•Merobek topengmu ditempo Hari!

58 18 20
                                    

Hy, bagi kalian yang mampir, vote yah. Krna vote itu gratiss okey.

                              •Happy reading•

Pagi hari nan cerah, bertolak belakang pada kehidupan gadis yang tengah terduduk dipinggir danau buatan, merenungi selaksa hidupnya yang entah seperti apa titik terindahnya, ch seperti akan indah saja, belum tentu tuhan mengasihani gadis pendosa sepertinya.

Setelah kepergian Bintangnya, tak pernah ada lagi terang benderang dalam hidupnya, hanya kegelapan yang menjadi kawan setia, malang sekali. Bahkan kini ia seatap dengan musuhnya sendiri, chh memuakkan.

Dunia memang kejam yah, orang lain yang membunuh, ayah-ibunya yang kena imbas, Inilah pasalnya Neymi menerapkan ambisi untuk meluluhlantakkan sumber kesialan dalam hidupnya, orang licik memang pantas dibinasakan sebelum membantai leher orang bodoh yang merengut nyawa kedua orang tuanya

Bangkit dari duduknya berjalan masuk ke rumah, melangkah naik tangga menuju kamarnya untuk menelfon seseorang.

Sebetulnya rumah ini tersedia fasilitas seperti lift agar memudahkan seseorang untuk naik dilantai atas. Namun ia lebih Memilih naik tangga sebab menganggap rutinitas ini sebagai olahraga terbaiknya.

Saat Neymi tengah melangkah dan hendak memutar gagang pintu, seketika ter urungkan saat merasa ada yang memanggilnya.

"Hei, Kamu, tunggu!" mendengar lengkingan suara wanita yang bernotabe sebagai Mama mertuanya sontak Neymi berhenti melangkah

Dengan malas ia berbalik badan. "Iya tante?" sahutnya, nampak wajah Mama mertuanya--Anissa tersenyum lebar, melihat itu ia hanya memasang ekspresi datar. Namun sedetik berlalu Anissa melangkah ke arahnya.

Anissa semakin mendekat lalu tiba dihadapannya, apa gerangan wanita ini? Kemarin sempat memaki tanpa berfikir, dan mengapa kini malah dengan mudahnya menyapa ria? Seakan tak ada perselisihan yang melanda diantara keduanya.

"Hei, jangan panggil tante! Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini, panggil Mama saja yah!" Neymi mengerutkan dahinya sejenak, suara lembut itu terdengar aneh di telinganya. Wajar bukan? Hah sudahlah, positif thinking aja, mungkin anissa sudah menerima keberadaan Neymi sebagai sang menantu.

"Iyya mah." Sahut Neymi sambil membalas senyuman dari mama mertuanya, ia harus terlihat normal saja, lagipula perangainya tergantung pada lawan bicara. Jika seseorang berkata dengan baik, ia akan melakukan hal yang sama, dan begitupun sebaliknya

"Maaf ya soal kemarin, Mama cuma syok aja, anak Mama satu satunya menikah nggak ngabarin lagi, Mama mana yang nggak kesel diginiin, sekali lagi maaf yah, nak." Ungkap Anissa dengan nada bicara sedikit menyesal entah itu tulus atau dibuat-buat.

Neymi hanya mengangguk namun enggan untuk mudah percaya. Dengan penuh dusta ia mengiyakan. Sebab ia harus tetap profesional. "Iya mah ... Aku bisa mengerti."

Sementara Papa mertuanya yang berdiri di depan tangga sontak datang menghampiri Keduanya. "Wah sudah peace nih yah, keluarga ini akan sangat harmonis kalau diantaranya tidak ada yang menyimpan benci, iya kan?"

Mendengar ucapan itu, Neymi hanya tersenyum kecut, menatap wajah pria berumur itu dengan seksama. 'Ch, tidak akan ada yang namanya pembenci jika tak ada pemicunya, tingkatkan sandiwaramu Jeon! sampai aku merobek topeng laknatmu!'

"Nah iya betul --Eh tunggu! Namamu siapa sayang?"

"Namanya Neymi mah, kemarin kan aku udah kasih tau!" timpal Jeon

"Hehe Mama lupa" Anissa cengengesan, beginilah kalau faktor usia, pikunnya kebangetan. Tapi dilihat-lihat wajah Anissa tidak nampak tuanya, full of skincare nih pasti.

Married In Hate [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang