End- Jenguk Raden

342 48 2
                                    

Katanya ada dunia setelah kematian dan Nakula percaya itu. Harus. Setelah kedatangan Raden yang membantunya tersadar kalau di dunia ini waktu orang berbeda, ia ingin memanfaatkan waktunya bersama keluarga yang tersisa. Ya walaupun keluarganya itu Sadewa, anak yang sekarang menangis di sampingnya.

"Raden Lo baik banget sih! Kakak emang dari dulu engga pernah mau dengerin omongan gue. Sekalinya Lo yang sudah mati bantu ngomong lewat mimpi saja baru deh si Kakak sadar. Pokoknya makasih banyak Dek huaaaaaa....."


Percayalah sekarang Nakula hanya bisa menatap kembarannya tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun. "Kakak mau beli minum bentar, Lo disini aja! Kalo ada cewe cantik jangan ngikutin takutnya mbak Kunti."

Sadewa melambaikan tangannya, tidak peduli dengan omongan ngawur Kakaknya. Setelah Nakula menjauh si tengah Birendra yang kini kembali menyandang jabatan bungsu menatap sendu batu nisan yang mengukir nama Raden.


"Dek, Abang udah tepatin janji buat jagain Kakak. Kamu masih engga mau mampir ke mimpi Abang? Abang juga kangen kamu loh."


Sadewa mencabut rumput yang berada di sekitar makam adiknya. Sempat air mata kembali turun mengingat nasib Radennya yang malang, "Ayah sekarang udah balik kaya dulu, malah nambah gila kerja. Kakak semenjak sadar jadi agak beda, mungkin masih denial. Tapi mereka hebat ya Dek, setidaknya mereka udah bisa ikhlasin kamu padahal Abang sering kebayang waktu kamu mental estetik banget waktu itu."


Sadewa tertawa sejenak, matanya menutup kala tiba-tiba ingatan adiknya yang tergeletak lemas dan darah yang keluar dari kepalanya terlintas seolah mengingatkan bahwa ialah saksi mata kasus tabrak lari itu.

"Kakak cerita kalo di khayalannya kamu itu bahagia banget sampe buat Kakak engga mau sadar. Memang disini Lo engga bahagia apa! Gue jajanin Lo tiap hari ya Dek, gue juga yang ngerjain PR Matematika Lo."

Si tengah Birenda kini terduduk karena merasa lelah berjongkok, biarlah celananya kotor yang penting ia bisa mengistirahatkan kakinya sejenak. "Lo pernah bilang pengin jadi pelangi kan Dek? Kayaknya impian Lo kesampean deh Dek. Pelangi kan engga bisa digapai dan sekarang Lo engga bisa digapai sama gue maupun Kakak."

Nakula kembali dengan botol air mineral di tangannya. Sebenarnya ia mendengar sebagian unek-unek Sadewa. Ia segera mengikuti posisi duduk kembarannya, Nakula tidak akan mengungkit apa yang baru saja Sadewa katakan.

"Hi Dek, Kakak balik lagi. Pelangi Kakak kok makamnya udah bersih aja nih! Kayaknya Abang kamu cocok jadi tukang bersih-bersih makam ya."


Sadewa memukul lengan Nakula pelan, enak aja ngomongnya. Tanpa mengaduh kesakitan Nakula menaburkan bunga melati ke atas rumah baru adik bungsunya.


"Disana baik-baik ya Dek, Kakak bakal sering jenguk kamu kaya yang kamu minta makanya sering mampir ke mimpi Kakak. Kakak sama Abang pulang ya, ini tadi udah ditelfon sama ayah udah disuruh pulang. Jangan macem-macem sama bunda kamu. Jagain bunda buat Kakak."



"Bye Rainbow!"


Rainbow Radenaga Birendra

23 Juli 2021













End.

RAINBOW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang