimpi yang berbeda-beda. Beruntung meski begitu Argi dan Gerald tidak putus komunikasi.

Gerald menanggapi dengan gelak tawa, ia menenggak kopinya sebentar lalu berkata. "Iya dong." Jeda sebentar. "Gue dijodohin," tambahnya. Seketika ekspresinya berubah datar.

Argi dan Ghifari sama-sama menatap laki-laki itu.

"Dijodohin? Lo dijodohin?" beo Argi. Gerald mengangguk.

"Berarti lo harus bisa lupain si Safira, Ge." Argi berusaha menghibur sahabatnya. Akhir-akhir ini Gerald bercerita kalau sedang menyukai perempuan, tapi perempuan itu tidak mudah untuk Gerald dekati. Dan sekarang Gerald malah dijodohkan dengan perempuan lain. Argi tidak bisa membayangkan perasaan Gerald.

"Jodoh itu nggak ada yang tahu, kita yakin orang itu tempat buat kita, tapi Allah yang lebih tahu, pun sebaliknya. Lagian gak ada salahnya dijodohin, kan?" Ghifari menambahi.

Gerald mengangguk lagi. Argu menepuk bahu laki-laki itu tanpa suara.

"Iya, bener kata Ghifari, dijodohin itu nggak salah. Gue juga nggak nolak ataupun menyesal sama perjodohan itu." Gerald menatap Argi dan Gerald yang juga menatapnya.

"Karena gue dijodohin sama orang yang selama gue suka. Orang itu adalah Safira, perempuan yang gue ceritain ke lo," aku Gerald sambil menoleh ke arah Argi. Senyumnya seketika melebar.

Detik kemudian sebuah sandal melayang tepat di dahi Gerald hingga laki-laki itu mengadu kesakitan.

"Aduh, sakit Gi, perasaan lo!" umpat Gerald sembari mengusap-usap dahinya.

"Kurang ajar lo emang! Gue denger serius lo malah bercanda?" kesal Argi pada Gerald.

"Siapa yang bercanda? Gue serius. Lo aja yang langsung potong pembicaraan. Makanya kalau ada orang jelasin itu dengar dulu!"

"Shit!"

"Gue emang dijodohin, awalnya gue juga nggak mau. Tapi pas gue tahu perempuan yang mau dijodohin sama gue itu Safira, gue langsung terima. Masih nggak percaya kalau gue bakal berjodoh sama orang yang selama ini gue suka." Gerald tersenyum kala mengingat itu. "Gue dijodohin sama Safira. Selama ini gue kesulitan buat deketin dia, eh gue malah dijodin sama dia." Gerald tergelak, menertawakan keberuntungannya yang ternilai lucu.

"Indah banget ya, cara Allah mempertemukan lo sama orang yang lo suka?" Ghifari bersuara.

"Iya, bahkan dengan cara yang nggak pernah gue duga sama sekali. Gue belum bisa berhenti bersyukur sampai saat ini."

"Dengan cara perjodohan."

Gerald menganggu. "He'um. Saking nggak nyangkanya, gue jadi penasaran, diantara kalian berdua siapa yang bakalan nikah dulu setelah gue," ucap Gerald sambil menoleh ke arah Ghifari dan Argi bergantian.

Suasana menjadi diam, tidak ada yang membuka suara diantata Argi dan Ghifari. Sedangkan Gerald masih menunggu jawaban dua orang itu.

"Gue yang akan nikah dulu."

Kalimat itu sukses membuat Argi dan Gerald melotot sedikit tidak percaya. Siapa lagi yang menjawab kalau bukan si Ghifari. Bukannya tidak percaya. Maksudnya setahu mereka Ghifari ini tidak pernah terlihat tengah dekat dengan perempuan, tapi malah mengatakan ingin menikah lebih dulu.

"Lo berhubungan sama perempuan juga ternyata. Gue kira lo nggak doyan. Tapi syukurlah lo masih normal," kata Gerald agak membuat Ghifari kesal.

"Kok lo nggak cerita sama gue kalau mau nikah?" desak Argi yang merasa kesal.

"Btw, perempuan mana yang mau lo nikahin?" pertanyaan Gerald itu mewakili apa yang ada di otak Argi.

"Masih calon sih, Insya Allah. Ini lagi mau usaha ke rumahnya," balas Ghifari agak sedikit kaku. Ia tidak pernah bicara soal perempuan sebelumnya.

"Emangnya, calon lo itu siapa?" tanya Gerald masih penasaran.

Ghifari tidak menjawab, ia hanya tersenyum.

13 Oktober 2021

Seindah Cinta Allah [ Part Lengkap- Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang