Halo.. Baca yu di vote juga yah ges
•Happy Reading•
Malamnya, gadis yang kini terduduk di sofa nampak tengah selesai menelfon Uncle, menanyakan keberadaan apakah sudah tiba di mansions--italia dengan selamat, dan rupanya Uncle telah tiba sejak pukul 15:23 tadi sore.
Kini, kedua insan yang tengah duduk memandang sejuknya udara dibalik jendela, seketika terganggu mendengar deringan handpone--nyaring di indra pendengaran.
"Kenapa gak diangkat?" tanya Neymi dengan dahi yang berkerut ketika melihat Gilang tak menghiraukan telefon itu.
Gilang yang tengah memejamkan mata menikmati terpaan angin yang masuk melalui celah ruangan, sontak terbangun lantas meraih handpone nya.
"Panggilan dari guru" sahut Gilang sekenanya dengan suara serak.
"Angkat, siapa tau penting" usul Neymi tanpa melihat lawan bicara.
Mendengar itu, Gilang langsung mengangkat panggilan tersebut, selang beberapa menit, Gilang beranjak dari tempatnya mengambil jaket kulit yang tergantung di dekat lemari, lantas berjalan ke arah Neymi.
"Ney, gue keluar dulu, ada urusan, pintu kamar jangan dikunci, karna mungkin nanti gue pulangnya tengah malem" pamitnya, setelah mengucapkan itu, Gilang melangkah cepat memutar gagang pintu dan keluar dari ruangan itu.
Neymi yang sedari tadi diselimuti rasa penasaran memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya saat Gilang masih dijangkauannya, ia tidak ingin terkesan kepo, memilih bodoamat dengan urusan yang tidak perlu di campuri, sesuai versi sikapnya
*****
Sedari tadi Gilang keluar rumah entah kemana perginya. Neymi hanya berdua di rumah dengan Bibi. Sebab jeon dan anissa sudah tidak ada sejak paginya, yang pasti keduanya sama-sama mempunyai profesi tersendiri.
Melangkah masuk ke kamar Neymi pun langsung merebahkan dirinya di kasur, hm nyaman sekali, menatap langit kamar yang berukiran indah kini membuatnya merasa ngantuk, semenit kemudian ia sudah berada di alam bawah sadarnya.
Beberapa Jam berlalu kini Gilang telah datang, memarkirkan motornya lalu berjalan masuk ke rumah. Dan saat tiba di kamar senyumannya merekah sempurna menatap wajah gadis imut yang tengah memejamkan mata. Damai sekali jika Neymi tertidur pulas seperti itu, merasa badan nya sudah lengket sekali iapun melangkah mengambil handuk untuk segera mandi.
Samar samar terdengar suara gemericik air di kamar mandi, membuat pendengaran gadis itu sedikit terganggu hingga tersadar dari tidurnya. Dengan rasa kantuk yang masih ada, Neymi mengerjapkan matanya. Menoleh pada pintu kamar mandi yang tidak sepenuhnya tertutup.
Bangkit dari posisinya seraya melangkah ke kamar mandi untuk memastikan sekaligus cuci muka.
Saat Neymi tiba didepan pintu, bersamaan juga dengan keluarnya Gilang dari kamar mandi. Alhasil ... secara refleks Gilang menabrak tubuh mungilnya.
Namun dengan sigap Gilang melingkarkan tangannya pada pinggang Neymi, menahan tubuh gadisnya agar tidak terhuyung.
Mendapatkan tatapan intens seperti itu membuat Neymi dilanda kegugupan, jantungnya seakan sulit diajak kompromi.
"Mau sampai kapan gue harus menahan badan peyot lo ini?"
Mendengar ucapan nauzubillah itu sentak Neymi membenarkan Berdirinya, agar terlepas dari pertahanan Gilang.
Neymi berdiri tegap, meneliti penampilan Gilang yang hanya memakai handuk sebatas pinggang, hingga dada kotak-kotak itu nampak sepenuhnya, Neymi sedikit bingung sebab biasanya Gilang akan langsung mengenakan baju selepas mandi, mungkin ia lupa menyiapkan baju ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married In Hate [On Going]
Teen Fiction[ Follow dulu sebelum baca ya kaka!! ] Bnyk typo dlm kpnlsn dn akn direvisi stlh tmt! ▪Neymi alicia. Mafia girls yang memiliki keterpurukan di benaknya, sehingga ia terkesan dingin lantaran menutupi lukanya. 'Give Encouragement To Neymi':) Mafia gir...